Info FKUIUncategorized

Stunting Hingga Obesitas Masih Menghantui Indonesia di Tahun 2019

#LiputanMedia

Trubus.id — Masalah stunting dan penyakit tidak menular seperti obesitas pada anak, masih menjadi problem serius di Indonesia sampai tahun 2019 ini. Hal itu disampaikan Koordinator Riset Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rina Agustina belum lama ini.

“Di tahun 2019 kita masih menghadapi double burden yakni masalah stunting dan obesitas pada anak,” kata Rina Agustina di Jakarta.

Berdasarkan catatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) Kementerian Kesehatan menunjukkan adanya perbaikan status gizi buruk pada balita di Indonesia. Proporsi status gizi sangat pendek turun dari 37,2 persen (Riskesdas 2013) menjadi 30,8 persen (Riskesdas 2018). Demikian pula pada proporsi status gizi kurang, turun menjadi 17,7 persen (Riskesdas 2018) dari 19,6 persen (Riskesdas 2013).

Meski jumlahnya terus menurun, tapi penurunan yang tercatat dinilainya masih kurang signifikan. Pasalnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas prevalensi 20 persen untuk gizi buruk.

Padahal, menuntaskan kasus stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) poin kedua ‘zero hunger atau nol kelaparan’. Diperkirakan ke-17 targer SDGs diselesaikan pada tahun 2030 mendatang.

Untuk itu, Indonesia bersama negara-negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lainnya berkomitmen untuk mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target dunia pada 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita.

Sebagai informasi, World Bank mencatat prevalensi stunting di Indonesia terus mengalami kemerosotan sejak tahun 1996 sebesar 48,1 hingga 36,4 pada 2013.

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi kurang dalam waktu lama. Stunting umumnya disebabkan oleh asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat saat anak berusia dua tahun. Stunting memiliki efek jangka panjang berupa berkurangnya kemampuan kognitif dan perkembangan fisik. Penyebabnya adalah kebiasaan mengonsumsi makanan yang buruk saat kehamilan.

Data Kementerian Kesehatan mencatat, sepanjang 2016-2017, 1 dari 5 ibu hamil mengalami malnutrisi. Sementara 7 dari 10 ibu hamil disebut kurang kalori dan protein.

Faktor lainnya penyebab stunting yaitu terjadinya infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi. Salah satu faktor penting lainnya yakni rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk akses sanitasi dan air bersih.

Selain masalah stunting, angka obesitas di Indonesia juga cukup tinggi. berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan angka 21,8 persen untuk obesitas di Indonesia. Angka itu terus beranjak naik sejak Riskesdas 2007 sebesar 10,5 persen dan 14,8 persen pada Riskesdas 2013.

Meningkatnya angka obesitas ini ujung-ujungnya bakal berpengaruh pada meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti diabetes hingga jantung.

“Yang perlu kita waspadai selain stunting yaitu penyakit tidak menular, yang dikhawatirkan bisa sama dengan kasus stunting,” ujar Rina menjelaskan.

Data Riskesdas 2018 menunjukkan, prevalensi PTM mengalami kenaikan dari sebelumnya. Beberapa penyakit kronis yang tercatat di antaranya kanker, stroke, gangguan ginjal kronis, diabetes melitus, hingga hipertensi.

PTM bukan penyakit yang muncul tiba-tiba. Faktor gaya hidup masyarakat Indonesia yang semakin buruk menjadi penyebab terbesar tingginya angka PTM.

Gaya hidup yang terus menjadi penyebab tingginya PTM di antaranya merokok, konsumsi minuman beralkohol, serta minimnya aktivitas fisik dan konsumsi buah sayur. Kebiasaan merokok pada remaja, terus meningkat sejak tahun 2013. Begitupula dengan jumlah angka konsumsi alkohol yang terus bertambah.

Sumber berita: https://news.trubus.id/…/stunting-hingga-obesitas-masih-men…