Promosi Doktoral Dr. dr. Shannaz Nadia Yusharyahya, SpKK(K), MHA 8 Juli 2020

Dr. dr. Shannaz Nadia Yusharyahya, SpKK(K), MHA dengan para promotor, kopromotor, dan para penguji yang disiarkan secara daring melalui akun Youtube Medicine_UI

Dr. dr. Shannaz Nadia Yusharyahya, SpKK(K), MHA berfoto bersama dengan Para Staf Pengajar Dermatologi dan Venereologi

Data Badan Pusat Statistik tahun 2019 menunjukkan bahwa angka harapan hidup perempuan Indonesia mengalami peningkatan menjadi 73 tahun, sedangkan usia menopause tidak berubah, yakni pada usia 50-51 tahun. Hal ini menyebabkan perempuan akan menjalani masa menopause selama hampir sepertiga masa hidupnya. Menopause, menyebabkan berkurangnya kadar estrogen dalam tubuh yang menyebabkan berbagai keluhan klimakterik serta perubahan pada kulit. Berbagai riset menunjukkan bahwa pada usia pascamenopause, kadar estrogen yang rendah menyebabkan berkurangnya kolagen, terutama collagen type I apha I (COL1A1) dan collagen type III alpha I (COL3A1) yang dominan di kulit. Secara klinis, perubahan ini tampak sebagai penipisan, hilangnya elastisitas, serta munculnya kerutan pada kulit.
Selama ini, baku emas tata laksana antipenuaan kulit adalah tretinoin, yang memiliki efek samping berupa iritasi dan sensitisasi pada kulit, sehingga perlu dipikirkan alternatif lain. Pada wanita pascamenopause, estrogen topikal dapat menjadi pilihan. Sayangnya, efek samping estrogen topikal cukup berat, hampir serupa estrogen oral, sehingga penggunaannya untuk mengatasi masalah pada kulit saja kurang direkomendasikan. Fitoestrogen, suatu senyawa kimia organik nonsteroid yang berasal dari tumbuhan, mulai banyak diteliti sebagai salah satu alternatif terapi antipenuaan kulit, karena pada konsentrasi tertentu, penggunaannya lebih aman, dengan efek samping yang lebih minimal dibandingkan dengan estrogen oral maupun topikal.

Berangkat dari latar belakang ini, dr. Shannaz Nadia Yusharyahya, SpKK(K), MHA meneliti mengenai klabet, suatu fitoestrogen yang di Indonesia sudah banyak dimanfaatkan sebagai campuran jamu, bumbu masak, serta sayuran. Dalam studi in vitro beliau, dr. Nadia berhasil menyimpulkan bahwa ekstrak klabet 2 g/ mL dapat meningkatkan COL1A1 dan COL3A1 lebih banyak dibandingkan kelompok tanpa perlakuan dan estradiol 5 nM, serta membuktikan bahwa klabet bekerja melalui jalur yang serupa dengan estrogen, yaitu melalui reseptor estrogen (RE), khususnya RE. Penelitian dilanjutkan dengan studi acak tersamar ganda pada 50 orang subjek yang diberikan krim klabet 5% atau krim plasebo. Sayangnya, konsentrasi 5% diduga tidak optimal, bertambahnya ketebalan kulit dan berkurangnya kerutan kulit setelah pemakaian krim 12 minggu, tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok.

Hasil penelitian tersebut dipaparkan oleh dr. Shannaz Nadia Yusharyahya, SpKK(K), MHA dalam sidang promosi doktor yang diadakan di Ruang Kuliah Sartono Djoewari, Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI-RSCM, pada hari Rabu (8/7/2020) jam 10.00 yang juga disiarkan secara daring melalui akun Youtube Medicine_UI. Tim penguji terdiri dari Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD-KPTI selaku ketua, serta Dr. dr. Marcel Prasetyo, Sp.Rad(K); Dr. dr. Wresti Indriatmi, Sp.KK(K), M.Epid; Dr. dr. Anak Agung Gde Putra Wiraguna, Sp.KK(K) (Universitas Udayana); dan Dr. dr. Indra Kusuma, M.Biomed (Universitas Yarsi) sebagai anggota.

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB., FINASIM, FACP, FACG selaku ketua sidang mengangkat dr. Shannaz Nadia Yusharyahya, SPKK(K), MHA sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Dermatologi dan Venereologi di FKUI. Promotor Prof. dr. Kusmarinah Bramono, SpKK(K), PhD dan kopromotor Prof. Dr. dr. Purwantyastuti Ascobat, MSc, Sp.FK serta Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG(K), MPH berharap disertasi yang berjudul “Ekstrak Trigonella foenum-graecum (Klabet) sebagai Fitoestrogen Topikal untuk Terapi Penuaan Kulit Wajah Pascamenopause: Kajian terhadap COL1A1, COL3A1, Kerutan Kulit dan Ketebalan Dermis” ini dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai penggunaan fitoestrogen, khususnya klabet, sebagai salah satu alternatif terapi antipenuaan khususnya pada populasi perempuan pascamenopause.

Leave a Reply