Tentang Staghorn Stone, Si Batu Ginjal Tanduk Rusa
#Liputanmedia
Jakarta, CNN Indonesia — Jenis penyakit batu ginjal mungkin bukan hal baru lagi di telinga. Salah satu penyakit batu ginjal adalah batu tanduk rusa (staghorn stone). Disebut tanduk rusa karena batu ginjal bentuknya menyerupai tanduk, memiliki cabang yang terdapat pada pelvis renalis sampai mengenai dua atau lebih kaliks renalis.
Ada beragam faktor penyebab batu tanduk rusa ginjal. Faktor-faktor ini bisa dibedakan menjadi dua yakni, faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yakni, herediter (keturunan), usia (sering ditemukan pada usia 30-50 tahun) dan jenis kelamin (kasus pada laki-laki tiga kali lebih banyak daripada pada perempuan).
Sedangkan faktor ekstrinsik yakni, geografis, iklim dan temperatur, asupan air (kurang asupan air dan tinggi asupan kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi), diet (diet tinggi purin, oksalat, dan kalsium) dan pekerjaan (penyakit kerap timbul pada mereka yang pekerjaannya minim gerak).
Menurut Ponco Birowo, spesialis urologi FKUI-RSCM, mengatakan pasien batu tanduk rusa ginjal kerap tidak merasakan gejala atau keluhan. Tanpa disadari, pasien datang berobat dalam kondisi batu tanduk rusa ginjal sudah berukuran besar.
“Terdapat beberapa gejala yang perlu diwaspadai yaitu, nyeri pinggang hilang timbul tanpa dipengaruhi gerakan, kencing warna merah atau kencing darah, kencing keruh berpasir atau keluar batu kecil, dan bila sudah lanjut karena infeksi timbul demam dan nyeri saat berkemih,” jelas Ponco mengutip dari rilis resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Rabu (29/7).
Tanpa terapi yang tepat, batu tanduk rusa ginjal bisa menimbulkan komplikasi yakni obstruksi total pada ginjal. Akan terjadi retensi urin, kemudian pada tahap lanjut terjadi hidronefrosis (pembengkakan ginjal akibat akumulasi urin), hingga akhirnya mengakibatkan gagal ginjal.
X-Ray Free PCNL, teknik operasi guna hancurkan batu tanduk rusa ginjal
Operasi jadi satu-satunya jalan saat batu tanduk rusa ginjal terbentuk. Ponco bersama tim pun mengembangkan teknik operasi Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) bebas X-ray. Menurut Ponco, teknik ini menggunakan Alken Telescopic Metal Dilator yang bisa digunakan berkali-kali sehingga lebih ekonomis.
Sebelumnya, operasi PCNL menggunakan ballon dilator untuk membuat akses ke ginjal. Alat ini hanya sekali pakai dan biayanya cukup mahal.
“Teknik operasi bedah minimal PCNL pada umumnya menggunakan sinar X-ray (fluoroscopy) pada saat mengidentifikasi batu ginjal. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dikembangkanlah PCNL tanpa X ray dengan bantuan USG. X-Ray free PCNL tidak menggunakan radiasi x ray sama sekali dalam proses pencitraan, sehingga dapat mengurangi paparan radiasi bagi pasien, juga operator,” jelasnya
Oleh Ponco dan tim, teknik ini ditulis dan dipublikasikan dalam jurnal Research and Reports in Urology (2020) dan International Urology and Nephrology (2020). Teknik ini bisa menghancurkan batu ginjal menggunakan jarum dan guidewire yang ditusukkan ke punggung pasien pada kulit dekat ginjal. Luka operasi hanya sekitar 1 centimeter.
Meski sudah menjalani operasi, pasien musti tetap berhati-hati karena batu tanduk rusa ginjal bisa timbul kembali. Oleh karenanya, Ponco memberikan beberapa langkah untuk menghindari pembentukan batu ginjal.
“Mengonsumsi air mineral cukup, kontrol konsumsi garam, kontrol konsumsi protein hewani, mengurangi minuman beralkohol, banyak mengonsumsi makanan yang mengandung serat, menjaga kebersihan diri untuk mengurangi kemungkinan infeksi saluran kemih, menambah aktivitas fisik (intensitas sedang minimal 150 menit per minggu atau intensitas berat minimal 75 menit per minggu atau kombinasi keduanya),” katanya.