Pandemi Buat Orang Indonesia Kian Adiktif Terhadap Internet
#Liputanmedia
Jakarta, CNN Indonesia — Pembatasan yang diterapkan selama pandemi Covid-19 membuat banyak orang di Indonesia semakin adiktif terhadap internet. Hal ini ditemukan dalam studi yang dilakukan sejumlah peneliti dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM dan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Psychiatry pada awal September 2020 ini menemukan, prevalensi populasi dewasa Indonesia yang mengalami adiksi internet selama pandemi mencapai 14,4 persen.
Tak hanya itu, durasi online atau berselancar di dunia maya juga meningkat pesat hingga 52 persen dibandingkan dari sebelum pandemi.
“Situasi ini patut diwaspadai karena penggunaan internet berlebih justru dapat memperberat rasa cemas, depresi, dan mendorong perilaku kompulsi yang akhirnya semakin memperparah adiksi internet,” tulis para peneliti, menyitat laman resmi FKUI.
Studi melibatkan 4.734 responden dari seluruh provinsi di Indonesia. Kuesioner disebarkan secara daring selama 28 April-1 Juni 2020.
Sebagaimana diketahui, sejak pemerintah membuat kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), segala aktivitas masyarakat dilakukan secara daring, mulai dari bekerja, kegiatan belajar mengajar, ibadah, hingga sosialisasi. Situasi ini, sebut peneliti, menjadikan internet sebagai bagian penting dalam aktivitas masyarakat hingga cenderung menimbulkan perilaku adiksi.
Peneliti menyebut, dorongan untuk mencari informasi teranyar mengenai Covid-19 menjadi salah satu faktor yang menyebabkan perilaku adiksi internet di masa pandemi. Stres yang timbul akibat rasa takut akan situasi yang tak menentu juga mendasari seseorang untuk mencari hiburan melalui aktivitas daring.
Selain itu, studi juga menunjukkan bahwa perilaku adiksi internet berkorelasi dengan penurunan kualitas tidur seseorang.
“Mereka yang mengalami adiksi internet, biasanya juga mengalami kesulitan untuk memulai tidur. Buruknya kualitas tidur berpotensi menyebabkan gangguan psikologis dan penurunan sistem imun,” ujar ahli kesehatan jiwa, Kristiana Siste, yang merupakan salah satu peneliti dalam studi tersebut.
Studi juga bahkan menemukan, individu dengan kasus suspek atau terkonfirmasi Covid-19 dalam rumah tangga memiliki skor psikopatologi dua kali lebih tinggi.