Harus Isoman, Waspadai Tanda Bahayanya
#LiputanMedia
LONJAKAN kasus positif covid-19 di angka 20 ribu orang per hari membuat masyarakat sulit mengakses fasilitas kesehatan. Banyak pasien akhirnya melakukan isolasi mandiri dengan segala konsekuensinya.
Amel, 22, melakukan isolasi mandiri (isoman) di tempat kosnya di bilangan Jakarta Barat, setelah hasil swab antigennya reaktif. Sebagai bekal isoman, dia memiliki cadangan makanan, vitamin dan alat pengukur saturasi oksigen dalam darah (SpO2), yaitu oksimeter. Gejala yang dirasakannya ialah demam ringan selama 4 hari lamanya. Di hari ke-5 isoman, Amel merasakan sesak nafas yang cukup mengganggu.
Dari alat oksimeter yang dimilikinya, ia terperangah begitu tahu SpO2 saat itu di angka 60% dan angka yang detak jantungnya (pulse rate beats per minute/PRbpm) sebesar 132. Amel memang merasakan sesak di dadanya.
Perempuan berusia 22 tahun itu segera melaporkan kondisi yang dialaminya itu ke kantornya dan akhirnya dikirimlah satu tabung oksigen lengkap dengan APD. Dengan bantuan ambulans Amel dilarikan ke rumah sakit.
“Alhamdulillah, selama di perjalanan ke RS dapat suplai oksigen, saturasi naik jadi 98 dan detak jantung 103,” ucapnya kepada Media Indonesia, Selasa, 29 Juni 2021.
Untuk diketahui, detak jantung normal berkisar antara 60-100 bpm. Adapun, SpO2 normal berada pada angka 95%-100%. Jika SpO2 berada di bawah 95%, itu menunjukkan kondisi hipoksia atau kekurangan oksigen. Pada kasus tertentu, hipoksia muncul tanpa menimbulkan tanda atau gejala apa pun (happy hypoxia).
Umumnya, orang yang terinfeksi covid-19 akan mengalami hipoksia hingga menyebabkan sesak. Jika terlambat ditangani, pasien akan mengalami gagal napas, kegagalan organ tubuh, dan akhirnya meninggal dunia. Perihal saturasi oksigen ini termasuk di antara sejumlah tanda kegawatan pasien covid-19.
“Untuk yang diisolasi, ada komorbid, saturasi di bawah 95%, mulai sesak, itu segera dibawa ke rumah sakit,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, pekan lalu.
Kriteria kegawatan lainnya dikemukakan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti, yakni pasien mengalami sesak napas, kesulitan/tidak dapat berbicara, penurunan kesadaran, dan mengalami pneumonia.
Tidak hanya saturasi oksigen, Dekan FKUI Prof Ari Fahrial Syam merekomendasikan pemantauan rutin tekanan darah, dan suhu tubuh kepada pasien covid-19 yang melakukan isoman di rumah.
Merusak organ
Dokter Meita Hendrianingtyas menyatakan, pentingnya mengenali gejala covid-19 dari ringan hingga berat bertujuan untuk memudahkan penanganan, terlebih di tengah ledakan kasus akibat varian baru yang membuat rumah sakit penuh.
“Gejala klinis Covid-19 membutuhkan masa inkubasi 2-4 hari dan akan muncul gejala rata-rata 5-6 hari. Bila awalnya masih gejala ringan, kemudian ternyata pasien itu komorbid, bisa cepat menjadi berat. Kondisi kritis bisa terjadi akibat kerusakankerusakan organ di seluruh tubuh,” paparnya dalam Webinar Isman Nyaman dan Aman di Rumah, Selasa.
Gejala lain yang tidak boleh diabaikan ialah kehilangan indra perasa dan penciuman. Begitu pula dengan kelelahan fisik, kelelahan mental, kehilangan nafsu makan, sakit perut dan diare hingga mata merah.
Setyo Gundhi P, SpPD dari FK Undip menambahkan, isolasi mandiri di rumah bagi pasien gejala ringan amat membantu fasilitas kesehatan agar tidak kolaps. “Isolasi itu dinyatakan sukses bila melewati fase aktif covid-19.” dok Media Indonesia
(WWD)
Sumber berita: https://www.medcom.id/…/ZkeEP17k-harus-isoman-waspadai…