FKUI Teliti Potensi Simetidin Sebagai Obat Dermatitis Atopik
#Liputanmedia
DEPOK – Dermatitis atopik atau yang sering disebut sebagai eksim atopik adalah penyakit kulit dengan spektrum luas yang dapat mengenai semua usia mulai dari bayi sampai lansia. Pasien dermatitis atopik dapat mengalami kekambuhan yang ditandai dengan timbulnya kembali bercak kulit kemerahan yang terkadang membasah. Pada saat kambuh, penyakit ini dapat mengganggu karena rasa gatal.
Selama ini, obat minum untuk dermatitis atopik yang parah umumnya bersifat menekan sistem kekebalan tubuh dan memiliki berbagai efek samping. Penggunaan obat standar, misalnya obat oles, yaitu pelembap dan kortikosteroid topikal, serta obat minum antihistamin H1 (AH1) belum sepenuhnya mengurangi keparahan dan mencegah kekambuhan dermatitis atopik. Oleh karena itu, diperlukan obat yang efektif dan aman bagi pasien yang dapat meminimalisir efek samping terhadap pasien.
Endi Novianto dalam disertasinya yang berjudul “Efektivitas Penambahan Simetidin pada Pengobatan Dermatitis Atopik Ekstrinsik-Akut: Kajian terhadap Kadar Serum Imunoglobulin E, Interferon-y, Interleukin-12, dan Interleukin-4″ mengajukan obat simetidin sebagai alternatif penyembuhan dermatitis atopik ekstrinsik-akut. Menurutnya, Simetidin sebagai antihistamin H2 (AH2) berpotensi untuk mengobati dermatitis atopik ekstrinsik bagi pasien yang mengalami kekambuhan.
“Pada dosis 25–40 mg/kg berat badan per hari diperkirakan simetidin dapat meningkatkan pembentukan zat tertentu yang dihasilkan oleh sel penyaji antigen. Zat tersebut akan mengembalikan respons sistem kekebalan tubuh yang diperantarai sel dan mengurangi respons alergi. Proses inilah yang diharapkan menurunkan pembentukan imunoglobulin E (IgE) dan kemudian mengurangi keparahan dermatitis atopik. Tidak ada bukti sebelumnya bahwa simetidin dapat mengobati dermatitis atopik ekstrinsik yang mengalami kekambuhan, yang diukur secara objektif, klinis, dan laboratoris,” ujar Endi pada sidang promosi doktor yang berlangsung pada Senin (3/1).
Menurutnya, pemilihan obat simetidin merupakan pilihan yang sangat tepat. Selain murah, simetidin juga dapat mengurangi keparahan penyakit secara klinis dan mengurangi rasa gatal yang dapat dilihat efeknya pada minggu ke-2 mesti baru terlihat bermakna pada minggu ke-6. Hal ini tentu akan sangat membantu pasien dan keluarga, baik dari segi subjektif maupun objektif.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penambahan simetidin, selain terapi standar, lebih baik dalam menurunkan keparahan klinis pasien dermatitis atopik ekstrinsik. “Berdasarkan hasil yang diperoleh, disarankan penambahan simetidin dengan dosis 25–40 mg/kgBB/hari atau maksimal 1.200 mg/hari selain terapi standar seperti obat minum AH1, obat oles kortikosteroid, dan pelembap, untuk mengurangi keparahan klinis, mengurangi rasa gatal, dan menurunkan kadar serum IgE pasien dermatitis atopik ekstrinsik yang mengalami kekambuhan,” ujarnya menjelaskan.
Sementara itu Ketua Sidang yang juga merupakan Dekan FKUI Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB mengatakan, “Sebagai ketua sidang dan atas nama pimpinan fakultas saya mengucapkan selamat kepada dr. Endi Novianto, SpKK(K) atas pencapaiannya pada hari ini. Kita menyaksikan tadi dari jawaban-jawaban yang disampaikan oleh dr. Endi Novianto, buat saya sebagai seorang dokter gastroenterologi ini adalah sesuatu yang cukup menarik.”
Prof. Ari menambahkan, “Umumnya pasien-pasien dengan atopik itu stres juga dan cemas karena bolak-balik gatal. Akhirnya, asam lambungnya naik. Jadi pas juga ini kalau kita obati dengan antagonis H2 reseptor, asam lambungnya bisa ditekan dan gatalnya dikurangi. Jadi, riset S3 ini membuktikan hal tersebut, walaupun disebutkan tadi bahwa pada riset ini masih perlu dibuktikan lagi secara imunologinya, tetapi secara klinis ini suatu double-blind control trial, jadi cukup signifikan.”
Endi Novianto adalah staf pengajar Dermatologi dan Venereologi FKUI. Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Divisi Dermato Alergi Imunologi di Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI-RSCM. Promotor pada sidang promosi kali ini adalah Guru Besar Dermatologi dan Venereologi FKUI Prof. Dr. dr. Rustarti Retno W. Soebaryo, Sp.KK(K) dengan ko-promotor Dr. dr. Tjut Nurul Alam Jacoeb, Sp.KK(K), dan Dr. dr. Wresti Indriatmi, Sp.KK(K), M.Epid.
Sumber berita: https://www.depokpos.com/…/fkui-teliti-potensi…/