FKUI Luncurkan Policy Brief terkait Kontribusi Mahasiswa di Masa Pandemi
#LiputanMedia
JAKARTA – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) melalui Medical Students in COVID-19 (Medico-19) Research Group meluncurkan sebuah naskah kebijakan (policy brief) berjudul “Dari Edukasi hingga Vaksinasi: Meningkatkan Kontribusi Mahasiswa Kedokteran dalam Penanggulangan Pandemi dan Bencana”.
Medico-19 Research Group adalah tim penelitian student-initiated yang dibimbing oleh berbagai ahli di bidang pendidikan kedokteran serta berkolaborasi dengan mahasiswa dari berbagai fakultas/program studi kedokteran di seluruh Indonesia.
Tim ini berada di bawah Departemen Pendidikan Kedokteran FKUI dan Indonesia Medical Education and Research Institute – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (IMERI-FKUI).
Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB mengatakan, peluncuran policy brief ini dilakukan untuk menjawab isu tentang kurangnya tenaga kesehatan saat ini. Menurutnya, dalam konteks ini, keberadaan mahasiswa kedokteran merupakan suatu potensi tersembunyi yang dimiliki negara.
“Hasil penelitian policy brief ini menyatakan dari awal mahasiswa kedokteran di Indonesia siap kalau memang diminta untuk terlibat sebagai relawan di masa pandemi. Di awal masa pandemi, misalnya, mahasiswa membuat gerakan Nutrisi Garda Terdepan dan ini menjadi support bagi para tenaga kesehatan saat itu dalam bentuk nutrisi. Potensi-potensi seperti ini yang diharapkan dapat kita kembangkan nantinya,” katanya melalui siaran pers, Jumat (16/7).
Policy brief yang disusun merupakan hasil penelitian tim Medico-19 Research Group tentang kesediaan dan kesiapan mahasiswa kedokteran menjadi relawan dalam upaya penanggulangan pandemi. Dasar pembuatan policy brief ini adalah hasil survei terhadap 4.780 mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia yang dilaksanakan oleh tim Medico-19.
Hasil survei yang dilaksanakan pada Juli-Oktober 2020 menunjukkan bahwa sebanyak 48,7% mahasiswa bersedia menjadi sukarelawan dalam penanganan pandemi. Dari jumlah itu, hanya 18,6% mahasiswa yang dinilai memiliki kesiapan yang cukup.
Ada 3 alasan utama mengapa angka kesediaan mahasiswa ini begitu besar, yaitu kondisi keterbatasan tenaga medis yang terjadi saat ini, rasa tanggung jawab untuk membantu sebagai tenaga medis di masa depan, dan dukungan pemerintah dan pihak-pihak terkait yang dianggap cukup. Mahasiswa ini dapat dilibatkan dalam tahap preventif, promotif, dan kuratif dari setiap upaya penanganan pandemi.
Editor-in-Chief Policy Brief Medico-19, Nico Gamalliel, S.Ked.menjelaskan, rekomendasi utama dari policy brief ini adalah pemerintah perlu memberikan ruang kontribusi bagi mahasiswa kedokteran dalam penanganan Covid-19, namun perlu disertai dengan persiapan yang matang untuk menjamin kompetensi dan keselamatan mereka.
“Untuk menjamin hal ini, diperlukan suatu upaya yang sistematis, mengakar, dan konsisten dari setiap pihak agar menghasilkan kebijakan yang tepat dalam pelibatan mahasiswa kedokteran dalam era pandemi ini,” ujar Nico.
Hasil penelitian juga mendorong gagasan mengenai pentingnya integrasi materi kebencanaan dan kesehatan global dalam kurikulum pendidikan kedokteran. Hal ini disebabkan karena adanya keterkaitan antara pengalaman menjadi sukarelawan dengan kesediaan yang lebih tinggi untuk melakukan kegiatan volunteering pada masa pandemi. Dengan terjadinya integrasi kurikulum kebencanaan di dalam pendidikan kedokteran, diharapkan mahasiswa kedokteran di masa depan dapat lebih terlibat secara aktif dalam berbagai kesempatan penanggulangan bencana di Indonesia.
Sumber berita: https://edukasi.sindonews.com/…/fkui-luncurkan-policy…