Doktor FKUI: PPOK Dapat Berdampak pada Kecacatan
#LiputanMedia
Jakarta, Gatra.com – Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dapat berdampak pada disabilitas dan kecacatan progresif yang menyebabkan keterbatasan aktifitas fisik serta sangat mempengaruhi kualitas hidup.
Hal ini diungkapkan oleh Kandidat Doktor dari Program Studi Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), dr. Tresia Fransiska Uliana Tambunan, SpKFR., via Zoom dalam ujian promosi doktornya secara daring yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Medicine UI pada Jumat pagi, (6/8).
Ia menerangkan PPOK adalah penyakit dengan karakteristik hambatan aliran udara yang bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru abnormal pada partikel atau gas beracun.
PPOK sendiri, kata Tresia, bisa menyebabkan respons inflamasi di paru dan inflasi sistemik berupa stres oksidatif. Sementara itu, hipoksia jaringan serta inflamasi sistemik yang menetap merupakan penyebab disfungsi otot rangka dan otot pernapasan pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik.
Adapun ia menyebut disfungsi itu disebabkan oleh penipisan massa otot dan pergeseran metabolisme energi oksidatif yang menjadi glikolitik. Sehingga, terbentuk asam laktat lebih awal yang mempercepat kelelahan, intoleransi latihan, penurunan kekuatan otot serta kecepatan berjalan yang mengakibatkan penurunan kualitas hidup.
Tresia menuturkan terdapat 3 Latihan terapeutik. Pertama latihan tipe I, yaitu latihan jentera dan penguatan otot intensitas rendah sebesar 50%. Sedangkan yang kedua itu latihan tipe II, yakni latihan jentera dan penguatan otot intensitas sedang sebesar 75%. Serta yang terakhir atau yang ketiga itu latihan tipe III, yang merupakan latihan kontrol pernapasan.
Dalam simpulan dari disertasinya yang berjudul “Rancangan Model Latihan Terapeutik pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil: Telaah Stres Oksidatif, Kelelahan dan Kekuatan serta Kecepatan Berjalan”, Tresia mengatakan bahwa model latihan terapeutik tidak terbukti menurunkan kelelahan otot pada pasien PPOK stabil.
Lanjutnya, model tersebut justru terbukti meningkatkan kekuatan otot dan tidak terbukti meningkatkan massa otot pada pasien PPOK stabil. Serta model latihan terapeutik ini terbukti meningkatkan kecepatan berjalan pada pasien PPOK stabil.