Cegah DBD, Parasitologi FKUI Lakukan Pendidikan Inovatif
#Liputanmedia
REPUBLIKA.CO.ID- Demam berdarah masih menjadi ancaman nyata di tengah merunyaknya pandemi. Pada Juni 2022, Kementerian Kesehatan mencatat bahwa jumlah keseluruhan kasus DBD di Indonesia sebanyak 45.387 kasus yang tersebar di 449 kabupaten/kota.
Sementara jumlah kematian akibat DBD mencapai 432 kasus yang tersebar di 162 kabupaten/kota di 31 provinsi. Sedangkan kasus DBD di Provinsi DKI Jakarta sendiri masih tinggi, selain sembilan provinsi lain (Bali, Kalimantan Utara, Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Sulawesi Utara, NTB, DIY).
Dosen Departemen Parasitologi FKUI Rawina Winita menyebut pihaknya melakukan transfer pengetahuan tentang nyamuk Aedes aegypti yang diawali dengan penjelasan mengenai siklus hidup, jentik Aedes, perilaku, nyamuk Aedes dewasa, dan pengendalian nyamuk Aedes aegypti-nya DBD.
Di samping juga melakukan demonstrasi yang terbagi menjadi empat meja. Meja pertama dan kedua penjelasan mengenai fase telur, larva, pupa, dan dewasa, meja tiga penjelasan mengenai klinis DBD dan meja keempat penjelasan mengenai perilaku hidup sehat bersih serta pemeriksaan kesehatan masyarakat.
“Setelah itu, masyarakat melakukan praktikum survei jentik di rumah-rumah warga Kelurahan Pulau Panggang disertai makna dari hasil survey jentik tersebut. Dan dilanjutkan dengan aksi memberantas jentik Aedes aegypti di lingkungan-lingkungan yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Selain itu, penguatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan juga kembali dihidupkan. Booklet sebagai media inovatif juga dibagikan kepada masyarakat sasaran,” ujarnya, Jumat (15/7/2022).
Sementara itu Dosen Departemen Parasitologi FKUI Nurhadi Eko Firmansyah menambahkan upaya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini juga merupakan inisiatif Universitas Indonesia melalui Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat dan para dosen Departemen Parasitologi FKUI. Itu dilakukan dalam rangka mendukung SDGs terutama pilar nomor 3 (kehidupan sehat dan kesejahteraan) dan presidensi G20 Indonesia. Adapun tujuan kegiatan ini selaras dengan upaya UI yang ingin berkontribusi terhadap SDGs dan menyambut presidensi G20. Adapun kegiatan ini disponsori oleh Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI.
“Seperti diketahui seiring musim hujan meningkat, kasus DBD cenderung meningkat, maka upaya-upaya kampanye, promosi kesehatan, dan pencegahan dilakukan. Seperti contoh pada kegiatan pengabdian masyarakat ini yang dilakukan di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Selain gerakan 1 rumah 1 jumantik, contoh upaya lain adalah pemberantasan/pembersihan sarang nyamuk di lingkungan-lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja kita,” ucapnya.
Berdasarkan data dua tahun lalu, menggambarkan DBD banyak diderita anak-anak dan remaja, serta cenderung endemik pada daerah perkotaan. Endemisitas DBD berhubungan dengan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektornya. Aedes aegypti menularkan virus dengue dari penderita ke non penderita melalui gigitannya pada siang hari dan sore hari.
Seperti diketahui bahwa nyamuk Aedes aegypti berbeda dengan nyamuk rumahan (Culex quinquefasciatus) pada umumnya yang aktif menggigit pada malam hari di sekitar rumah kita. Selain itu, jentik nyamuk Aedes aegypti sangat senang hidup di wadah-wadah air buatan seperti kolam, ember, ban bekas, vas bunga, dll, sedangkan jentik nyamuk Culex quinquefasciatus senang hidup di air got/air kotor.
Sumber berita: https://www.republika.co.id/berita/rf2g33380/cegah-dbd-parasitologi-fkui-lakukan-pendidikan-inovatif