Info FKUIUncategorized

Dear Calon Mempelai, Ini Pentingnya Tes HIV/AIDS Sebelum Menikah

#LiputanMedia

Suara.com – Menjelang pernikahan, bukan hanya mental dan keuangan saja yang harus dipersiapkan. Anda dan pasangan juga harus memastikan kesehatan diri sebelum menikah, termasuk salah satunya dengan melakukan tes HIV/AIDS.
Persiapan ini disarankan oleh Prof. dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialisasi Hematologi Onkologi Medik yang juga sekaligus merupakan Ketua Satgas Covid-19 IDI. Ia menyarankan pasangan yang akan menikah untuk melakukan tes HIV/AIDS.
“Ini akan memastikan status Anda dan pasangan, sehingga memiliki kehidupan lebih baik dan anak-anak Anda bebas dari HIV/AIDS, saat membangun sebuah keluarga,” ujar Prof. Zubairi melalui cuitannya di Twitter dikutip suara.com, Selasa (30/3/2021).
Lalu apa jadinya setelah diperiksa salah satu pasangan dinyatakan positif, haruskah batal menikah?
Tenang, menurut Profesor Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu, dengan kenyataan ini bisa diketahui maka pasangan bisa melakukan tindakan pencegahan agar HIV/AIDS tidak menular ke pasangan ataupun anak.
“Ini sangat penting. Tes HIV/AIDS itu dilakukan sebagai bentuk pencegahan. Bukan bikin menikah tidak jadi. Jangan salah paham,” jelas Prof. Zubairi.
Profesor yang akrab disapa Prof. Beri itu juga mengingatkan pasangan tidak perlu panik saat salah satu dinyatakan positif HIV/AIDS, karena bukan berarti tidak bisa menikah, tapi perkaya kembali pengetahuan dan meningkatkan kewaspadaan.
Perlu tahu juga, jika ODHA (sebutan orang dengan HIV/AIDS) yang minum obat dengan rutin, maka penyakitnya akan terkontrol dan risiko menularkan ke orang lain jadi lebih rendah. Bahkan kemungkinan besar memiliki anak yang bebas HIV/AIDS juga sangat tinggi.
“Kalau memang terinfeksi HIV/AIDS, obati saja dulu. Paling lama enam bulan dengan minum obat antiretroviral (ARV). Nantinya virus akan menjadi minim sekali di dalam tubuh,” terang Prof. Beri.
“Jika virus minim, ya minim juga untuk menularkannya kepada orang lain. Dalam hal ini suami kepada istri dan juga sebaliknya. Pun, jika penyakitnya terkontrol, sang ibu tidak menularkannya kepada bayi,” lanjutnya.
Profesor yang berpraktik di RS Kramat 128, Jakarta Pusat itu mengingatkan kembali soal penularan HIV/AIDS melalui hubungan seks. Itulah kenapa ia mewanti-wanti, betapa krusialnya melakukan tes penyakit ini sebelum menikah.
“Kita semua tahu, penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seksual, berbagi jarum suntik (narkoba), atau melalui transfusi darah. Kemudian, ada juga penularan HIV/AIDS dari ibu kepada bayinya,” pungkasnya.