Promosi Doktoral Dr. dr. Lili Legiawati, Sp.KK(K) 4 Desember 2019

Pada tahun 2030 WHO memperkirakan diabetes melitus (DM) atau  di Indonesia berada di peringkat ke-4 dunia dengan penyandang DM sebesar 21,3 juta orang. Diabetes melitus yang tidak terkontrol erat dengan berbagai penyulit, salah satunya kelainan kulit. Menurut studi, 74% penyandang DMT2 mengalami satu atau lebih kelainan kulit, berupa kulit kering (47%), infeksi (10%), tangan diabetes (5%), rambut rontok dan dermopati diabetes (masing-masing 4%). Kelainan kulit kering sering ditemui dan saat ini terapi masih terbatas topikal, yang pada tahap awal tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan morbiditas penyandang DM. Patogenesis kulit kering pada DMT2 dipicu oleh kondisi hiperglikemia kronik yang meningkatkan AGE N(6)-carboxymethyl-lysine (CML), sitokin proinflamasi dan stres oksidatif.  Kombinasi Centella asiatica  oral  (CAo) dan topikal (CAt) diduga dapat meningkatkan efektivitas tata laksana kulit kering DMT2.

Melihat latar belakang tersebut dr. Lili Legiawati, Sp.KK(K) melakukan penelitian untuk menganalisis efektivitas dan keamanan kombinasi CAo + CAt dalam memperbaiki kulit kering DMT2. Penelitian merupakan uji klinis acak tersamar ganda di Poliklinik Metabolik Endokrin Departemen Penyakit Dalam RSCM dan 5 puskesmas di Jakarta pada bulan Juli 2018 — Maret 2019. Subjek dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok CAo + CAt, plasebo oral (Plo) + CAt, dan Plo + placebo topikal (Plt) masing-masing berjumlah 53 orang. Perbaikan kulit kering secara klinis diukur dengan Specified Symptom Sum Score (SRRC) dan Skin Capacitance (SCap). Perbaikan secara molekular diukur kadar CML, IL-1a, dan aktivitas superoksida dismutase (SOD).

Dari hasil ini dr. Lili Legiawati, Sp.KK(K) menyimpulkan bahwa respons perubahan SRRC dan SCap sangat dipengaruhi oleh kontrol glukosa darah jangka panjang yang baik (HbA1c<=7 dan GDS <200). Glukosa darah sewaktu menunjukkan kondisi glukosa darah saat itu yang sangat dinamis dan bisa fluktuatif dari waktu ke waktu sehingga tidak mampu memberikan perbaikan nilai SRRC dan SCap bila kontrol glukosa darah hanya bersifat sesaat/sewaktu. Penambahan CAo pada sediaan CAt memberikan nilai tambah yang bekerja sinergis dapat meningkatkan perbaikan kulit kering secara klinis dan bermakna secara statistik pada kelompok SP dengan glukosa darah terkontrol baik (HbA1c . Terdapat korelasi sedang sampai kuat dan arah korelasi sesuai antara CML dengan SOD dan IL-1α dengan SOD pada variasi glukosa darah terkontrol baik. Tidak terdapat efek simpang oral dan topikal yang bermakna pada penggunaan CAo + CAt dibandingkan 2 kelompok.

Hasil penelitian yang merupakan bagian dari proses penyusunan disertasi ini dipaparkan oleh dr. Lili Legiawati, Sp.KK(K) di hadapan tim penguji dalam sidang promosi doktor yang berlangsung pada Rabu (4/12/19) di Auditorium Lt.3 IMERI-FKUI. Bertindak selaku ketua tim penguji Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD-KPTI, dengan anggota penguji Prof. Dr. dr. Siti Setiati Sp.PD-KGer, M.Epid, FINASIM; Prof. Dr. dr. Erni Hernawati Purwaningsih, MS; Prof. Dr. dr. Sri Widia A. Jusman, MS; Dr. drs. Heri Wibowo, M. Biomed; Dr. Med dr. Retno Danarti, Sp.KK(K) (Universitas Gadjah Mada).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK selaku ketua sidang mengangkat dr. Lili Legiawati, Sp.KK(K) sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Dermatologi dan Venereologi di FKUI. Promotor Prof. dr. Kusmarinah Bramono, Sp.KK(K), PhD dan kopromotor Dr. dr. Wresti Indriatmi, Sp.KK(K), M.Epid dan Dr. dr. Em Yunir, Sp.PD-KEMD berharap disertasi yang berjudul “Efek Centella asiatica terhadap Kulit Kering pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2: Kajian terhadap Kadar N(6)-Carboxymethyl-Lysine,
Interleukin–1
a, dan Aktivitas Superoksida Dismutase pada Stratum Korneum” ini bermanfaat untuk terapi kulit kering pada DMT2. Studi ini dapat diaplikasikan dengan kesimpulan bahwa kombinasi CAo + CAt efektif jika diberikan pada kulit kering penyandang DMT2 dengan kendali glikemik yang baik yaitu nilai HbA1c < 7% dan GDS < 200 mg/dL.

 

 

Related Posts

Leave a Reply