Info FKUIUncategorized

Soal Kepopuleran Video “Kretek Abal-abal”, Ini Kata Dokter Ortopedi

#Liputanmedia

KOMPAS.com – Video yang memperlihatkan proses terapi chiropractic belakangan ini tengah populer di YouTube dan digandrungi oleh jutaan penonton.
 
Warganet Indonesia menjuluki praktik terapi ini dengan istilah “kretek abal-abal”, merujuk pada suara yang dihasilkan saat terapis melakukan terapi pada pasien.
 
Salah satu kanal YouTube yang populer karena mengunggah video “kretek abal-abal” adalah channel Beemz Aryo milik presenter Bima Aryo yang saat ini memiliki 1,12 juta subscriber.
 
Dalam beberapa video yang ia unggah, Bima memperlihatkan kemampuannya melakukan “kretek abal-abal” ke sejumlah artis, seperti Verrel Bramasta, Nikita Mirzani, Ayu Ting Ting, hingga Atta Halilintar.
 
Video-video tersebut banyak disaksikan oleh warganet, misalnya video “kretek abal-abal” Nikita Mirzani yang hingga Sabtu (6/11/2021) telah mendapat 3,7 juta views.
 
Klarifikasi kretek abal-abal
 
Diberitakan Kompas.com, 1 Oktober 2021, Bima Aryo memberikan klarifikasi terkait kepopuleran video “kretek abal-abal” di kanal YouTube miliknya.
 
“Aku harus luruskan, aku adalah ‘kretek abal-abal’. Chiropractic itu lebih ke istilah kedokterannya, artinya metode untuk memanipulasi tulang. Cuma itu lebih digunakan di kedokteran,” kata Bima Aryo.
 
Ia mengaku mempelajari chiropractic secara otodidak, setelah merasakan langsung manfaat dari terapi tersebut.
 
Bima mengatakan, ia pernah mengalami kelumpuhan dari leher hingga kaki akibat kecelakaan. Salah satu tindakan pemulihannya adalah chiropractic.
 
Karena penasaran dan merasakan manfaat yang signifikan, Bima pun mempelajarinya.
 
Beberapa tahun kemudian, Bima membuat kanal YouTube Beemz Aryo dan konten “Kretek Abal-abal”.
 
“Satu tim aku kretekin semua dan ternyata dapat 3 juta views. ‘Wah bagus nih’, akhirnya kita lebih sering membuat itu sampai akhirnya semakin viral. Baru tahun ini aku ambil kursus,” jelas Bimo Aryo.
 
Penjelasan dokter ortopedi
 
Istilah “kretek abal-abal” dalam dunia kedokteran dikenal sebagai chiropractic, yakni manipulasi terhadap tulang belakang dengan cara terapi manual.
 
Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi di RSUD Sidoarjo Larona Hydravianto mengatakan, pengobatan yang berkaitan dengan keluhan dan penyakit pada sistem muskuloskeletal (penyakit tulang, sendi, dan otot) memang sedang marak.
 
“Khususnya problem tulang belakang (spine) yang dilakukan oleh chiropractor,” kata Larona, saat dihubungi Kompas.com baru-baru ini.
 
Menurut Larona, chiropractor biasanya melakukan pengobatan pada keluhan-keluhan tersebut dengan melakukan manipulasi terhadap tulang belakang menggunakan cara terapi manual.
 
“Namun yang perlu diketahui adalah bahwa chiropractor ini biasanya tidak mendapatkan pelatihan/training yang memadai di bidang kedokteran, sehingga efektivitas pengobatan yang dilakukannya pun juga dipertanyakan,” katanya lagi.
 
Chiropractic disebutkan tidak efektif
 
Larona mengatakan, banyak studi klinis yang sudah dilakukan untuk menilai efektivitas terapi chiropractic terhadap keluhan-keluhan terkait tulang, sendi, dan otot.
 
“Dan studi-studi tersebut menemukan bahwa manipulasi chiropractic ini tidak efektif untuk memperbaiki kondisi patologis pada tulang belakang (spine)” kata dia.
 
Tak hanya itu, ia menyebutkan bahwa terapi chiropractic juga mengundang kekhawatiran, terutama dari segi faktor keamanan manipulasi tulang belakang yang dilakukan.
 
“Ada ditemukan banyak kejadian efek samping yang tidak diinginkan dari manipulasi tulang belakang ini. Mulai dari efek ringan, sedang sampai fatal,” ujar Larona.
 
Menurut Larona, tidak ada bukti kuat yang mengatakan bahwa terapi chiropractic efektif untuk mengatasi atau mengobati keluhan-keluhan pada sistem muskoskeletal.
 
“Oleh karena itu saya tidak menyarankan untuk melakukan chiropraksi (manipulasi tulang belakang) di rumah. Karena kalau sampai salah memperlakukan tulang belakang kita, akibatnya bisa membahayakan,” imbuhnya.
 
Chiropractic dikenal sebagai pelengkap pengobatan
 
Terpisah, Profesor bidang ortopedi dan traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Achmad Fauzi Kamal mengatakan, chiropractic di negara-negara Barat dikenal sebagai complimentary treatment atau pelengkap pengobatan.
 
“Itu merupakan pengobatan alternatif (tradisional), untuk membantu mengurangi keluhan otot dan sendi dengan manipulasi tulang belakang,” kata Achmad kepada Kompas.com, belum lama ini.
 
Kendati saat ini sedang populer, Achmad mengingatkan masyarakat agar tidak latah menjajal “kretek abal-abal” untuk mengatasi keluhan yang mereka alami.
 
Menurut Achmad, keluhan pada tulang belakang perlu dipastikan terlebih dulu penyebabnya melalui serangkaian metode diagnosis, seperti pemeriksaan laboratorium, scan x-ray, atau bisa juga scan MRI.
 
“Pastikan dahulu masalahnya, agar lebih sesuai pengobatannnya. Jadi ke pengobatan utama dahulu, baru dipertimbangkan ke pengobatan complimentary (pelengkap),” katanya lagi.
 
Ia mengatakan, ada beberapa kelainan pada tulang belakang yang tidak bisa disembuhkan atau diobati dengan metode chiropractic.
 
“Skoliosis struktural enggak bisa diperbaiki kecuali oleh pembedahan. Infeksi, misalnya TBC tulang belakang harus dengan obat dan dengan pembedahan bila banyak nanah dan disertai kerusakan tulang belakang,” kata Achmad.
 
“Lepasnya tulang belakang karena kecelakaan atau degenerasi (spondilolistesis) juga enggak bisa dengan chiropractic,” imbuhnya.