Info FKUIUncategorized

Serba-serbi memberi MPASI

#LiputanMedia
Jakarta (ANTARA) – Konsultan Nutrisi & Penyakit Metabolik Anak FKUI-RSCM dr. Titis Prawitasari, Sp.A (K) mengulas serba-serbi mengenai makanan pendamping air susu ibu (MPASI), mulai dari kapan harus diberikan kepada anak hingga panduan rempah yang bisa ditambahkan.
Titis menjelaskan, MPASI paling tepat mulai diberikan kepada anak ketika air susu ibu sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan si kecil, maksimal ketika anak berusia enam bulan. Dia mengatakan, ASI sebetulnya cukup memenuhi kebutuhan anak selama enam bulan dan itu bisa dilihat dari indikator tumbuh kembang yang baik. Namun dokter menilai ASI sudah tidak memenuhi kebutuhan anak meski belum genap enam bulan, makanan pendamping boleh diberikan.
“Tetapi jangan diberikan MPASI lebih dari enam bulan, setelah enam bulan ada kekurangan sekitar 200 kalori yang harus ditambahkan dari MPASI untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal,” kata Titis dalam bincang-bincang daring Tentang Anak, ditulis Senin.
Tanda anak sudah siap mendapat asupan gizi di luar ASI salah satunya adalah kemampuan untuk menegakkan kepala, sehingga dia sudah mampu menopang dada ketika didudukkan. Kemudian, refleks menjulurkan lidah ketika ada makanan di mulut (ekstrusi) sudah berkurang. Anak juga dianggap sudah siap ketika bersemangat saat melihat makanan, serta mampu meraih dan memasukkan apa saja ke dalam mulut.
Menu pembuka
Menu apa yang cocok untuk MPASI anak selalu jadi perbincangan hangat di kalangan orangtua, terutama mereka yang baru memiliki anak. Titis mengatakan, orangtua tidak boleh memberikan hanya satu macam makanan, melainkan menu lengkap yang mengandung karbohidrat, protein sekaligus lemak.
“Bahwa misalnya dalam satu hari ada beberapa yang tidak tercukupi, jalan keluarnya adalah frekuensi makannya diberikan beberapa kali. Dengan frekuensi makan yang beberapa kali, kalau dijumlah total dalam sehari dia akan tercukupi. Jangan dalam satu mangkok semua- semuanya diberikan. Ingat, kapasitasnya si bayi itu kecil. Jadi, sedikit tapi sering,” jelas dia.
Frekuensi pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-8 bulan sekitar 2-3 kali dalam sehari. Ibu bisa memberikan MPASI dalam kurun dua jam setelah menyusui. Misalnya anak disusui pada pagi hari, berikan dia MPASI dua jam kemudian, lalu kembali susui dua jam berselang, dan berikan MPASI lagi dua jam kemudian. Selebihnya susui anak saat lapar.
“Saran saya adalah 2-3 jam sekali boleh diberikan makan dan diikuti irama tidurnya si anak.”
Tak perlu membangunkan paksa anak bila jadwal makannya terlewat. Berikan makanan ketika dia terbangun, lalu beri makanan pada jadwal berikutnya dua jam kemudian.
Dia berpesan agar orangtua membuat menu yang tidak merepotkan, asal sesuai dengan gizi yang dibutuhkan anak.
Perlukah memberi makanan selingan di antara jadwal pemberian MPASI? Titis mengatakan itu boleh-boleh saja bila anak memang masih bisa mengonsumsi makanan lain, misalnya camilan seperti biskuit untuk bayi.
“Kembali lagi bahwa yang menentukan adalah anak. Anak menentukan jumlah yang dimakan, mau atau tidak makan dia yang menentukan. Kita tugasnya menyediakan dan menyodorkan.”
Lihat sinyal yang diberikan oleh anak. Jika dia mengisyaratkan sudah kenyang, berhenti. Bila anak masih ingin makan, berikan lagi. Sama seperti orang dewasa, ada kalanya anak ingin makanan banyak, kadang juga tidak lahap karena tidak menyukai menunya.
Dia menambahkan, penambahan bumbu rempah seperti bawang merah dan bawang putih boleh saja, agar anak mulai beradaptasi dengan makanan yang punya cita rasa. Gula dan garam boleh diberikan asal tidak terlalu banyak.
Selain itu, anak boleh diberi air setelah makan MPASI hingga sekitar dua atau tiga sendok. Penting juga untuk menjaga agar anak tidak terganggu distraksi apa pun saat makan, terlebih ketika anak sudah mencapai usia sembilan bulan dan mulai senang mengeksplorasi lingkungan. Bisa-bisa anak jadi tidak lahap makan karena banyak distraksi.
Sambil memberikan MPASI, orangtua juga bisa menstimulasi anak dengan menaruh potongan sayur dan buah yang bisa dipegang serta dimasukkan sendiri ke dalam mulutnya. Tapi pastikan jangan sampai anak tersedak, maka sebaiknya jangan berikan makanan licin, lengket dan berbentuk bulat.
Patuhi jadwal
Ada kalanya anak sudah harus makan MPASI, tapi justru menangis karena ingin menyusui. Biasanya itu terjadi kepada anak berusia sembilan bulan ke atas. Menurut Titis, anak usia di atas sembilan bulan sudah bisa diajari disiplin bahwa saat ini makanan utama bukan ASI tapi MPASI. Ibu juga sebaiknya meneguhkan hati meski anak menangis.
“Bahasa saya adalah enggak boleh mentil. Biasanya dia cuman lima menit selesai, jadi dia bukan menyusu. Jadi yang harus didorong adalah dia menyusu dengan baik, kemudian tidak mentil, dan berikan MPASI pada jamnya.”
Dia berpesan untuk berkomunikasi dengan anak, beritahu baik-baik kapan waktunya dia boleh menyusui, misalnya hanya sebelum tidur. Jangan bosan untuk terus mengulang metode itu agar anak terbiasa dan memahami kebiasaan baru.
Pada usia enam hingga delapan bulan, anak bisa makan dua sampai tiga kali sehari. Jumlahnya dimulai dari 2-3 sendok makan, kemudian perlahan semakin banyak hingga 125 gram atau setengah mangkok. Ketika berusia 9-11 bulan, anak bisa makan tiga kali sehari dengan porsi 125 gram tapi tekstur makanannya lebih padat.
Kendala yang dihadapi orangtua adalah ketika anak mengemut dan tidak mau mengunyah makanan. Jika ini terjadi, evaluasi makanan yang diberikan. Bisa jadi anak tidak bersemangat makan karena kurang rasa, atau tidak sesuai selera. Faktor lainnya adalah tekstur yang tidak cocok untuk anak. Misalnya, anak tidak mau disodori bubur, tapi bersemangat saat makan kerupuk. Itu berarti anak ingin makan tekstur yang tidak terlalu halus, sehingga orangtua bisa memberikan makanan yang lebih bertekstur.