Info FKUI

Rokok dan Masalah Gaya Hidup, Penyebab Utama Kanker Usus

#LiputanMedia

TEMPO.CO, Jakarta – Kanker usus besar merupakan salah satu kanker yang menyebabkan kematian utama baik pada wanita dan pria seluruh dunia saat ini. Penyakit kanker ini bisa dicegah dan bisa diobati. Semakin dini ditemukan, semakin baik prognosisnya.

Jika kasus kanker usus besar ini ditemukan pada stadium awal maka harapan hidup 5 tahunnya mencapai 92 persen, sebaliknya jika kanker usus ini ditemukan pada stadium IV/lanjut maka harapan hidup 5 tahunnya hanya tinggal 12 persen.

Gaya hidup menjadi salah satu penyebab kenapa kanker usus besar tetap bertahan sebagai penyebab utama kematian dan angka kejadian terus meningkat di tengah masyarakat. “Dalam praktik saya sehari-hari kasus kanker usus sudah umum ditemukan. Saat ini bahkan kasus-kasus baru yang ditemukan pada usia yang lebih muda,” kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Ari Fahrial Syam dalam keterangan persnya pada 13 Juni 2019.

Faktor genetik memang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker usus besar tetapi gaya hidup merupakan hal yang utama. Beberapa faktor risiko yang telah teridentifikasi dan konsisten dalam berbagai penelitian termasuk penelitian di Indonesia adalah diet tinggi daging merah serta daging olahan serta kurang makan sayur dan buah.

Anjuran untuk mengontrol berat badan dengan konsumsi daging merah yang berlebihan dan tidak konsumsi buah karena mengandung karbohidrat merupakan anjuran yang menyesatkan. Rokok merupakan faktor risiko utama, rokok bukan saja perokok aktif tapi juga perokok pasif. “Beberapa kasus kanker usus yang saya temukan bukan pada perokok tapi orang terdekat dan sekitarnya merokok sehingga mereka yang terkena kanker usus besar tersebut merupakan perokok pasif,” kata Ari.

Indonesia masih surganya perokok karena mereka bebas merokok dimana saja. Di beberapa kota besar di negara maju sudah sulit untuk mencari tempat buat merokok.

Beberapa faktor risiko lain adalah kegemukan, kurang bergerak dan peminum alkohol. Ada beberapa faktor risiko yang tidak bisa berubah adalah umur, umur diatas 50 tahun menjadi batasan umur untuk memulai skrining.

Faktor genetik berupa riwayat kanker atau polip usus pada keluarga, riwayat penyakit radang usus kronis (inflammatory bowel disease/IBD) sebelumnya, riwayat penyakit kencing manis atau diabetes melitus merupakan faktor risiko yang juga harus diantisipasi.

Menurut Ari, penyakit ini awalnya tanpa gejala oleh karena itu buat masyarakat yang mempunyai risiko tinggi terjadinya kanker usus besar ia mengingatkan agar segera melakukan kontrol ke dokter. “Akan dilakukan pemeriksaan skrining untuk mendeteksi secara dini penyakit ini,” kata Ari yang juga Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Gejala yang timbul kalau kanker usus sudah terjadi antara lain buang air besar berdarah, pola defekasi yang berubah baik mudah diare atau sembelit secara bergantian, sakit perut berulang, berat badan turun, pucat tanpa sebab yang jelas bahkan apabila teraba benjolan di perut merupakan gejala kanker usus besar. Pemeriksaan kolonoskopi dan dilanjutkan dengan biopsi merupakan metode utama untuk menemukan kanker usus ini pada usus anda.

Ari menyarankan agar masyarakat mengenali faktor risiko kanker usus. Ia pun meminta masyarakat agar kontrol ke dokter jika mempunyai faktor risiko. “Kenali gejalanya dan segera berobat ke dokter. Selalu menjaga agar tetap melakukan gaya hidup sehat,” katanya.

“Sekali lagi penyakit kanker usus besar bisa dicegah dan bisa diobati. Semakin dini ditemukan, semakin baik harapan hidup 5 tahun kedepan untuk pasien,” kata Ari.

Sumber berita: https://gaya.tempo.co/…/rokok-dan-masalah-gaya…/full&view=ok