Phenotyping Pada Terapi Tamoxifen Kanker Payudara
#LiputanMedia
Bisnis.com, JAKARTA–Pengobatan kanker payudara menggunakan terapi Tamoxifen pada sejumlah kasus masih banyak menimbulkan kekambuhan.
Kambuhnya sel kanker setelah terapi diduga karena adanya ketidaksesuaian penggunaan dosis obat untuk tiap-tiap penderita.
Dalam pengobatan terapi Tamoxifen (TAM), penderita kanker payudara diberikan dosis seragam, yaitu 20 mg/hari yang harus dikonsumsi setiap hari selama 5 tahun. TAM baru dapat dimanfaatkan setelah diubah menjadi Zusammen-endoksifen (Z-END).
Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa dibutuhkan kadar target ZEND ≥ 5,9 ng/mL dalam darah untuk dapat menekan kekambuhan pertumbuhan sel kanker payudara, namun data itu didapatkan dari penderita kanker payudara populasi orang Eropa yang berbeda secara genetik dengan penderita kanker payudara di Indonesia. Belum pernah diketahui berapa kadar target Z-END pada penderita KPD di Indonesia yang mengkonsumsi TAM karena belum tersedianya fasilitas pengukuran kadar obat tersebut sebelumnya.
Dalam disertasi yang dipertahankannya pada Sidang Terbuka Promosi Doktor di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Rabu (16/1/2019), Yenny menyebutkan efek antiestrogen TAM bersifat concentration dependent sehingga diperlukan rentang kadar terapeutik bagi END dalam menimbulkan keberhasilan terapi.
“Kalau kita memberikan secara membabi buta, semua orang diberi seragam 20 mg/hari sementara kita tahu dalam penelitian sebelumnya bahwa obat Tamoxifen itu sifatnya concentration dependent. Hal ini akan membahayakan pasien karena referensi itu berkaitan dengan kadar obat dalam darah sehingga berpengaruh pada pasien yang tidak mencukupi,” kata Yenny.
Hasil penelitian Yenny yang berjudul Hubungan Antara Genotip dan Fenotip CYP2D6 dengan Kadar Z-Endoksifen pada Subjek Kanker Payudara yang Diterapi Tamoksifen, menunjukkan hanya 52,8% penderita kanker payudara yang mencapai kadar target Z-END dengan dosis TAM 20 mg/hari.
Dia juga menyimpulkan bahwa fenotip merupakan satu-satunya variabel berhubungan secara bermakna terhadap pencapaian kadar Z-END dalam plasma pada penderita kanker payudara di Indonesia. Sehingga phenotyping bisa digunakan sebelum memulai terapi TAM.
Fenotip seseorang dapat diprediksi dengan membandingkan kadar dekstrometorfan dalam darah (fenotip) maka dapat diramalkan tercapai atau tidaknya kadar target Z-END pada penderita kanker payudara yang akan mengkonsumsi TAM. Dengan ini individualisasi dosis TAM dapat dilakukan sebelum terapi sehingga menghindarkan penderita kanker payudara dari dosis yang kurang.
“Kita bisa ramalkan pasien-pasien mana saja yang punya fenotip CYP2D6 yang jelek. Nanti kita bisa lakukan penyesuaian dosis di awal terapi,” katanya.
Sumber berita: https://lifestyle.bisnis.com/…/phenotyping-pada-terapi-tamo…