Perawatan Saluran Cerna, Kunci Cegah Kematian Bayi Prematur
#LiputanMedia
KOMPAS.com – Sebanyak 50 persen bayi prematur memiliki risiko kematian yang lebih tinggi akibat infeksi. 90 persen di antaranya disebabkan oleh infeksi saluran cerna.
Ironisnya, Indonesia berada di peringkat kelima dengan kelahiran prematur terbanyak di dunia.
Disampaikan peneliti ilmu biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Riana Pauline Tamba SpB SpBA(K), dalam promosi gelar doktornya, bahwa infeksi saluran ceran pada bayi prematur ini sering dikaitkan dengan imeturitas atau kematangan saluran cerna.
Seperti diketahui, organ tubuh bayi yang lahir prematur belum terbentuk dengan sempurna.
Oleh sebab itu, risiko kematian tinggi pada bayi prematur bisa dari berbagai faktor penyakit, salah satunya infeksi pada saluran cerna bayi tersebut.
Hal inilah yang menjadi landasan awal Riana melakukan penelitian.
Dia mencoba mengetahui pengaruh suplementasi spermin dalam mempertahankan perkembangan epitel saluran cerna (maturasi tight junction), selama masa kehamilan (gestasi) pada kelinci.
Kenapa suplementasi spermin?
Pada saluran cerna, terdapat kandungan spermin yang diketahui berinteraksi dengan protein penyusun barier (saluran penghalang) di usus dan berperan penting dalam penyembuhan luka serta sistem imun.
Untuk diketahui, spermin merupakan senyawa poliamin yang diketahui berperan penting dalam poliferasi, pertumbuhan, serta diferensiasi sel.
Memanfaatkan spermin yang sekaligus menjadi senyawa alami di saluran cerna bayi prematur menjadi pilihan yang baik dalam mencegah infeksi saluran cerna, karena bayi memiliki kondisi organ yang sangat rentan terhadap organisme asing dari luar tubuh.
Mekanisme penelitian suplementasi spermin
Penelitian yang dilakukan Riana ini menggunakan sampel jaringan usus halus janin kelinci yang dibagi dalam enam kelompok.
Terdiri dari kelompok pertama yaitu kelompok kelinci yang diberikan perlakuan dengan suplementasi spermin 20 mg/kgBB.
Kelompok kedua, adalah kelompok kelinci tanpa perlakuan atau tanpa suplementasi spermin.
Adapun, masing-masing kelompok berasal dari induk kelinci dengan usia gestasi 24 hari, 26 hari, dan 28 hari.
Jaringan usus halus dari setiap kelompok diambil untuk pemeriksaan biokimia menggunakan teknik ELISA untuk actin, catenin, dan occludin, serta pemeriksaan histomorfologi dengan pewarnaan HE.
Konsentari actin, catenin, dan occludin dalam hal ini akan menunjukkan tingkat pertahanan yang terjadi di saluran cerna dari organisme jahat.
Hasil penelitian suplementasi spermin
Berdasarkan hasil penelitian suplementasi spermin pada kelompok kelinci tersebut, setidaknya dapat diketahui beberapa hal berikut.
1. Secara biomolekuler, konsentrasi protensi penyusun pertahanan perkembangan saluran cerna (actin, catenin, dan occludin) lebih tinggi pada kelompok suplementasi spermin pada usia kehamilan 24 hari.
2. Terdapat korelasi yang bermakna antar masing-masing protein pada kelompok dengan suplementasi spermin. “Hal ini menjelaskan bahwa interaksi antar protein lebih baik pada kelompok dengan suplementasi spermin, sehingga dapat dikatakan bahwa integritas pada barier usus juga lebih baik,” ujar Riana.
3. Meskipun tidak ditemukan hal yang bermakna secara statistik, tetapi terdapat kecenderungan bahwa kelompok pertama (kelinci dengan suplementasi spermin) tingkat konsentrari actin, catenin dan occludinnya lebih tinggi. Dibandingkan, dengan kelompok kedua, kelinci tanpa suplementasi spermin.
“Hal ini menjelaskan bahwa interaksi antar protein lebih baik pada kelompok dengan suplementasi spermin, sehingga dapat dikatakan bahwa integritas pada barier usus juga lebih baik,” kata dia, Kamis (16/1/2020).
Suplementasi spermin ini, kata dia, diharapkan dapat mempersiapkan integritas barier atau saluran cerna penghalang organisme jahat di usus agar lebih terjaga saat bayi harus dilahirkan prematur.
Tentunya ini sebagai upaya menurunkan angka kematian yang diakibatkan kejadian infeksi saluran cerna pada bayi prematur.
“Meskipun perkembangan epitel (sel dasar) di saluran cerna belum sempurna, fungsi dan integritas barier lebih terjaga sehingga lebih siap saat bayi dilahirkan,” tuturnya.
Sumber berita: https://sains.kompas.com/…/perawatan-saluran-cerna-kunci-ce…