Penyakit Jantung pada Anak dan Dewasa, Begini Pencegahannya
#liputanmedia
Investor.id – Penyakit kardiovaskular (PKV) merupakan penyebab kematian utama di seluruh dunia yang umumnya di negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia.
Penyakit kardiovaskular adalah istilah umum untuk menyebut kondisi yang mempengaruhi jantung atau pembuluh darah.
Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Sukman Tulus Putra mengatakan, ke depan akan terjadi kematian akibat PKV sebanyak 23 juta per tahun pada 2030 dan akan menjadi penyebab kematian utama. Sementara saat ini, terdapat sekitar 17 juta kematian per tahun akibat PKV dan merupakan 31% dari seluruh total kematian di dunia.
Prof Sukman menuturkan pada umumnya, manifestasi klinis PKV terjadi pada usia dewasa dan lanjut sebelum umur 60 tahun. Namun proses pathogenesis aterosklerosis yang menyebabkan penyakit kardiovaskular telah terjadi sejak usia dini terutama pada masa anak dan masa remaja.
“Dengan demikian, faktor risiko kardiovaskular sudah dapat dideteksi pada masa anak dan remaja yang sangat terkait dengan progresivitas proses aterosklerosis pada usia remaja dan dewasa,” ucapnya melalui keterangan pers tertulis, Senin (11/7/2022).
Oleh karena itu, Prof Sukman menyebutkan deteksi faktor risiko kardiovaskular secara individual dan intervensi pada masa anak dan remaja merupakan strategi yang sangat penting untuk menurunkan risiko PKV pada usia dewasa.
Menurut WHO di Indonesia tahun 2016, penyakit jantung merupakan 35% dari seluruh kematian yang jumlahnya 1.863.000, disusul dengan kanker 12% dan penyakit tidak menular lainnya.
Prof Sukman mengatakan bahwa meskipun belum ada penelitian epidemiologis yang menyeluruh di Indonesia, namun beberapa penelitian pada anak-anak sekolah menunjukkan tingginya faktor risiko kardiovaskular pada anak.
Identifikasi dan intervensi terhadap faktor-faktor tersebut pada anak dan remaja merupakan upaya untuk mencegah dan menurunkan kejadian PKV termasuk penyakit jantung koroner.
Dalam hal PKV yang penyebabnya akibat proses aterosklerosis maka makin banyak terdapat faktor risiko akan makin tinggi angka morbiditas dan mortalitas akibat PKV.
Adapun faktor risiko kardiovaskular dikelompokkan dalam 3 kelompok, yakni faktor risiko yang dapat diubah modifiable/ changeable, disebut juga sebagai faktor risiko tradisional meliputi hiperlipidemia, obesitas, inaktivitas/sedentary, diabetes mellitus, merokok dan hipertensi, juga ada faktor risiko intrinsik meliputi genetik, lingkungan dan suscestibility, serta faktor risiko yang baru muncul (emerging risk factors) meliputi inflamasi/infeksi sistemik, sitokine, CRP dan homosistein.
“Faktor risiko yang ditemukan pada seorang individu akan menyebabkan disfungsi endotel vaskular sehingga terjadi penurunan produksi NO, peningkatan respons inflamasi endotel dan hyperplasia intima yang pada akhirnya akan terbentuk lesi aterosklerotik yang akan menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner. Proses tersebut terjadi perlahan namun pasti dalam beberapa dekade kehidupan,” paparnya.
Pencegahan
Ketua Purna Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini juga menyebutkan terdapat 3 fokus utama yang dapat mencegah faktor risiko kardiovaskular pada anak dan remaja dari aspek promosi kesehatan yakni: nutrisi aktivitas fisik, dan paparan tembakau atau rokok.
Nutrisi sejak bayi berupa pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan ternyata anak tersebut di sekolah lanjutan atas (remaja) mempunyai ketebalan tunika intima media arteri karotis lebih tipis dan berbeda secara bermakna dibandingkan pada remaja yang pada masa bayi minum susu formula atau ASI kurang dari 4 bulan.
Hal ini membuktikan bahwa nutrisi yang baik anak sejak usia dini dapat mengurangi risiko terjadinya PKV akibat aterosklerosis di kemudian hari. Sementara itu, aktivitas anak yang kurang dan paparan terhadap tembakau yang berlebihan telah banyak dibuktikan dapat meningkatkan risiko PKV khususnya penyakit jantung koroner yang saat ini menjadi penyebab kematian utama tertinggi di Indonesia.
“Deteksi faktor risiko kardiovaskular melalui uji tapis pada usia anak dan remaja dan strategi untuk melakukan intervensi merupakan kunci utama dalam menurunkan angka kejadian PKV di usia dewasa dan lanjut,” ucapnya.
Lebih lanjut Prof Sukman menambahkan bahwa masih tingginya angka kematian akibat PKV di Indonesia saat ini mungkin akibat minimnya kesadaran untuk mendeteksi dan mengintervensi faktor risiko kardiovaskular sejak usia dini dan remaja pada sekitar 90 juta anak Indonesia.
“Sehingga diperlukan strategi dan langkah yang konkrit dengan melibatkan semua sektor terkait dari sektor kesehatan, pendidikan, organisasi profesi dan masyarakat itu sendiri,” pungkasnya.
Tips Kesehatan
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang juga merupakan spesialis kardiologi anak, dr berbagi tips menjaga kesehatan jantung sejak dini, meliputi
1. Aktif Bergerak
Ajak anak untuk berolahraga ringan dimulai dari jalan kaki Bersama, bersepeda, berenang, ataupun bermain di luar ruang terbuka.
2. Bersikaplah positif
Jadikan kesehatan jantung menyenangkan dengan memasukkan permainan ke dalam aktivitas keluarga Anda atau berjalan-jalan ke taman untuk piknik makan malam yang sehat.
3. Batasi waktu menonton atau di depan komputer
Waktu menonton yang berlebihan menyebabkan gaya hidup yang tidak banyak bergerak dan mengudap terus-menerus, yang meningkatkan risiko obesitas dan penyakit kardiovaskular. Batasi waktu menonton TV, komputer, dan telepon hingga dua jam setiap hari.
4. Lakukan pemeriksaan rutin sedari dini
Sejak lahir, kesehatan jantung bayi sudah bisa dimonitor secara rutin melalui Echo kardiografi atau Echo Jantung. Alat ini dapat mendeteksi secara dini apabila terdapat kelainan pada jantung anak sehingga bisa dilakukan pencegahan atau penanganan sedari awal. Konsultasikan lebih jauh dengan dokter anak Anda untuk memantau indikator kardiovaskular seperti BMI, tekanan darah, dan kolesterol.
5. Atur menu makan sehat anak
Utamakan asupan protein hewani untuk cegah stunting dan agar pertumbuhan anak optimal. Batasi seminimal mungkin snack junk food yang tinggi gula dan tinggi karbohidrat cepat serap untuk mencegah obesitas dan sindrom metabolik
6. Periksa asupan garam dan MSG
Hindari makanan olahan dan jauhkan tempat garam dan monosodium glutamat (MSG) dari meja makan.
7. Bersikaplah realistis
Tetapkan tujuan dan batasan yang realistis. Langkah-langkah kecil dan perubahan bertahap dapat membuat perbedaan besar dalam kesehatan anak Anda dari waktu ke waktu, jadi mulailah dari yang kecil dan tingkatkan.
sumber berita: https://investor.id/lifestyle/299339/penyakit-jantung-pada-anak-dan-dewasa-begini-pencegahannya