Pemilu Rawan Picu Hipertensi pada Masyarakat Indonesia
#LiputanMedia
Jakarta, IDN Times – Tidak bisa disangkal, tahun politik membuat suasana di masyarakat menjadi panas. Perseteruan panas dan menguras emosi sering terjadi jelang Pemilu 2019.
Tingkat stres dan emosi yang tinggi tersebut nampaknya bisa memicu timbulnya hipertensi. Hal tersebut terungkap dalam acara peluncuran Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2019, Jumat (22/10).
“Kita juga was-was bakal banyak yang terkena hipertensi jelang Pemilu ini, jadi kami siapkan kamar khusus,” canda dr. Adre Mayza Sp.S (K) yang diiringi gelak tawa peserta.
1. Ketidaknyaman buat tekanan darah tinggi
Adre memaparkan ketidaknyaman seseorang terhadap sesuatu bisa timbulkan stres sehingga bisa memacu tekanan darah. “Sebenarnya banyak faktor picu hipertensi mulai dari faktor genetik yakni usia, keturunan, dan etnis, serta faktor lingkungan mulai dari konsumsi garam tinggi, obesitas, dan merokok,” ujarnya.
Adre menambahkan jika stres tidak kunjung reda akan menimbulkan hipertensi yang berkelanjutan. “Hipertensi yang berkelanjutan ini bisa meningkatkan risiko stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung, jadi ini yang harus diwaspadai,” imbaunya.
2. Hipertensi sebabkan 1,4 miliar kematian dini di dunia
Prof. Dr. dr. Suhardjono, SpPD-KGH, K.Ger, mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian Asia BP Home Study 2017, hipertensi sumbang angka sebesar 1,4 milliar terkait jumlah warga meninggal di negara berkembang.
“Tingginya angka kematian tersebut disebabkan juga rendahnya tingkat kesadaran hipertensi dan banyak dokter yang belum menyadari tingkat variabilitas tekanan darah yang pengaruhi peningkatan risiko kardiovaskular,” paparnya.
Guru besar Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI ini memprediksikan jika tidak ditanggulangi dengan baik, di 2025 nanti akan terus meningkat bahkan mencapai 1,56 miliar orang yang meninggal akibat hipertensi.
3.Hipertensi banyak dialami penduduk Asia
dr. Tunggul D Situmorang, SpPD – KGH menambahkan bahwa hipertensi dialami sebagian besar penduduk di Asia yang kebanyakan negaranya masih berkembang. Menurutnya, tingkat pendidikan memengaruhi pola pikir dan kepedulian masyarakat pada kesehatan.
“Selain tingkat pendidikan, di negara maju juga telah menerapkan regulasi yang tegas tentang pembatasan garam di makanan atau snack yang beredar,” imbuhnya.
4. Gejala hipertensi yang sering dialami
Tunggul mengatakan hipertensi sebenarnya jarang menunjukan gejala dan bisa diketahui melalui skrining. Kendati demikian beberapa pasien hipertensi biasanya mengalami sakit kepala di bagian belakang terutama pagi hari.
Selain itu juga mengalami pusing, tinitus atau dengung dalam telinga, gangguan penglihatan, jantung berdebar-debar, sulit bernapas, mudah lelah, wajah merah, dan hidung berdarah. “Hipertensi harus diobati. Semakin cepat semakin baik sebab dapat menimbulkan kerusakan organ lain, seperti gagal ginjal, stroke, jantung, hingga yang bisa sebabkan kematian,” imbaunya.
5. Alihkan pikiran saat stres
Sementara itu, dr. Paskariatne Probo Dewi Yamin, SpJP, mengatakan bahwa peningkatan emosional seseorang bisa meningkatkan tekanan darah tinggi. Untuk itu dia menyarankan agar saat seseorang emosi sebaiknya menghirup napas panjang agar lebih rileks sebab bila tidak ditangani sebabkan hipertesi.
“Alihkan pikiran atau permasalahan yang ada dengan yang lain misalkan jalan-jalan atau cari hiburan agar stres mereda,” sarannya.
Sumber berita: https://www.idntimes.com/…/pemilu-rawan-picu-hipertens…/full