Info FKUIUncategorized

Kebiasaan Baru Agar Penyakit Terkontrol Saat Pandemi Bagi Anak dengan Kanker

#Liputanmedia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus baru kanker pada anak adalah 140/1 juta anak per tahun di seluruh dunia. Sementara di Indonesia 14.000 pasien per tahun, dan di Jakarta 650 anak per tahun.
Saat pandemi Covid 19, anak-anak penderita kanker harus menyesuaikan diri dengan kondisi di adaptasi kebiasaan baru. Agar penyakitnya tetap bisa terkontrol.
Ketua Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) Rahmi Adi Putra Tahir mengatakan, setiap bulan September adalah bulan Cancer Awareness Month. Kebiasaan baru yang harus dilakukan menjadi tema webinar yang dilakukan YOAI, pada Sabtu (26/9/2020).
Dr. Hikari Ambara Sjakti SpA(K) dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM mengatakan, di awal pandemi diduga anak dianggap berisiko lebih rendah tertular Covid-19.
Tetapi ternyata semua usia memiliki risiko yang sama besarnya.
Gejala dan dampaknya pun sama seperti pada orang dewasa. Begitu juga anak dengan penyakit kronis seperti kanker yang berisiko menjadi berat gejalanya.
Anak dengan Covid-19 juga bisa tidak bergejala. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sampai 21 September 2020, sudah 10.198 kasus anak terkonfirmasi positif Covid-19 dan 83 meninggal. Dari 83 anak dengan Covid-19 yang meninggal terbanyak usia balita, dan 10 di antaranya penderita kanker.
“Anak dengan penyakit kanker harus lebih waspada karena kekebalan tubuh rendah, terutama kanker dengan keganasan darah seperti leukemia dan limfoma. Selain itu pengobatan kanker seperti kemoterapi dan radiasi juga menurunkan kekebalan tubuh,” ujar dokter Hikari di kesempatan yang sama.
Ia mengatakan, akibat kekebalan tubuh rendah, membuat anak dengan kanker lebih mudah tertular infeksi, termasuk Covid 19. Jika tertular akan lebih berat gejalanya dan lebih fatal.
Anak Dengan Kanker
Anak kanker sebagian besar aktivitas fisiknya terganggu sehingga selalu di tempat tidur, asupan nutrisi kurang baik, dan semuanya menjadikan mereka masuk golongan yang rentan tertular virus Covid-19.
Dampak pandemi pada anak dengan kanker terutama di masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat pasien sulit ke rumah sakit, ruangan di rumah sakit dipakai pasien Covid-19 sehingga semakin terbatas. Logistik (obat) terhambat.
Hal ini dikhawatirkan pengobatan pasien kanker akan terganggu, yang sudah mulai sembuh atau remisi bisa kambuh kembali. Lebih parah jika terinfeksi Covid-19.
Di masa pandemi, sebenanya protokol pengobatan pasien kanker anak tidak berubah. Yang berubah adalah kebiasaan atau prosedur rumah sakit yang berubah. Sebelum masuk rumah sakit wajib swab sehingga keluarga pasien harus siap.
Terpenting anak dengan kanker jangan sampai tertular dan jangan menularkan. Maka setiap orang harus menjaga dirinya dan keluarganya.
Untuk pasien kanker anak, penjagaan dilakukan selama di rumah dan di rumah sakit.
Dokter Hikari mengingatkan agar selalu lakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan beri anak asupan gizi yang baik.
Jika memungkinkan ajak anak tetap beraktivitas fisik.
Anak harus tetap di rumah, sayangnya anak kanker harus sering pergi ke rumah sakit untuk berobat.
Di masa adaptasi baru, 3M adalah yang utama. 3M adalah memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Setiap pergi ke rumah sakit anak dan orang tua wajib menggunakan masker.
Ada cara efektif mencegah anak kanker ke rumah sakit yakni dengan telekonsultasi. Beberapa rumah sakit sudah menyediakan fasilitas ini.
Telekonsultasi
Anak dengan kanker akan rutin melakukan konsultasi. Namun di tengah pandemi Covid 19, di mana anak dengan penderita kanker juga harus lebih menghindari ke rumah sakit untuk mencegah terinfeksi Covid, dokter Hikari menyarankan melakukan konsultasi dengan telekonsultasi.
Manfaat telekonsultasi akan mengurangi kontak pasien kanker anak dengan rumah sakit.
Namun tidak semua bisa dengan konsultasi.
Khusus gejala ringan atau konsultasi efek samping kemoterapi yang ringan atau anjuran pengobatan sederhana.
Namun anak harus ke rumah sakit jika ada tanda darurat: sesak napas, muntah hebat, dan gejala buruk lainnya.
“Usahakan minta nomer kontak dokter atau gunakan aplikasi konsultasi online,” saranya. (Lis)