Tentang Kanker Paru, Penyakit yang Dilawan Sutopo PN Sebelum Wafat
#LiputanMedia
Jakarta – Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho wafat setelah kurang lebih 2 tahun berjuang melawan kanker paru yang diketahui diidapnya sejak Desember 2017 lalu.
Kanker paru merupakan penyakit yang saat ini banyak ditemukan dari semua jenis kanker lainnya di seluruh dunia, baik pada pria maupun wanita. Di Indonesia sendiri, prevalensi kanker paru untuk laki-laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk.
Gejalanya yang tidak spesifik membuat kanker paru terkesan lebih sulit ditangani. Perokok aktif juga memiliki risiko terbesar untuk penyakit ini. Selain itu, berikut beberapa fakta lain mengenai kanker paru seperti dikutip detikHealth dari berbagai sumber.
1. Tidak berkembang dengan cepat
Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Prof dr Anwar Jusuf, SpP(K) menuturkan kanker paru sebetulnya bukan penyakit yang berkembang dalam waktu cepat. Penyakit ini perlu waktu 10 tahun untuk berubah dari fase jinak menjadi ganas.
Hanya saja memang gejala kanker paru yang terkesan ‘remeh’ kadang tidak disadari sehingga banyak pasien yang terlambat untuk mendapat penanganan. Contohnya seperti batuk yang berkepanjangan.
“Jangan menganggap remeh kondisi tubuh hanya karena sering terjadi,” kata dr Anwar.
2. Tak ada gejala khas
Ahli kanker dari RS Dharmais, dr Evlina Suzanna, SpPA (K), menyebut dalam setahun terdapat 30.023 pasien yang terdiagnosis kanker paru dan sekitar 26.000 pasiennya meninggal dunia. Menurutnya, penyakit kanker paru ini banyak diderita karena minimnya kepedulian seseorang terhadap suatu gejala.
“Memang kanker paru ini tidak memiliki gejala yang khas. Seperti batuk, nyeri dada, nyeri punggung, sesak dan napas pendek sekalipun bisa saja berisiko terkena kanker paru,” jelas dr Evlina.
3. Deteksi dini sangat penting
Deteksi dan penegakkan diagnosis sejak dini menjadi sangat penting bagi orang-orang yang memiliki faktor risiko tinggi terkena kanker paru, terutama bagi seorang perokok. Hal ini dimaksudkan agar para pasien mendapatkan pengobatan dan penanganan yang tepat.
“Oleh karena itu segeralah lakukan deteksi sedini mungkin, untuk menghindari risiko tersebut serta tidak terlambat dalam penanganannya,” sebut dr Evlina.
4. Perokok memiliki risiko tertinggi
Orang yang merokok memiliki risiko terbesar terkena kanker paru-paru, meskipun kanker paru-paru juga dapat terjadi pada orang yang tidak pernah merokok. Risiko kanker paru-paru meningkat seiring lamanya waktu dan jumlah rokok yang Anda merokok.
Jika berhenti merokok, bahkan setelah merokok selama bertahun-tahun, Anda dapat secara signifikan mengurangi peluang terkena kanker paru-paru.
Sumber berita: https://health.detik.com/…/tentang-kanker-paru-penyakit-yan…