Alasan Diet Gagal, Dokter Gizi Sebut Bisa karena Gangguan Teman Kantor
#LiputanMedia
Liputan6.com – Dokter spesialis gizi klinik, Nurul Ratna Mutu Manikam, mengungkapkan bahwa terkadang seseorang yang memiliki berat badan berlebih maupun obesitas alami kegagalan diet gegara gangguan teman kantor. Godaan dan ledekan dari teman kantor kadang bisa menggagalkan upaya penurunan berat badan.
“Kadang-kadang, dietnya enggak berhasil gara-gara gangguan dari teman-teman kantor,” kata Nurul dalam dialog Hari Obesitas Sedunia bersama Kemenkes pada Senin, 6 Maret 2023.
Misalnya, saat ada seseorang obesitas sedang program menurunkan berat badan, lalu teman-teman meledek perubahan sosok tersebut karena tidak bisa makan bebas lagi.
Terkadang, hal-hal seperti ini bisa menggoyangkan komitmen pasien obesitas dalam mengatur makanannya. Kemudian, berakhir dengan ikut makan makanan yang tinggi kalori.
“Misalnya ada teman kantor yang bilang ‘Kenapa sejak diet jadi enggak seru lagi, enggak traktir lagi, enggak asyik lagi, enggak makan gorengan lagi’,” katanya.
Bukan cuma teman kantor, tantangan bagi orang yang tengah menurunkan berat badan juga berasal dari orang terdekat, seperti suami atau istri dan keluarga.
Dukungan Orang Terdekat Demi Keberhasilan Diet
Maka dari itu, dukungan dari anggota keluarga dan teman-teman kantor amat diperlukan pasien obesitas. Hal ini bakal membantunya dalam menurunkan berat badan dalam jangka waktu yang lama.
“Saat menurunkan berat badan, pasangan harus tahu dan setuju. Bahkan, bila perlu suami atau istri ikut diet, kalau bisa seisi rumah ikut diet,” kata wanita yang juga Ketua Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Macam-Macam Diet yang Tergolong Sehat
Nurul mengatakan bahwa tidak ada satu diet pun yang cocok untuk semua orang. Sehingga, perlu pemeriksaan dokter untuk membantu menentukan pola pengaturan makan untuk bisa mencapai target berat badan yanng lebih sehat.
“Tidak ada satu diet yang cocok untuk semua orang, itu kenapa mesti ketemu dokter kalau mau diet karena harus disesuaikan dengan kondisi yang mendasar pada pasien,” ujar Nurul.
Beberapa diet yang yang disebut Nurul dalam pemaparannya di antaranya:
1. Nutrisi Seimbang atau Low Energy Diet
“Diet klasik ini sering ditinggalkan padhaal ini diet yang sehat, bisa untuk orang sakit diabetes, jantung koroner, obesitas tanpa penyulit maupun penyulit,” ujar Nurul.
Nurul mengungkapkan bahwa diet satu ini mirip dengan konsep Isi Piringku yang dikembangkan di Indonesia.
Hanya saja, pada diet berbeda pada porsi dan cara pengolahan diatur supaya lebih sehat. Misalnya, sumber karbohidrat jangan tinggi kalori sehingga tidak boleh nasi uduk, nasi kuning, nasi goreng.
Lalu, pada lauk diusahakan untuk diolah secara lebih sehat rendah kalori.
“Kalau tetap sumber karbohidrat tetap pakai nasi goreng, nasi uduk, lalu lauk pauk digoreng secara penampakan sama dengan Isi Piringku tapi itu padat kalori kan, malah enggak bisa menurunkan berat badan. Maka dalam menjalankan diet ini energi total harus diperhitungkan,” kata Nurul.
Asupan makanan 1.200-1.500 kcal per hari dengan komposisi
- Karbohidrat 45-65 persen
- Lemak 20-35 persen
- Protein 10-30 persen
Selain itu, buah dan sayur dalam porsi yang juga besar.
2. Diet Mediterania
Pada Diet Mediterania ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan:
– Karbohidrat tinggi serat
Diet Mediterania itu banyak porsi makan yang mengandung gandum dan serealia yang tinggi serat. Di Indonesia, bisa singkong, ubi, jagung atau kentang selain nasi.
– Protein Hewani Utamakan Daging Putih
Protein hewani yang rendah lemak seperti ikan dan daging ayam yang diutamakan
– Protein nabati berasal dari kacang-kacangan dan polong-polongan
– Lemak
“Menariknya, diet ini cukup sehat dan bukti ilmiah menunjukkan bisa menurunkan penyakit jantung karena ada minyak kanola dan minyak zaitun. Ini lemak baik yang bisa menurunkan risiko jantung,” kata Nurul.
– Sayur dan Buah dalam porsi besar
“Sayur dan buah juga banyak ya, mirip dengan Isi Piringku,” kata Nurul.
Perpaduan Diet dan Olahraga untuk Hasil Optimal
Penurunan berat badan akan jauh lebih optimal bila diet dibarengi dengan aktivitas fisik sekitar 200 menit per minggu.
“Kalau tanpa aktivitas fisik bagaimana? Ya, turun tapi nanti ada peningkatan. Jadi, meski makan dikurangi tapi berat badan bisa naik lagi,” kata Nurul.
Saat diet sudah dilakukan tapi penurunan berat badan mulai stuck, kondisi ini biasanya terjadi di bulan keempat atau kelima. Bila ini terjadi, Nurul menyarankan untuk memperbanyak olahraga maupun aktivitas fisik.
“Kalau mau turun berat badan, kalori yang keluar harus lebih banyak daripada yang masuk. Yang tadinya olahraga malas-malasan, harus olahraga. Lalu, yang biasanya sudah olahraga 30 menit, ditambah 35 – 40 menit,” sarannya.
Sumber berita: https://www.liputan6.com/health/read/5225250/alasan-diet-gagal-dokter-gizi-sebut-bisa-karena-gangguan-teman-kantor