UI Kembali Kukuhkan Dua Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia kembali mengukuhkan dua Guru Besar Tetap dari Fakultas Kedokteran pada Sabtu (12/1/2019), pukul 10.00 WIB di Aula IMERI FKUI, Kampus UI Salemba. Rektor UI, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met memimpin langsung sidang pengukuhan guru besar yang mengukuhkan Prof. Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K), MPH dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI dan Prof. Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM(K) dari Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Budi menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul “BUDI IMAN SANTOSO ASSESSMENT (BISA): Sebuah Model Prediksi Trauma Otot Dasar Panggul pada Ibu Pasca Persalinan Normal,dan Prof. Ratna menyampaikan pidatonya yang berjudul “ACADEMIC-BASED HEALTH SYSTEM: Transformasi Pendidikan, Penelitian, dan Pelayanan Kesehatan di Indonesia untuk Penguatan Sistem Kesehatan Nasional”.

Turut hadir pada prosesi pengukuhan, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek, SpM(K); Menteri Kesehatan RI Kabinet Reformasi periode 1998-1999, Prof. Dr. dr. Farid Anfasa Moeloek, SpOG(K); Menteri Perindustrian RI Kabinet Indonesia Bersatu ke-II periode 2009-2014, MS. Hidayat; dan Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, PhD.

Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Budi memaparkan mengenai sistem skoring beliau yang diberi nama BUDI IMAN SANTOSO ASSESSMENT (BISA). BISA merupakan sebuah model prediksi trauma otot dasar panggul pada Ibu pasca persalinan normal. Dalam proses untuk menjadi seorang ibu, perempuan harus menjalani proses bersalin, baik secara normal melalui vagina maupun melalui bedah caesar.

Persalinan normal telah lama diduga berkaitan dengan terjadinya kerusakan otot dasar panggul, khususnya otot yang disebut otot dasar panggul (otot levator ani). Otot tersebut merupakan salah satu komponen utama pembentuk struktur dasar panggul. Kerusakan pada otot levator ani dapat menimbulkan gangguan fungsi dasar panggul yang lebih dikenal dengan istilah disfungsi dasar panggul.

Disfungsi dasar panggul dapat menimbulkan berbagai gejala seperti mengompol, tidak dapat mengendalikan buang air besar, peranakan turun dan gangguan fungsi seksual yang pada akhirnya akan mengganggu kualitas hidup para ibu, baik secara jasmani dan rohani, juga dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.

Mengingat tingginya angka persalinan di Indonesia, maka diperlukan sistem skoring yang dapat memprediksi kerusakan otot panggul akibat persalinan normal. Bila sistem skoring menunjukkan bahwa pasien berisiko rendah mengalami trauma dasar panggul, maka pasien tersebut dapat diyakinkan untuk menjalani persalinan normal tanpa khawatir mengalami risiko disfungsi dasar panggul.

Mengingat pentingnya skoring tersebut, Prof. Budi berharap sistem BISA dapat diperkenalkan ke pendidikan kedokteran dan kesehatan agar mahasiswa kedokteran dapat mengenali robekan dasar panggul serta menyadari akibatnya pada ibu pasca persalinan normal serta bagaimana melakukan persalinan dengan aman.

“Tak hanya pada pendidikan kedokteran, sistem BISA juga perlu diperkenalkan ke pelayanan kesehatan untuk mengendalikan atau menekan kerusakan otot dasar panggul, baik di tingkat primer, sekunder, maupun tersier,” papar beliau.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Ratna mengutarakan gagasannya terkait peningkatan kualitas pelayanan Rumah Sakit yang ada di Indonesia. Dalam pidatonya Ia menuturkan, “Di banyak negara, RS Pendidikan adalah kelompok rumah sakit terbaik di negaranya, yang memberikan pelayanan bermutu tinggi bersamaan dengan fungsinya memberikan pendidikan dan penelitian. Hal utama yang menyebabkan mereka menjadi RS terbaik adalah sinergi antara fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian, yang dilakukan sejak perencanaan. Untuk bisa melakukan hal tersebut Rumah Sakit dan Fakultas Kedokteran harus mempunyai visi yang sama yaitu memberikan yang terbaik bagi pasien dan peserta didik.”

Untuk mencapai pelayanan kesehatan terbaik tersebut, diperlukan integrasi antara RS Pendidikan dan Fakultas Kedokteran. Semakin erat integrasi maka semakin baik kualitas pelayanan, pendidikan dan penelitian kedua institusi.

Sejak tahun 2010, UI telah mengintegrasikan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ke dalam sebuah sistem bernama Academic Health System. Hal ini dilakukan demi terselenggaranya pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian yang unggul. Kedua institusi ini mempunyai visi dan misi yang sama dan melaksanakannya dalam rencana strategis yang terpadu.

Kerjasama Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit terintegrasi seperti ini diperluas dengan melibatkan fakultas lain di Rumpun Ilmu Kesehatan UI yaitu Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keperawatan, dan Fakultas Farmasi, serta puskesmas sebagai fasilitas kesehatan pada tingkat primer.

Menjadi sebuah kebanggaan bagi Universitas Indonesia ketika para sivitas akademikanya begitu mencintai almamaternya dan mencetak banyak prestasi. Dengan bertambahnya peraih gelar Guru Besar, diharapkan dapat memacu semangat sivitas akademika UI lainnya untuk terus berprestasi dan dapat menaikkan nama besar UI di kancah nasional dan internasional.

(Humas FKUI)