Terapi Sel Mononuklear, Harapan Baru bagi Penderita Cacat Akibat Stroke Iskemik

Kecacatan adalah problem sosioekonomi yang timbul akibat stroke iskemik. Stroke iskemik disebabkan oleh terganggunya aliran darah otak. Tersumbatnya pembuluh darah menyebabkan banyak sel otak mati sehingga terjadi disfungsi neurologi atau kecacatan. Di Indonesia, stroke tercatat sebagai penyebab kecacatan tertinggi pada populasi usia > 65 tahun. Hingga saat ini, belum ada terapi yang terbukti untuk mengurangi kecacatan akibat stroke iskemik. Terapi menggantikan sel yang rusak merupakan terapi yang menjanjikan untuk pasien stroke iskemia yang dengan kecacatan (fase kronik).

Jenis terapi sel bermacam-macam, ada yang dalam bentuk sel atau ekstraknya (sel punca) atau bervariasi dari sumber sel. Sel tersebut dapat berasal dari embrio, fetus, lemak, sumsum tulang, dan darah. Namun, terapi sel sumsum tulang lebih disukai dan banyak dikembangkan.

Salah satu sel yang terdapat di sumsum tulang adalah sel mononuklear. Sel mononuklear autolog marupakan sel yang berasal dari sumsum tulang diri sendiri. Sel ini mudah diambil dengan kemungkinan hidup mencapai 99% sebelum ditransplantasi. Sel mononuklear merupakan terapi alternatif yang telah terbukti pada penelitian hewan coba model stroke iskemik. Namun, penelitian hewan coba pada stroke iskemik sering tidak memberikan hasil yang sama pada manusia. Beberapa kendala  antara lain disebabkan oleh belum ditetapkannya dosis optimal untuk pengobatan stroke iskemik.

Berangkat dari latar belakang tersebut, peneliti dari Program Doktor Ilmu Kedokteran FKUI, dr. Feda Anisah Makkiyah, SpBS, M.Kes, melakukan penelitian yang bertujuan untuk membuktikan bahwa sel mononuklear sumsum tulang dapat memperbaiki fungsi neurologis infark lokal fase kronik di otak tikus. Penelitian ini merupakan salah satu penelitian yang pertama menyajikan data tentang dosis optimal sel mononuklear untuk stroke iskemik fase kronik pada tikus dan mengungkapkan mekanisme penyembuhan fase tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan terjadi pengurangan luas infark, perbaikan pembentukan pembuluh darah baru, dan penambahan sel saraf muda pada otak tikus fase kronik yang mengalami stroke iskemik.  Didapatkan juga dosis optimal pemberian sel yaitu 10 juta sel per kg berat badan. Perjalanan fase kronik dari minggu ke-8 sampai minggu ke-12 tercatat membaik dengan pemberian sel mononuklear.

Pemaparan hasil  penelitian tersebut dipresentasikan oleh dr. Feda Anisah Makkiyah, SpBS, M.Kes pada sidang promosi doktoralnya, Rabu (11/12/2019) lalu di Ruang Teaching Theatre Lt. 6, Gedung IMERI FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Pemberian Sel Mononuklear Sumsum Tulang Intraarteri pada Infark Fokal Fase Kronik di Otak Tikus: Tinjauan Tes Behaviour, Luas Infark, Angiogenesis dan Neurogenesis” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji.

Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Wresti Indriatmi, SpKK(K), M.Epid dengan anggota tim penguji Prof. dr. Teguh AS Ronokusumo, SpS(K); Dr. dr. Wismaji Sadewo, SpBS(K); Dr. dr. Jacub Pandelaki, SpRad(K); Dr. Dra. Puspita Eka Wuyung, MS; dan Dr. dr. Robert Sinurat, SpBS(K) (Universitas Kristen Indonesia).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K), selaku ketua sidang mengangkat dr. Feda Anisah Makkiyah, SpBS, M.Kes sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI.

Melalui sambutannya, promotor Prof. dr. R.M. Padmosantjojo, SpBS(K) dan ko-promotor Prof. dr. Jeanne Adiwinata P, MS, PhD dan Prof. drh. Dondin Sajuthi, M.ST, PhD (Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor) berharap hasil penelitian ini dapat menghasilkan dosis standar untuk acuan uji eksperimental berikutnya di tingkatan hewan yang lebih tinggi sehingga di kemudian hari didapatkan hasil optimal pada manusia agar penderita cacat bisa membaik kembali dengan pemberian sel mononuklear sumsum tulang.

(Humas FKUI)