Teliti Upaya Diagnostik Penyakit Aspergillus, Dosen FKUI Terima Pendanaan Riset

Penelitian kolaboratif staf pengajar sekaligus peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. dr. Anna Rozaliyani, M.Biomed, SpP, terpilih sebagai salah satu dari enam penelitian terbaik yang berhasil menerima pendanaan riset melalui program riset Newton Fund antara Medical Research Council (MRC) dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Kabar baik tersebut disampaikan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI, Prof. H. Mohamad Nasir, PhD, Ak dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste, Moazzam Malik saat konferensi pers, yang berlangsung hari Senin (13/5/2019) lalu di Gedung D, Kemenristekdikti, Jakarta.

Dikutip dari siaran pers Kemenristekdikti, Menristekdikti mengungkapkan bahwa kinerja riset, publikasi dan paten Indonesia menunjukkan tren yang sangat menggembirakan. Namun demikian hal tersebut tidak cukup, hasil riset harus mampu dihilirisasi agar dapat memberikan dampak bagi perekonomian masyarakat dan negara.

”Jumlah paten di Indonesia sendiri saat ini sudah mencapai 2842, namun ini tidak cukup, hasil riset juga harus dapat dikomersialisasikan agar memiliki dampak ekonomi. Ini yang kita dorong. Saya meminta kepada Bapak Duta Besar agar kerjasama riset ini harus bisa diterapkan di dunia industri, agar memiliki dampak secara ekonomi,” ulasnya.

Lebih jauh, kata Menristekdikti, terkait dengan kerjasama indonesia dan Inggris dalam bidang kesehatan, bertujuan menghasilkan terobosan dalam bidang penyakit menular (infectious diseases). Hasil kolaborasi ini akan meningkatan ketahanan dan kesiapan Indonesia dalam menangani penyakit menular yang mematikan, termasuk melalui intervensi kebijakan maupun pengembangan teknologi farmasi dan inovasi alat medis. Indonesia memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap potensi penyakit menular seperti tuberkulosis, HIV, malaria dan demam berdarah. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 16.692 kasus demam berdarah di Indonesia per 3 Februari 2019.

“Hasil riset ini saya harapkan menghasilkan inovasi di bidang kesehatan dan obatan. Saya ucapkan terimakasih kepada pemerintah Inggris telah membantu riset di Indonesia. Harapannya ada pemanfaatan dalam dunia usaha dan industri, dan kita ingin masa kerjasama riset ini diperpanjang ke depannya,” ujar Menteri Nasir.

Skema pendanaan riset tersebut merupakan hasil kerja sama antara pemerintah Indonesia, melalui Kemeristekdikti, dengan Kerajaan Inggris sebagai upaya memperkuat riset di bidang penyakit menular. Dalam kerja sama riset tersebut, dr. Anna, sebagai peneliti utama, akan melakukan kolaborasi riset dengan peneliti dari University of Manchester, Inggris, Dr. Chris Kosmidis dengan proposal penelitian berjudul “Point of Care Tests in the Diagnosis of Chronic and Allergic Aspergillosis“.

Penyakit aspergillosis merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Diagnosis penyakit aspergillosis saat ini tergolong mahal dan memerlukan peralatan khusus. Kolaborasi riset ini bertujuan untuk mengembangkan uji diagnosa yang lebih mudah dan terjangkau.

Kemristekdikti bersama Departemen Bisnis, Energi dan Strategi Industri Inggris melalui Newton Fund menyiapkan dana Rp 37 miliar untuk mendanai enam penelitian terbaik dalam bidang penyakit menular untuk jangka waktu tiga tahun.

(Humas FKUI)