Sistem Skoring Prediksi Performa Perkembangan Pendengaran Pasca Implan Koklea

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kembali menambah daftar penerima gelar Doktor. Rabu (16/10/2019), FKUI mengangkat dr. Fikri Mirza Putranto, SpTHT-KL sebagai Doktor setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Prediktor Skor Implanted Electrically Evoked Auditory Brainstem Responses (Imp-eABR) pada Anak: Kajian Diffusion Tensor Imaging Jaras Pendengaran Batang Otak”.

Disertasi tersebut berhasil dipertanggung jawabkan dengan baik di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dan anggota tim penguji Dr. dr. Semiramis Zizlavsky, SpTHT-KL; Dr. dr. Jacub Pandelaki, SpRad(K); dan Dr. dr. Wijana H. Goesasi, SpTHT-KL(K), FICS (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran).

Bagi penyandang gangguan pendengaran, implan koklea saat ini merupakan prostese fungsional di bidang habilitasi pendengaran yang dianggap paling berhasil. Hasil ideal operasi implan koklea adalah pasien mampu berkomunikasi tanpa bantuan visual membaca gerakan bibir (audiory verbal communication). Walau pun teknologi implan telah berkembang dengan tujuan menghasilkan stimulasi listrik yang semirip mungkin dengan fungsi koklea, berbagai penelitian mendapatkan hasil yang bervariasi pada performa pascaimplan.

Variasi individual untuk mencapai performa optimal sampai saat ini belum mampu diidentifikasi dengan baik. Secara umum, faktor yang memengaruhi keberhasilan proses ini terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal berupa kompatibilitas strategi stimulasi listrik yang dihasilkan implan koklea dalam mengatasi kerusakan yang terjadi pada jaras pendengaran ditunjang oleh kemampuan belajar anak.

Sementara itu, faktor internal yang dikategoriskan berprognosis buruk yaitu usia implan lebih dari 3,5 tahun, malformasi koklea berat, pasien dengan hipoplasi/aplasia nervus koklearis, pasien dengan kelainan neurologi sentral berat, pasien dengan riwayat infeksi meningitis, rendahnya respon deteksi bunyi dengan alat bantu dengar, moda komunikasi bahasa isyarat, serta kandidat dengan usia lebih dari 3,5 tahun dengan riwayat alat bantu pendengaran sebelumnya.

Electrically Evoked Auditory Brainstem Responses (Imp-eABR) pascaimplan terpasang (Imp-eABR) dengan metode Gibson merupakan pilihan pemeriksaan objektif untuk memprediksi kemampuan berkomunikasi verbal pascaimplan koklea, namun pemeriksaan ini tidak dapat digunakan dalam proses kandidasi.

Untuk itu, perlu dicari model prediksi berdasarkan pemeriksaan pra operasi untuk memprediksi skor Imp-eABR. Pemeriksaan Difussion Tensor MRI (DT MRI) digunakan sebagai tambahan faktor prediktor internal yang sudah ada sebelumnya yaitu usia saat implan, luas area nervus koklearis, dan densitas modiolus untuk memprediksi total Imp-eABR.

Peneliti dari Program Doktor Ilmu Kedokteran FKUI, dr. Fikri Mirza Putranto, SpTHT-KL kemudian melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan model prediksi skor total Imp-eABR sebagai bagian dari proses kandidasi pra implan untuk memprediksi performa perkembangan pendengaran dan bahasa pascaimplan.

Hasil penelitian mendapatkan bahwa luas area nervus koklearis dan radial diffusivity lemniskus lateral berperan dalam memprediksi respons Imp-eABR dan dapat digunakan dalam proses kandidasi implan koklea.

Dari hasil tersebut juga didapatkan model prediksi skor total Imp-eABR. Peneliti juga merancang sebuah aplikasi manajemen pasien implan koklea “Hear, Listen, Speak” . Aplikasi ini dikembangkan untuk dapat menghubungkan tim dokter, tim audiologi, dan tim habilitasi sehingga proses kandidasi hingga pemantauan pascaoperasi dapat dilakukan secara berkesinambungan.

Pemaparan disertasi ini mengantarkan dr. Fikri Mirza Putranto, SpTHT-KL, meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI.

Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang, memberikan apresiasi terbaiknya kepada beliau. Promotor Prof. Dr. dr. Jenny Bashiruddin, SpTHT-KL(K) dan ko promotor Dr. dr. Irawan Mangunatmadja, SpA(K) dan Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc berharap hasil penelitian ini dapat memberikan pertimbangan baru bagi proses kandidasi pasien implan koklea sehingga dokter dapat memberikan pemahaman paling objektif mengenai variasi potensi internal tiap kandidat. Pertimbangan tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk memberi harapan yang realistis akan hasil yang didapat pascaproses implan koklea dan merancang proses habilitasi.

(Humas FKUI)