Sistem Proteksi Alamiah Manusia terhadap Pajanan Cuaca Panas

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kembali menambah panjang daftar lulusan program Doktor. Selasa (4/7) lalu, FKUI mengangkat dr. Eko Poerwanto, M.Kes sebagai Doktor setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Respon Tubuh terhadap Pajanan Panas: Kajian Ekspresi Transient Receptor Potential Vanilloid 1, Heat Shock Factor 1 dan Heat Shock Protein 70 pada Jantung Tikus”. Disertasi tersebut dipertanggung jawabkan dengan baik di hadapan tim penguji yang diketuai oleh, dr. Nurhadi Ibrahim, PhD, dengan anggota tim penguji, Prof. dr. Mohamad Sadikin, DSc; dr. Ahmad Aulia Jusuf, PhD, AHK; dan Prof. Dr. dr. Frans Ferdinal, MS (Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara).

Disertasi Eko, menyoroti permasalahan peningkatan suhu lingkungan yang terjadi di berbagai negara pada beberapa tahun terakhir. Peningkatan suhu panas lingkungan dapat mengancam keselamatan hidup manusia dan menimbulkan penyakit. Insiden penyakit terparah yang berkaitan dengan panas lingkungan adalah heat stroke, ditandai oleh adanya hipertermia dan dehidrasi yang disertai dengan gangguan pada sistem saraf pusat.

Beberapa negara di dunia mengalami peningkatan suhu lingkungan yang cukup signifikan, seperti Perancis, Amerika Serikat, Arab Saudi, Jepang, India dan Pakistan. Jika kondisi ini terjadi secara terus menerus, maka akan menghadirkan masalah kesehatan yang serius dan membahayakan kelangsungan hidup manusia.

Paparan suhu panas yang tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein, hilangnya aktivitas dan integritas membran, dan yang paling mengkhawatirkan adalah terjadinya kematian sel. Manusia secara homeostasis akan mempertahankan suhu tubuhnya pada tingkat yang optimal untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel yang stabil. Sebagai respons terhadap peningkatan suhu inti akibat terpajan panas tinggi dari lingkungan, maka hipotalamus akan memicu mekanisme pengeluaran panas yang masif melalui vasodilatasi kulit dan proses berkeringat. Mekanisme ini terhambat jika suhu lingkungan meningkat disertai kelembaban udara yang tinggi.

Sebagian besar kasus kematian akibat cuaca panas, terutama yang terjadi pada kelompok usia lanjut diduga disebabkan oleh adanya kelemahan pada ventrikel kiri jantung. Heat stroke akibat pajanan panas terutama ditandai oleh adanya hipertermia, dehidrasi dan gangguan pada sistem saraf pusat. Namun pengaruhnya kepada sistem kardiovaskular tetap memerlukan perhatian khusus. Oleh sebab itu, dampak pajanan panas pada sistem kardiovaskular masih memerlukan penelitian dan pengkajian lebih lanjut.

Diperkirakan, pajanan panas dapat meningkatkan ekspresi protein Transient Receptor Potential Vanilloid 1 (TRPV1), Heat Shock Factor 1 (HSF1) dan Heat Shock Protein 70 (Hsp70) pada kardiomisit yang berperan penting dalam proses termotoleran dan aklimatisasi terhadap panas, serta berguna sebagai mekanisme adaptasi secara sistemik dan seluler. Untuk itu, diperlukan penelitian untuk mengkaji ekspresi TRPV1, HSF1, dan Hsp70 pada jantung sebagai respons protektif terhadap pajanan panas.

Penelitian kemudian dilakukan oleh dr. Eko dengan menggunakan hewan coba tikus Sprague-Dawley. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekspresi TRPV1, HSF1, dan Hsp70 berperan penting sebagai protein protektif dan kardiprotektor saat terkena pajanan panas pada tubuh.

Pemaparan disertasi ini mengantarkan dr. Eko meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Prof. dr. Pratiwi Pudjilestasi Sudarmono, SpMK(K), PhD, selaku ketua sidang, memberikan apresiasi terbaiknya kepada dr. Eko. Promotor Dr. dr. Minarma Siagian, MS, AIFM dan ko promotor Dr. dr. Ermita Isfandiary Ibrahim Ilyas, MS, AIFO dan Dr. dr. Ani Retno Prijanti, MS berharap hasil penelitian ini dapat memberikan referensi, bahwa terdapat suatu mekanisme proteksi ilmiah pada sistem kardiovaskular dalam respon terhadap pajanan panas yang ekstrim dan berlangsung secara berulang. (Humas FKUI)