Potensi Daun Ketepeng Cina sebagai Antiviral atau Obat Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit endemis di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus yakni virus Dengue, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang hidup di negara tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari WHO, diperkirakan setiap tahunnya kasus infeksi dengue mencapai 390 juta di seluruh dunia dan selama 5 tahun terakhir, kejadian infeksi dengue meningkat 30 kali lipat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2015, jumlah penderita DBD di Indonesia yang dilaporkan sebanyak 126.675 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1229 orang.

Saat ini, pengobatan pasien DBD hanya bersifat suportif yakni dengan penambahan cairan tubuh pada pasien, tranfusi trombosit, serta pemberian antipiretik. DBD pada dasarnya merupakan penyakit infeksi virus yang dapat sembuh dengan sendirinya, namun masalah kebocoran plasma atau pembuluh darah akibat DBD dapat menimbulkan keparahan penyakit bahkan dapat berakibat fatal (kematian). Keparahan tersebut dapat dihindari apabila pasien diberikan penanganan yang tepat pada awal infeksi. Antiviral diharapkan dapat menurunkan jumlah virus pada tahap awal infeksi pada tubuh pasien sehingga dapat mencegah terjadinya keparahan kasus DBD.

Hingga saat ini, sudah banyak penelitian terkait penemuan antiviral dengue baik secara sintetik, herbal dan isolat dari bahan alam. Namun belum ada yang digunakan secara resmi dalam pengobatan. Hambatan dalam pengembangan antiviral dengue karena terbatasnya hewan model yang dapat digunakan untuk pengujian preklinis antiviral.

Tanaman Cassia alata (atau dikenal dengan Ketepeng Cina) merupakan tanaman asli Indonesia yang  juga tumbuh di Amerika, India, Malaysia, Brazil dan Afrika. Tanaman ini mengandung biomolekul yang mempunyai bioaktivitas bervariasi sehingga dapat digunakan sebagai sumber obat untuk beberapa penyakit seperti obat kudis, malaria, antioksidan, antibakteri, dan anti fungi. Senyawa yang terkandung di dalam daun Cassia alata yaitu emodin, aloe-emodin dan krisopanol yang dilaporkan mempunyai aktivitas penghambatan terhadap virus genus flavivirus yaitu Japanese Encephalitis Virus.

Melihat potensi tersebut, diperlukan penelitian untuk mengembangkan obat herbal sebagai antiviral dengue yang aman dan efektif dengan bahan dasar ekstrak etanol daun Cassia alata yang diujikan secara in vitro, in vivo dan in silico. Peneliti dari Program Studi Doktor Ilmu Biomedik FKUI, Marissa Angelina, M.Farm, Apt, melakukan penelitian tersebut dengan mengujikannya ke tikus mencit yang diinfeksikan virus dengue dan antiviral dari ekstrak Cassia alata.

Hasil penelitian mendapatkan bahwa ekstrak etanol dari daun Cassia alata mengandung senyawa turunan flavonoid dan senyawa lainnya seperti kaempferol, emodin dan aloe-emodin, dimana senyawa ini terbukti dapat menghambat infeksi virus dengue berdasarkan uji in vitro pada tingkat sel dan in silico dengan melihat interaksi dengan protein virus dengue. Penghambatan terbaik oleh ekstrak Cassia alata dan fraksi terjadi pada tahap pasca-infeksi.

Dari hasil uji coba menggunakan mencit juga didapat hasil bahwa ekstrak Cassia alata berhasil dapat menurunkan jumlah virus, meningkatkan jumlah trombosit, memperbaiki kadar komponen sistem imunitas seperti Interleukin-6 dan 10 (IL-6 & IL-10), dan terlebih tidak memiliki efek toksik pada hewan coba.

Pemaparan hasil penelitian tersebut dipresentasikan dengan baik oleh Marissa Angelina, M.Farm, Apt pada sidang disertasi doktoralnya, Rabu (26/6/2019) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3, Gedung IMERI FKUI, Salemba.

Disertasi berjudul “Potensi, Mekanisme Kerja, dan Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Cassia alata Linn terhadap DENV-2 In Vitro – In Vivo – In Silico” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji yang diketuai oleh dr. Tjahjani Mirawati Sudiro, PhD dengan anggota tim penguji Dr. Melva Louisa, S.Si, Apt, M.Biomed; Dr. dr. Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI; dan Dr. Drs. Agung Eru Wibowo, Apt, M.Si (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat Marissa Angelina, M.Farm, Apt sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Promotor Prof. dr. Fransiscus D. Suyatna, PhD, SpFK(K) dan ko promotor Dra. Beti Ernawati Dewi, PhD serta Prof. Dr.(Sci) Muhammad Hanafi, MSc (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan uji klinik yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai terapi pengobatan infeksi DENV.

(Humas FKUI)