Pengaruh Melatonin terhadap Respons Klinis Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut Stadium Lanjut Lokal yang Diberi Kemoterapi Neoadjuvan

Karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSS-RM) merupakan keganasan yang menempati urutan ke-6 dari seluruh kasus kanker di dunia dan merupakan keganasan yang perlu mendapatkan perhatian karena kejadiannya terus meningkat. Gejala KSS-RM berupa benjolan di dalam rongga mulut dan luka di mukosa yang sulit sembuh.

Pada umumnya, 70–80% pasien datang ke rumah sakit pada stadium lanjut dan sulit untuk dioperasi. Pembedahan merupakan terapi utama KSS-RM, namun pada KSS-RM lanjut lokal pembedahan merupakan tantangan tersendiri bagi dokter bedah karena struktur anatomi yang rumit dan dampaknya terhadap kualitas hidup penderita.

Tata laksana KSS-RM berupa reseksi radikal, kemoterapi, radiasi, dan terapi target. Namun pada KSS-RM stadium lanjut lokal, pembedahan merupakan tantangan bagi ahli bedah karena struktur anatomi kepala dan leher yang rumit serta perubahan anatomi rongga mulut akibat pertumbuhan kanker. Untuk menurunkan dampak pembedahan, pasien diberikan kemoterapi neoadjuvan (KN) untuk mengurangi ukuran tumor sehingga lebih mudah diangkat dan defek akibat pembedahan tidak terlalu luas.

Masalah yang sering dijumpai pada pemberian kemoterapi adalah resistensi tumor terhadap obat kemoterapi. Kemoresistensi merupakan masalah pemberian KN pada KSS-RM stadium lanjut lokal akibat microenvironment yang hipoksik yaitu kondisi kekurangan oksigen yang ditandai dengan peningkatan ekspresi HIF-1α. Adaptasi hipoksia merupakan hal penting dalam ekspansi, invasi, penyebaran tumor, dan sumber kegagalan terapi pada onkologi klinik. Sel kanker dapat menjadi resisten terhadap agen kemoterapi dengan stres hipoksia yang menjadi salah satu faktor penyebabnya. Kemoresistensi juga diregulasi oleh miR-210 serta peningkatan ekspresi penanda sel punca CD44 dan CD133. Hipoksia juga dipengaruhi oleh reactive oxygen species (ROS). Peningkatan ROS meningkatkan stabilitas HIF-1α di sel inflamasi. ROS dapat ditanggulangi oleh sistem antioksidan tubuh antara lain melatonin yang merupakan antioksidan endogen. Melatonin memiliki efek antioksidan kuat dan efek onkostatik sehingga diharapkan dapat memperbaiki kondisi hipoksia tumor.

Kesulitan tata laksana KSS-RM stadium lanjut lokal adalah medan operasi yang sulit dan resistensi terhadap kemoterapi. Melatonin yang diberikan bersama kemoterapi pada tumor padat dapat meningkatkan respons kemoterapi dan kesintasan pasien. Meskipun demikian, belum ada penelitian eksperimen yang dapat menjelaskan efek melatonin dalam meningkatkan respons klinis tumor terhadap kemoterapi yang dikaitkan dengan penanda biomolekuler HIF-1α, miR-210, CD44, dan CD133. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui peran melatonin dalam meningkatkan respons klinis KSS-RM stadium lanjut lokal terhadap KN melalui kemampuannya sebagai antioksidan dan onkostatik.

Penelitian kemudian dilakukan oleh staf pengajar Departemen Ilmu Bedah Divisi Bedah Onkologi FKUI-RSCM, dr. Diani Kartini, SpB(K)Onk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Melatonin 20 mg perhari dapat menurunkan ekspresi HIF-1α (p = 0,301), miR-210 (p = 0,767), dan CD44 (p = 0,103) namun tidak bermakna jika dibandingkan plasebo. Ekspresi CD133 meningkat pada kedua kelompok melatonin dan plasebo (p = 0,301) walaupun tidak bermakna. Melatonin 20 mg perhari selama 1 minggu sebelum KN pertama dimulai sampai KN selesai tidak memberikan perbedaan respons positif yang bermakna pada dua kelompok. Penurunan konsentrasi HIF-1a dan CD133 tidak diikuti penurunan persentase sisa tumor. Pada kelompok melatonin, ekspresi CD44 dan miR-210 menurun diikuti penurunan persentase sisa tumor yang tidak bermakna dibandingkan plasebo. Pada kelompok yang mendapat melatonin, persentase sisa tumor 21,35% lebih rendah dibandingkan kelompok plasebo meskipun tidak berbeda bermakna (p = 0,531).

Pemaparan hasil  penelitian tersebut dipresentasikan oleh dr. Diani Kartini, SpB(K)Onk pada sidang promosi doktoralnya, Selasa (18/6/2019) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3, Gedung IMERI FKUI Salemba.

Disertasi berjudul “Pengaruh Melatonin terhadap Respons Klinis Karsinoma Sel Skuamosa Rongga Mulut Stadium Lanjut Lokal yang Diberi Kemoterapi Neoadjuvan: Kajian terhadap Ekspresi HIF-1α, CD44, CD133, dan miRNA-210” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Prof. Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. Dr. dr. Sri Widia A. Jusman, MS; Prof. Dr. dr. Murdani Abdullah, SpPD-KGEH; Dr. dr. Primariadewi Rustamadji, MM, SpPA(K); dan Prof. dr. Sofia Mubarika Haryana, M.Med.Sc, PhD (Universitas Gadjah Mada).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang mengangkat dr. Diani Kartini, SpB(K)Onk sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Dalam sambutannya promotor Prof. Dr. dr. Akmal Taher, SpU(K) dan ko-promotor Dr. dr. Sonar Soni Panigoro, SpB-Onk dan Prof. Dr. dr. Rianto Setiabudy, SpFK berharap hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang petanda biomolekuler yang memengaruhi respons klinis KSS-RM yang diberikan kemoterapi neoadjuvan serta memperkenalkan peran antioksidan sebagai terapi tambahan pada KSS-RM stadium lanjut lokal.

(Humas FKUI)