Pakar Psikiatri Dunia Terima Gelar Adjunct Professor dari FKUI

Universitas Indonesia (UI) kembali memberikan gelar adjunct professor kepada akademisi yang memiliki peranan penting dan karya nyata dalam kemajuan dunia pendidikan dan penelitian. Kali ini, UI melalui Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menganugerahi gelar tersebut kepada seorang pakar psikiatri berkebangsaan Amerika, Prof. César A. Alfonso, M.D.

Seremoni penyerahan gelar Adjunct Professor dilaksanakan pada Selasa (16/7/2019) lalu pukul 10.00 WIB di Ruang Senat Akademik Fakultas, Jl. Salemba Raya No. 6, Jakarta Pusat. Pada kesempatan tersebut, Prof. Marcus menyampaikan pidato inagurasinya dengan judul Psychotherapy in Consultation-Liaison Psychiatry: Reducing Morbidity, Improving Adherence and Prolonging Survival”.

Prof. Alfonso adalah seorang pakar ilmu psikiatri yang telah memberikan banyak kontribusi kepada FKUI, khususnya dengan Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM. Kontribusi beliau berupa bimbingan dan transfer knowledge dalam bidang psikoterapi kepada seluruh staf pengajar dan peserta didik program pendidikan dokter spesialis Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM, sejak tahun 2014.

Prof. Alfonso secara rutin memberikan kuliah tamu dan pelatihan psikoterapi bagi peserta didik dan psikiater di Indonesia, khususnya di lingkungan UI.

Sepanjang September 2016-Maret 2017, dengan dukungan dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM dan Seksi Psikoanalisis di World Psychiatric Association, Prof. Alfonso memberikan kursus pelatihan psikoterapi psikodinamik lanjutan bagi peserta didik program pendidikan dokter spesialis psikiatri di FKUI dan para psikiater muda.

Psikoterapi merupakan keterampilan yang wajib dimiliki oleh semua psikiater. Tujuan pendidikan psikoterapi di Indonesia adalah untuk menghasilkan psikiater yang terampil dalam melakukan psikoterapi. Namun sayangnya, jumlah pengajar atau ahli dalam psikoterapi di Indonesia masih sangat sedikit. Keahlian Prof. Alfonso dalam bidang psikoterapi dengan jam praktik yang sudah sangat banyak menjadi sumber ilmu dan pengalaman yang sangat berharga untuk ditularkan kepada dokter-dokter spesialis kesehatan jiwa di seluruh Indonesia.

Dalam pidatonya, Prof. Alfonso memaparkan terkait kebutuhan internal psikis, seperti ego dan konflik intrapsikis, dan stresor dari lingkungan yang memiliki dampak terhadap kesehatan. Gangguan pada allostasis berasosiasi dengan kemunculan penyakit. Allostasis merujuk pada penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh berbagai sistem dalam tubuh terhadap kebutuhan eksternal dari lingkungan yang bertujuan menjaga keseimbangan atau stabilitas.

Sementara itu, allostatic load (beban allostasis) adalah efek kumulatif dari proses allostasis. Beban allostatik dapat bersumber dari stresor (penyebab stres) di masa kanak-kanak, pengalaman hidup yang menyebabkan stres berat, ataupun akumulasi dari stresor itu sendiri. Beban allostatik dapat menyebabkan disregulasi sistem neuroendokrin dan sistem imun yang bersifat kronik. Akibatnya, timbul masalah-masalah kesehatan seperti, imunosupresi, obesitas, aterosklerosis, hipertensi, gangguan kejiwaan, bahkan aktivasi dari penyakit baru jika pasien memiliki predisposisi genetik.

Perubahan biologis pada tubuh karena stresor dari lingkungan terjadi melalui mekanisme epigenetik. Berbagai stresor dapat menyebabkan metilasi dan asetilasi DNA yang menyebabkan perubahan dari ekspresi DNA. Jika berbagai stresor dari lingkungan dapat menyebabkan perubahan biologis pada tubuh, maka psikoterapi juga dapat memberikan efek serupa. Psikoterapi kini sudah terbukti memperbaiki proses metilasi DNA yang disebabkan oleh kejadian stres di masa kecil ataupun akibat stresor yang baru terjadi.

Sementara itu, dokter perlu memperhatikan aspek kedekatan dan countertransference agar dapat memberikan psikoterapi yang optimal. Countertransference merupakan kumpulan respon emosi dokter terhadap kondisi pasien. Jika dokter tidak bisa turut merasakan kondisi yang dialami pasien, dokter menjadi tidak mampu berempati secara tulus. Dokter dan pasien yang memiliki tipe kedekatan dismissing (mengabaikan) atau avoidant (menghindar) menyebabkan pasien tidak patuh terhadap pengobatan yang harus dijalani.

Prof. César A. Alfonso, M.D, lahir di La Habana, Kuba, pada tanggal 16 Mei 1961. Telah mengenal dunia ilmu kesehatan jiwa klinik sejak tahun 1982 di kampus tempat beliau belajar, yaitu Yale University, Amerika Serikat, dan berlanjut ke New York Medical College pada tahun 1987.

Di New York Medical Collage inilah Prof. Alfonso kemudian memulai kariernya sebagai seorang psikiatri dan menjabat sebagai Direktur pada Division of Consultation and Liaison Psychiatry periode 1995-1999.

Pada tahun 1999-202, Prof. Alfonso dipercaya menjadi Direktur Medis di Metropolitan Center for Mental Health, New York, dan menjadi Research Psychiatrist di Hispanic Treatment Program and Anxiety Disorders Clinic, New York State Psychiatric Institute, Columbia University Department of Psychiatry.

Prof. Alfonso juga aktif pada organisasi profesi ilmu kesehatan jiwa. Mulai dari organisasi regional seperti American Psychiatric Association, hingga organisasi global World Association for Dynamic Psychiatry. Prof. Alfonso tercatat pernah menjadi Presiden pada The American Academy of Psychodynamic Psychiatry and Psychoanalysis periode 2010-2012.

Adjunct Professor Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah gelar kehormatan bagi seseorang dari institusi dalam dan luar negeri yang memiliki keahlian dalam bidang pendidikan dan penelitian kesehatan ataupun kedokteran, dan bersedia membagikan ilmu serta pengetahuan tersebut untuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Seorang Adjunct Professor FKUI memiliki kewajiban untuk menyumbangkan pikiran dan tenaga bagi kemajuan pendidikan dan penelitian di FKUI. Bagi FKUI, pemberian gelar Adjunct Professor ini diharapkan dapat semakin meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian serta mempererat kerjasama dengan institusi-institusi pendidikan dan riset kelas dunia.

(Humas FKUI)