Model Promosi Laktasi di Tempat Kerja Dorong Pemberian ASI Eksklusif pada Perempuan Pekerja

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kembali menambah panjang daftar penerima gelar Doktor. Selasa (15/1/2019), FKUI mengangkat dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK sebagai Doktor setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul “Model Promosi Laktasi di Tempat Kerja: Perancangan Model dan Efektivitasnya terhadap Pemberian ASI Ekslusif serta Dampaknya pada Kesehatan dan Produktivitas Pekerja”.

Disertasi tersebut berhasil dipertanggung jawabkan dengan baik di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dan anggota tim penguji Dr. dr. Aryono Hendarto, SpA(K); Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG(K); Dr. dr. Dewi S. Soemarko, MS, SpOk; dan Dr. dr. Lientje Setyawati K, MS, SpOk (Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada).

Disertasi dr. Ray menyoroti tingkat pemberian ASI eksklusif pada perempuan pekerja. Menurut data dari Riskesdas pada tahun 2013, keberhasilan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah yaitu hanya mencapai 32%. Bahkan pada populasi pekerja perempuan, cakupan ASI eksklusif jauh lebih rendah yaitu sekitar 19% (Data Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI, 2015). Kebijakan cuti melahirkan yang hanya 3 bulan serta dukungan fasilitas laktasi yang kurang memadai di tempat kerja diyakini menjadi faktor penyebabnya.  Padahal ASI eksklusif merupakan indikator kesehatan yang sangat penting, tidak hanya bagi bayi dan ibu, tetapi juga untuk status kesehatan bangsa.

Meskipun telah ada peraturan pemerintah untuk menyukseskan pemberian ASI eksklusif di tempat kerja, namun penerapannya belum efektif terutama di perusahaan dan pabrik karena berbagai alasan. Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa perusahaan tidak maksimal mendukung program laktasi pekerja karena selain khawatir mengganggu produktivitas pekerja, juga hingga kini belum ada keseragaman data manfaat dukungan laktasi dan panduan praktis tentang model pendekatan dan penerapannya di lingkungan kerja.

Menanggapi kebutuhan tersebut, peneliti dari Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran FKUI, dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, berhasil mendesain suatu model promosi laktasi yang terbukti efektif meningkatkan perilaku laktasi dan keberhasilan cakupan pemberian ASI eksklusif pekerja perempuan yang kembali dari cuti melahirkan hingga 54%, jauh lebih tinggi dibanding angka cakupan ASI eksklusif nasional. Bahkan penerapan “Model Promosi Laktasi di Tempat Kerja” ini terbukti membantu mempertahankan status produktivitas pekerja perempuan sekaligus sukses memberikan ASI eksklusif.

Model promosi laktasi ini dibuat dengan Metode Delphi melalui kesepakatan ahli dan mengidentifikasi tujuh komponen utama dukungan laktasi di tempat kerja, yaitu (1) peraturan dan kebijakan perusahaan mencakup cuti melahirkan 3-6 bulan, kebijakan waktu memompa ASI yang fleksibel selama jam kerja dan edukasi rutin; (2) fasilitas wajib yaitu ruang laktasi khusus dengan perlengkapan sesuai dengan Permenkes No.15 tahun 2013; (3) Materi edukasi dengan 9 topik terkait manfaat dan metode laktasi, gizi untuk ibu menyusui, penanganan payudara, dan dukungan lingkungan kerja terhadap perilaku laktasi; (4) target peserta meliputi pekerja perempuan usia produktif, hamil, menyusui, dan kembali dari cuti melahirkan; (5) metode promosi dengan prioritas pendekatan diskusi interaktif, pemanfaatan sosial media dan konseling pribadi; (6) SDM fokus pada peran manajemen, konselor laktasi dan dokter perusahaan; dan (7) waktu mencakup jadwal konseling interaktif dan konselor laktasi di tempat kerja.

Pendekatan seperti ini belum tercakup dalam peraturan pemerintah dan belum pernah dilakukan di Indonesia.

Pemaparan tersebut mengantarkan dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang, memberikan apresiasi terbaiknya kepada beliau.

Promotor Prof. Dr. dr. Sudigdo Sastroasmoro, SpA(K) dan ko promotor Dr. dr. Astrid Sulistomo, MPH, SpOk dan Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc berharap model promosi laktasi tersebut dapat diterapkan di tempat kerja dan efektif meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku laktasi serta keberhasilan pemberian ASI eksklusif yang dapat memberi manfaat terhadap status kesehatan dan mempertahankan produktivitas pekerja perempuan di Indonesia.

(Humas FKUI)