Mahasiswa PPDS Urologi FKUI Borong Prestasi di Konferensi Nasional

Sivitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kembali mendulang prestasi. Kali ini mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Program Studi Urologi yang berhasil membawa pulang berbagai penghargaan dari ajang 42nd Annual Scientific Meeting of Indonesian Urological Association (ASMIUA) yang diselenggarkan pada 2-5 Oktober 2019 lalu di Golden Tulip Galaxy Hotel, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Pada ajang tersebut, delegasi FKUI meraih Juara 2 atas nama dr. Muhammad Firman dan Juara 3 atas nama dr. Fakhri Rahman untuk kategori Moderated/Oral Video Competition; Juara 2 Moderated/Oral Poster Competition atas nama dr. Maruto Harjanggi; serta Juara 2 kategori Unmoderated Poster Competition atas nama dr. Putu Angga Risky Raharja.

ASMIUA merupakan konferensi nasional tahunan yang diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). Banyaknya jumlah pakar urologi yang tersebar di Indonesia membuat IAUI bertanggung jawab untuk selalu menjaga kualitas dan kompetensi para pakar tersebut melalui pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan.

Sejalan dengan meningkatnya kesadaran pasien akan informasi medis, dokter harus mempertahankan kompetensi dan kualitasnya. Oleh karena itu, IAUI mengadakan pertemuan ilmiah tahunan sebagai wadah untuk mengumpulkan dan memperbarui pengetahuan medis dan mengembangkan keterampilan tertentu kepada seluruh anggotanya.

42nd ASMIUA 2019 mengusung tema “Breakthrough to Excellence of Urology Services”, ajang ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi para pakar urologi untuk meningkatkan keterampilan dan pengalaman sebagai upaya memberikan layanan urologi terbaik di Indonesia. Rangkaian kegiatan terdiri dari simposium, lokakarya, masterclass, diskusi panel, dan kompetisi ilmiah dengan narasumber yang merupakan pakar urologi, baik nasional mau pun internasional.

Muhammad Firman yang berkompetisi pada kategori Moderated/Oral Video Competition, membawakan presentasi berupa video operasi transplantasi ginjal berjudul Retroperitoneal Laparoscopic Living Donor Nephrectomy: Our Initial Experience.

Video tersebut merupakan pengalaman tindakan pembimbing dr. Firman yaitu dr. Agus Rizal AH Hamid, SpU(K), PhD;  Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU(K); dan dr. Fina Widia, SpU mengenai teknik operasi donor dan pengangkatan ginjal dengan metode minimal invasif.

Sebagai gambaran, teknik tersebut mirip dengan pengangkatan tumor ginjal. Ginjal dari donor dapat diangkat melalui operasi terbuka melalui perut, operasi laparoskopi melalui perut dengan hanya 3 titik sayatan pada perut (transperitoneal) atau melalui laparoskopi dengan minimal sayatan 3-4 titik pada bagian pinggang (retroperitoneal). Dari tiga pilihan tersebut, metode minimal invasif dengan sayatan pada pinggang dilakukan karena letak ginjal berada pada rongga yang sangat dekat dengan pinggang. Tentunya operasi minimal invasif minim sayatan dapat mengurangi komplikasi. Bahkan pada bagian pinggang diyakini lebih dapat mengurangi komplikasi karena tidak harus melewati usus ataupun membuka sayatan pada bagian perut.

Namun, metode ini tergolong kompleks dan sulit dilakukan karena ruang gerak tindakan yang sempit ketimbang operasi terbuka maupun operasi minim sayatan melalui perut. Oleh karena itu, keberhasilan dan keamanan melakukan pengangkatan donor ginjal minim sayatan melalui pinggang ini merupakan hal baru di Indonesia dan menarik untuk dibahas.

Masih di kategori yang sama, dr. Fakhri Rahman menyampaikan video presentasi yang berjudul “Retroperitoneoscopic Left Partial Nephrectomy.” Secara garis besar, video tersebut menampilkan metode yang sama dengan yang dibawakan oleh dr. Firman. Jika pada video dr. Firman untuk keperluan donor ginjal, maka video presentasi dr. Fakhri memaparkan pengalamannya dan pembimbing yaitu dr. Syamsu Hudaya, SpU(K) saat melakukan operasi dan pengangkatan tumor pada ginjal kiri juga dengan metode minimal invasif di RSUP Fatmawati. Diharapkan ke depannya, teknik tersebut dapat digunakan secara luas dan menurunkan angka komplikasi dan mempercepat kesembuhan pasien-pasien dengan tumor ginjal yang menjalani operasi.

Sementara di kategori Moderated/Oral Poster Competition, dr. Maruto Harjanggi menyampaikan gagasannya yang berjudul “Mean Platelet Volume as A Predictive Marker for Organic Erectile Dysfunction: A Meta Analysis.

Penelitian tersebut merupakan hasil penelusuran pustaka terkait ukuran trombosit (yang sering menurun pada penyakit seperti demam berdarah) dan hubungannya dengan disfungsi ereksi.

Secara awam mungkin tidak terpikirkan bahwa ukuran tombosit dapat mempengaruhi fungsi ereksi. Namun secara teori, volume dari trombosit banyak dipengaruhi oleh fungsi metabolisme tubuh dan karena itu dapat menjadi indikator fungsi-fungsi mendasar dari tubuh yang mungkin tidak dapat terukur dengan teknologi yang ada saat ini.

Di luar bidang urologi, volume trombosit sudah banyak digunakan untuk memprediksi risiko seseorang mengalami penyempitan pembuluh darah, risiko mengalami penyakit jantung dan kardiovaskular, serta stroke. Melalui teori yang sama, kejadian penyempitan pembuluh darah, risiko penyakit jantung, dan stroke biasanya berkaitan erat dengan disfungsi ereksi.

Berdasarkan latar belakang tersebut dr. Maruto memiliki ide untuk mencari literatur terkait penelitian-penelitian yang membandingkan antara volume sel trombosit dan kejadian disfungsi ereksi. Hasil temuan yang didapatkan adalah volume trombosit dapat digunakan untuk memprediksi risiko seseorang mengalami disfungsi ereksi. Melalui penelitian lanjutan dan mendalam, dengan mengetahui volume trombosit, diharapkan ke depannya disfungsi ereksi dapat dideteksi lebih dini dan diobati lebih awal sebelum menimbulkan keluhan.

Terakhir, di kategori Unmoderated Poster Competition, dr. Putu Angga Risky Raharja menampilkan poster ilmiahnya yang berjudul “Role of Prostate Spesific Antigen (PSA) Density in the Diagnostic Algorithm of Prostate Cancer: A Single Center Experience.”

Poster penelitian tersebut Ia buat bersama pembimbingnya yaitu dr. Agus Rizal AH Hamid, SpU(K), PhD; dr. Chaidir Arif Mochtar, SpU(K), PhD; dan Prof. dr. Rainy Umbas, SpU(K), PhD.

Mahasiswa PPDS yang biasa disapa dr. Angga ini meneliti mengenai PSA, sebuah zat di dalam darah yang biasanya akan meningkat jika terjadi kerusakan jaringan prostat (organ pada laki-laki yang menghasilkan mani).

PSA merupakan pemeriksaan darah yang sudah rutin dikerjakan di banyak rumah sakit maupun laboratorium mandiri. Hasilnya pun dapat keluar dalam 2-3 hari saja. PSA terutama akan meningkat jika seseorang memiliki kanker prostat. Logikanya, semakin besar volume/ukuran prostat yang rusak, semakin besar pula peningkatan PSA yang terjadi dan semakin ganas gambaran kanker yang menyertai.

Sayangnya, pada penerapannya di klinis sehari-hari, peningkatan PSA tidak selalu akurat dalam memprediksi jenis kanker yang terjadi. Untuk itu dikembangkan metode pengukuran bernama PSA density, dimana kadar PSA dan volume prostat yang diukur dari USG, digunakan bersama-sama untuk memprediksi kemungkinan bahwa seorang pasien memiliki kanker prostat.

“Hasil temuan saya menunjukkan, dengan menggunakan metode ini, dokter dapat lebih akurat memprediksi kanker prostat. Implikasinya adalah sambil menunggu hasil biopsi keluar, dokter sudah dapat mempersiapkan tatalaksana yang perlu karena PSA dan USG prostat dapat dilakukan bedside dan hasil bisa ketahui dalam 2-3 hari saja daripada harus menunggu beberapa minggu atau bulan sehingga dapat menghemat waktu untuk pengobatan pasien-pasien dengan kanker prostat,” papar dr. Angga.

Selamat atas prestasi yang diraih, semoga dapat menjadi motivasi bagi teman-teman FKUI lainnya untuk terus mengukir prestasi. Maju terus FKUI!

(Humas FKUI)