Dua Mahasiswi PPDS Pulmonologi Harumkan Nama FKUI di Konferensi Internasional

Mahasiswa peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kembali mendulang prestasi. Kali ini, dua mahasiswa PPDS Program Studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI-RSUP Persahabatan berhasil membanggakan FKUI pada ajang internasional bertajuk The 24th Congress of the Asian Pacific Society of Respirology (APSR) 2019 yang diselenggarakan tanggal 14-17 November 2019 lalu di The National Convention Center, Hanoi, Vietnam.

Pada ajang tersebut, dr. Hana Khairina Putri Faisal meraih penghargaan sebagai “APSR ERS Young Investigator Awards”, dan dr. Indiane Putri Ningtias membawa pulang penghargaan “APSR Mancolm Winterburn Lung Cancer Young Investigator Awards”.

Asian Pacific Society of Respirology adalah organisasi non-profit yang dibentuk pada tahun 1986 dan bertujuan untuk mengembangkan dan mempromosikan kedokteran respirasi di antara dokter dan tenaga kesehatan se-Asia Pasifik.

Anggota APSR adalah dokter dan tenaga kesehatan dari berbagai negara terutama negara di Asia Pasifik. Dalam menjalankan organisasinya, APSR memiliki kerja sama dengan berbagai organisasi kedokteran respirasi lainnya seperti American Thoracic Society (ATS), European Respiratory Society (ERS), dan Japanese Respiratory Society. Tiap tahunnya, APSR mengadakan kongres yang berlokasi di antara negara-negara Asia Pasifik.

Tahun ini, APSR diselenggarakan di Hanoi, Vietnam dan diikuti oleh lebih dari 2.000 peserta dari seluruh dunia. Kongres APSR terdiri dari workshop dan simposium mengenai topik terhangat, temuan baru, maupun informasi terbaru di bidang kedokteran respirasi, termasuk kanker, infeksi, dan interstitial lung disease.

Peserta kongres dapat mengirimkan abstrak penelitian atau studi kasus untuk dipresentasikan baik dalam bentuk oral maupun poster pada kongres APSR. Abstrak yang diterima dan dipresentasikan pada kongres tersebut kemudian dipublikasikan di jurnal Respirology.

Hana Khairina Putri Faisal mempresentasikan karya ilmiahnya yang berjudul “Cell-free DNA as Prognostic Factor in Lung Adenocarcinoma.” Penelitan tersebut merupakan bagian dari program Doktoral dr. Hana di Hiroshima University, Jepang, yang dianalisis dan dikembangkan bersamaan dengan masa pendidikannya di PPDS Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI-RSUP Persahabatan.

Dalam menyusun karya ilmiah tersebut, dr. Hana juga dibimbing oleh dua staf pengajar dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI-RSUP Persahabatan, yaitu Prof. dr. Faisal Yunus, PhD, SpP(K) dan dr. Jamal Zaini, PhD, SpP(K).

“Pada kongres APSR 2019 ini, saya membawakan data terbaru dari penelitian kami. Penelitian ini dilakukan pada pasien terdiagnosis kanker paru (adenokarsinoma paru) di Hiroshima University Hospital yang terbukti memiliki mutasi gen EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) pada sediaan biopsi tumornya,” papar dr. Hana. “Cell-free DNA diisolasi dari serum pasien tersebut sebelum kemoterapi dilakukan. Deteksi cfDNA dilakukan dengan mendeteksi mutasi tersering pada gen EGFR, yaitu mutasi titik L858R di ekson 21 dan delesi E746-A750del di ekson 19. Alat deteksi yang digunakan adalah Droplet Digital PCR yang memiliki angka sensitivitas yang tinggi,” lanjutnya kemudian.

Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa selain dapat digunakan sebagai alat deteksi kanker, cfDNA juga dapat digunakan sebagai biomarker yang tidak invasif untuk memprediksi angka tahan hidup (overall survival) pasien kanker paru. Pasien kanker paru yang ditemukan cfDNA di dalam darahnya secara bermakna memiliki angka tahan hidup yang lebih rendah dibandingkan pasien kanker paru yang tidak ditemukan cfDNA di dalam darahnya.

Berkat presentasi penelitiannya tersebut, dr. Hana diumumkan sebagai penerima APSR ERS Young Investigator Awards. Penghargaan ini diberikan oleh European Respiratory Society (ERS) kepada abstrak penelitian terbaik dari anggota ERS berusia 40 tahun ke bawah di kongres APSR.

“Saya merasa terhormat dan berterima kasih kepada ERS dan APSR yang telah memberikan penghargaan ini. Terima kasih tak terhingga kepada pembimbing saya di Hiroshima University, Prof. Eiso Hiyama, MD, PhD dan Prof. Noboru Hattori, MD, PhD, juga pembimbing saya di Universitas Indonesia. Saya berharap penelitian ini dapat terus berlanjut dan berkembang serta memberi manfaat terutama kepada pasien,” ujar dr. Hana.

Sementara itu, dr. Indiane Putri Ningtias memaparkan presentasinya yang berjudul “Silica Level in Bronchoalveolar Lavage of Lung Cancer Patient.” Karya ilmiah ini disusun dibawah bimbingan staf pengajar dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI-RSUP Persahabatan yaitu dr. Jamal Zaini, PhD,SpP(K), Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K), FAPSR, dan dr. Prasenohadi, PhD, SpP-KIC.

“Penelitian saya adalah penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mencari kadar silika pada cairan kurasan bronkus pasien kanker paru. Sebagai sampel penelitian, saya menggunakan pasien yang pada awalnya didiagnosis sebagai pasien dengan tumor paru,” terang dr. Indiane.

Para pasien tersebut kemudian diberikan tindakan diagnostik melalui bronkoskopi untuk mengetahui jenis kanker nya. Setelah itu, peneliti kemudian menanyakan faktor risiko pajanan silika yang berhubungan dalam waktu lama seperti pekerjaan sebagai kuli bangunan, petani, kontraktor, penambang, pengrajin gerabah, keramik, pembuatan karoseri mobil, rokok, atap rumah yang terbuat dari asbes, hingga kondisi lingkungan rumah (dekat dari pabrik atau industri).

“Kami juga menjelaskan terlebih dahulu terkait prosedur serta risiko dan komplikasi yang dapat terjadi. Setelah itu pasien dilakukan tindakan diagnostik dengan diambil cairan kurasan bronkusnya. Sampel yang memenuhi syarat kami proses di laboratorium untuk diperiksa kadar silikanya. Kadar silika kami periksa dengan cut off point kadar silika pada cairan lain karena belum pernah ada cut off point nilai silika pada cairan kurasan bronkus, “ sambungnya.

Setelah seluruh sampel terkumpul, dr. Indiane kemudian menghitung rerata dan membandingkan kadarnya pada pasien yang tidak memiliki pajanan, yang memiliki pajanan dari rokok, yang memiliki pajanan dari pekerjaan, dan yang memiliki pajanan dari lingkungan rumah.

Dari hasil penelitian, ternyata didapatkan kadar rerata silika pada kurasan bronkus pasien yang paling tinggi yaitu pada pasien yang terpajan atap asbes selama puluhan tahun. Sementara itu, pada pasien yang tidak memiliki pajanan ataupun pajanan berasal dari rokok tidak ditemukan silika pada kurasan bronkusnya.

Melalui paparannya tersebut, dr. Indiane diumumkan sebagai penerima APSR Mancolm Winterburn Lung Cancer Young Investigator Awards. Penghargaan tersebut merupakan penghargaan yang diberikan kepada peneliti muda di bidang kanker paru, yang penelitiannya memiliki tingkat kebaruan yang tinggi, belum pernah diteliti sebelumnya, dan belum pernah dipublikasikan di mana pun.

“Saya merasa berbahagia atas pencapaian ini. Saya dikirim menjadi PPDS dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI. Oleh karena itu, pencapaian ini saya persembahkan untuk KESDM, FKUI khususnya Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, dan juga Indonesia. Semoga dapat menjadi manfaat bagi pasien ke depannya,” harap dr. Indiane.

Selamat atas prestasi yang diraih, semoga dapat menjadi motivasi bagi sivitas akademika FKUI lainnya untuk terus mengukir prestasi. Maju terus FKUI!

(Humas FKUI)