Terapi TB menjadi 2 Bulan, Studi Uji Klinis UI dan Tim TRUNCATE-TB Terbit di Jurnal Internasional

Salah satu peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), tergabung dalam tim Two-Month Regimens Using Novel Combinations to Augment Treatment Effectiveness for Drug-Sensitive Tuberculosis (TRUNCATE-TB) yang diketuai oleh Nicholas Paton, MD, FRCP (National University of Singapore) bersama dengan peneliti dari Universitas Padjajaran, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, dan peneliti internasional lainnya berhasil melakukan studi uji klinis mengenai terapi TB yang dapat dipersingkat menjadi 2 bulan.

Penelitian ini pun berhasil dipublikasikan dalam jurnal bergengsi internasional The New England Journal of Medicine (NEJM) pada 20 Februari 2023 dengan judul Treatment Strategy for Rifampin-Susceptible Tuberculosis. Penerbit Jurnal NEJM merupakan salah satu penerbit jurnal internasional menduduki 3 peringkat teratas dunia dan tergolong dalam peringkat kuartil 1 (quartile 1/Q1). Studi klinis ini menjadi sorotan utama sejak 9 Maret pada situs web nejm.org.

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi paru yang masih menjadi masalah kesehatan dan penyumbang angka kematian yang tinggi baik di Indonesia maupun di dunia. Pengobatan TB yang membutuhkan waktu 6 bulan seringkali menjadi salah satu faktor gagalnya terapi TB. Studi uji klinis terkait pengobatan TB menjadi 2 bulan dapat membantu masalah pengobatan TB selama ini.

Studi uji klinis penelitian ini telah dimulai sejak tahun 2018 dan mengevaluasi pengobatan TB dengan uji TRUNCATE-TB yang difollow-up selama 96 minggu. Penelitian ini pun mendapat dana hibah dari Singapore National Medical Research Council; Department of Health and Social Care, the Foreign, Commonwealth, and Development Office, the Medical Research Council, and Wellcome Trust; dan U.K. Research and Innovation Medical Research Council.

Uji klinis dilakukan pada populasi berusia 18 hingga 65 tahun yang memiliki gejala TB atau bukti klinis TB (foto rontgen dada/X-pert MTB/RIF test, Cepheid) dengan hasil positif TB tanpa resistensi rifampisin. Sebanyak 1179 partisipan diskrining dan didapatkan 675 partisipan yang memenuhi kriteria inklusi. Partisipan ini kemudian dibagi secara acak dalam 5 kelompok intervensi, yaitu satu kelompok pengobatan standar dan 4 kelompok pengobatan lainnya, meliputi pengobatan rifampin-linezolid, rifampin-klofazimin, rifapentin-linezolid, dan bedaquiline-linezolid, yang masing-masing pengobatan dikombinasikan dengan isoniazid, pirazinamid, dan etambutol.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terapi inisial selama 2 bulan dengan kelompok regimen bedaquiline dan linezolid memiliki hasil yang tidak kalah efektif dibandingkan dengan kelompok pengobatan standar. Tidak hanya itu, bedaquiline dengan kombinasi 4 obat lainnya dinilai dapat memaksimalkan potensi keberhasilan pengobatan dan meminimalkan risiko resistensi. Selengkapnya, jurnal tersebut dapat diakses dan diunduh melalui tautan berikut https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa2212537.

Pengurangan durasi pengobatan TB ini merupakan salah satu hal yang sangat menjanjinkan untuk efektivitas terapi TB. Motivasi pasien TB untuk patuh berobat diharapkan dapat meningkat dengan lama pengobatan TB berkurang dari yang sebelumnya selama 6 bulan menjadi hanya 2 bulan.

(Humas FKUI)