Dua Mahasiswa FKUI Hadir dalam Ajang Diskusi Bersama Para Peraih Nobel di Singapura

Dua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menghadiri kegiatan Nobel Prize Dialogue yang diadakan pada tanggal 13 September 2022 di Singapura. Mereka adalah adalah Maritza Andreanne Rafa Ayusha (FKUI 2020) dan Muhammad Faruqi (FKUI 2018). Kegiatan internasional tersebut mempertemukan orang-orang muda dari seluruh Asia Pasifik dengan para peraih Nobel dan pakar internasional melalui serangkaian diskusi yang berfokus pada pendidikan, perubahan iklim, masa depan digital dan kesejahteraan, kesehatan, dan kesejahteraan ekonomi.

Maritza Andreanne Rafa Ayusha, mengikuti diskusi dengan topik Digital Wellbeing. Sementara itu, Muhammad Faruqi turut serta dalam diskusi dengan topik kesehatan.

Acara ini terdiri dari dua sesi diskusi yaitu secara daring dan luring. Pada awal September, para peserta telah melakukan diskusi secara daring dengan pemenang Nobel sesuai tema yang dipilih peserta. Hasil dialog tersebut akan diintegrasikan dalam rangkaian diskusi pada acara luring di Singapura yang dibuka langsung oleh Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan.

Maritza Andreanne Rafa Ayusha berfoto bersama Serge Haroche, peraih Nobel Fisika 2012

Maritza Andreanne Rafa Ayusha atau yang biasa dipanggil Anne menyampaikan ketertarikannya dengan perkembangan dunia digital terutama di bidang kedokteran seperti telemedicine dan artificial intelligence. “Saya sangat antusias berdiskusi dan belajar banyak, baik dari para pemenang nobel maupun peserta lain tentang kemungkinan perkembangan teknologi ini di masa depan. Karena mereka memiliki sudut pandang, latar belakang, dan pengalaman yang sangat berbeda-beda. Hal ini akan menambah wawasan serta relasi saya lebih jauh lagi kedepannya. Kami berdua juga sangat berterima kasih kepada dr. Ardi Findyartini, Ph.D yang telah memberikan informasi dan rekomendasi untuk kami dapat mengikuti kegiatan tersebut” tutur Anne.

Sementara itu, Faruqi mengaku memilih tema Health karena sangat mengakomodasi minatnya terhadap beberapa subtopik dunia kesehatan yang telah digeluti akhir-akhir ini, seperti regenerative medicine, stem cells, public health, dan medical education.

“Sebuah penghargaan yang luar biasa bagi diri saya untuk terpilih dan mendapat kesempatan berdiskusi dengan pemenang penghargaan Nobel di bidang Physiology/Medicine tahun 2014, May-Britt Moser. Sebagai mahasiswa kedokteran, saya merasa bahwa berdiskusi dengan sosok hebat seperti beliau dapat membantu saya meningkatkan keahlian profesional saya dalam menjawab tantangan global sebagai calon tenaga kesehatan di masa depan.” ungkap Faruqi.

Muhammad Faruqi berfoto bersama George Smoot, peraih Nobel Fisika 2006.

Nobel Prize Dialogue merupakan diskusi lintas sektoral yang mempertemukan berbagai macam individu ternama untuk membahas mengenai berbagai isu global yang berdampak bagi kehidupan manusia. Kegiatan ini bertujuan untuk menguatkan hubungan antar komunitas ilmiah dan masyarakat dari berbagai latar belakang. Acara ini telah terselenggara secara rutin dalam beberapa tahun terakhir di berbagai kota di penjuru dunia, seperti Tokyo, Berlin, Santiago, dan Pretoria. Pada tahun ini, The Nobel Foundation, bekerja sama dengan Yong Loo Lin School of Medicine NUS dan AMSA Singapore.

Para peraih penghargaan Nobel yang berpartisipasi dalam rangkaian acara tersebut adalah, Steven Chu, Peraih Nobel Fisika 1997; Angus Deaton, Peraih Nobel Ilmu Ekonomi 2015; Esther Duflo, Peraih Nobel Ilmu Ekonomi 2019; Serge Haroche, Peraih Nobel Fisika 2012; May-Britt Moser, Peraih Nobel Kedokteran 2014; Paul Romer, Peraih Nobel Ilmu Ekonomi 2018; Kailash Satyarthi, Peraih Nobel Perdamaian 2014; dan George Smoot, Peraih Nobel Fisika 2006.

Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB mengapresiasi pencapaian kedua mahasiswa FKUI yang berkesempatan mengikuti Nobel Prize Dialogue. “Saya turut senang dan bangga atas pencapaian Anne dan Faruqi yang berhasil mengikuti diskusi langsung bersama para penerima hadiah Nobel. Pertemuan ini tentu saja menjadi media yang tepat bagi komunitas ilmiah lintas disiplin, kaum muda, dan masyarakat luas untuk duduk bersama mendiskusikan masalah global yang bersinggungan dengan kehidupan kita semua. Saya berharap Anne dan Faruqi mampu menggali wawasan sebanyak-banyaknya dari figur-figur terpilih dunia. Melalui kesempatan ini, FKUI juga dapat menunjukkan eksistensinya untuk berkontribusi dalam penyelesaian isu global. Sekali lagi, saya ucapkan selamat untuk kedua mahasiswa. Semoga prestasi ini mampu meningkatkan antusiasme mahasiswa FKUI untuk ikut terlibat dalam wadah diskusi internasional lainnya,” ungkap Ari.

(Humas FKUI)