Info FKUIUncategorized

Waspadai Stunting pada Anak, Dokter Ingatkan untuk Penuhi Nutrisi Hariannya

#Liputanmedia

KOMPAS.com – Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1.000 hari pertama kehidupan, yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

Hal itu, mengakibatkan tinggi badan anak menjadi lebih pendek (kerdil) dari standar usianya. Di sisi lain, stunting juga masih menjadi permasalahan kesehatan yang dihadapi anak-anak Indonesia.

Adapun prevalensi atau angka kejadian stunting di Indonesia menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 berada di kisaran 24,4 persen. Angka ini melebihi ketentuan yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang seharusnya di bawah 20 persen.

Maka, upaya pencegahan stunting tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja melainkan para orangtua pun wajib turut serta. Salah satunya ialah dengan mengetahui nutrisi apa saja yang diperlukan bagi anak-anaknya selama masa pertumbuhan.

Guru Besar Fakultas Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Rini Sekartini, Sp.A(K), mengungkapkan untuk mencegah stunting anak perlu diberikan gizi seimbang.

Menurutnya, asupan seperti protein hewani termasuk telur dan susu, sangat direkomendasikan bagi pertumbuhan anak-anak. Sebab, keduanya adalah protein hewani yang kaya akan nutrisi, dan terjangkau oleh masyarakat.

Selain makanan bergizi, ia juga menekankan pentingnya diagnosis dan pengobatan penyakit penyerta yang mungkin diidap oleh anak dengan stunting. “Karena kalau anaknya stunting harus dicari dulu ada penyakit apa yang harus ditangani.

Jadi hanya perbaikan gizi saja tidak cukup, harus dicari apakah dia ada penyakit yang mendasari dan ditangani sambil memperbaiki gizi,” ujar Rini saat ditemui usai kegiatan Media Launch SEANUTS II yang digelar di Jakarta, Selasa (21/6/2022).

Ciri stunting pada anak Anak yang stunting memiliki gangguan pada fungsi kognitifnya, sehingga tak jarang mereka mengalami penurunan prestasi.

Bila dilihat dari pertumbuhannya, menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) balita memiliki nilai z-skornya kurang dari minus 2.00 SD (severely stunted), dan kurang dari minus 3.00 SD.

Kemudian, tinggi badan di setiap tahunnya tidak naik atau berkembang, di mana tinggi badan tidak sesuai dengan usianya yang harus mengalami kenaikan. “Parameternya berat badan enggak naik, kalau bayi kan setiap bulan haus naik. Balita di atas setahun atau lima tahun tiga bulan sekali naiknya, kalau kenaikan berat badannya tidak sesuai dengan seharusnya itu harus waspada,” kata Rini.

Anak dengan stunting juga bisa menderita penyakit kronis, bahkan mengalami penyakit seperti diabetes melitus, dan penyakit jantung ketika mereka tumbuh dewasa.

Oleh sebab itu, penting bagi orangtua mendeteksi dini stunting pada anak guna mencegah perburukan di kemudian hari.

sumber berita: https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/23/093100823/waspadai-stunting-pada-anak-dokter-ingatkan-untuk-penuhi-nutrisi-hariannya?page=1