Info FKUIUncategorized

Mengenal Sjogren`s Syndrome, Penyakit Autoimun yang Sering Tidak Terdiagnosis

#Liputanmedia

Sjogren`s syndrome adalah salah satu jenis penyakit autoimun yang seringkali tidak terdiagnosis. Hal tersebut terjadi karena Sjogren`s syndrome tidak memiliki gejala yang khas atau gejalanya menyerupai penyakit lain.
Penyakit autoimun adalah penyakit yang timbul ketika sistem kekebalan tubuh kita menyerang sel tubuh sendiri.
“Awalnya pasien-pasien datang dengan keluhan mata yang kering sehingga harus selalu menggunakan tetes mata, kemudian ada pasien yang datang dengan mulut kering atau ada pembesaran kelenjar,” kata dokter spesialis penyakit dalam dari Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM/RSUI, Dr. dr. Alvina Widhani, SpPD-KAI, dalam tayangan seminar daring tanggal 24 Juli 2020.
Seperti Lupus, Sjogren`s syndrome kebanyakan dialami oleh perempuan. “Hampir 9 dari 10 pasien Sjogren`s syndrome adalah perempuan. Biasanya muncul Sjogren`s syndrome di usia 40 tahun ke atas, namun bisa juga ditemukan di berbagai kelompok umur dan kejadiannya meningkat dengan usia,” ucap dr. Alvina.
Mengapa bisa terkena Sjogren`s syndrome?
Ada berbagai faktor berperan mencetuskan Sjogren’s syndrome, antara lain kelainan genetik, lingkungan, hormon (defisiensi estrogen), dan stres kronik. Sjogren’s syndrome tak akan serta merta muncul tanpa ada faktor pencetus.
Faktor lingkungan yang bisa mencetuskan berupa infeksi virus, zat silikon, kekurangan vitamin D, polusi, hingga ketidakseimbangan mikrobiota di saluran cerna sehingga menyebabkan gangguan kekebalan tubuh.
Bagaimana gejala Sjogren`s syndrome?
Menurut dr. Alvina, banyak sekali gejala yang bisa muncul pada penderita Sjogren`s syndrome. “Sjogren`s syndrome ini kan menyerang kelenjar air liur dan kelenjar air mata. Sehingga keluhannya yang banyak adalah sensasi kering di mata, di mulut, dan di kulit.”
Jika yang terasa kering di bagian mulut, penderita Sjogren`s syndrome akan kesulitan menelan makanan kering dan sensitif terhadap makanan pedas. Selain itu, terjadi juga perubahan pengecap dan karies pada gigi.
Jika terjadi pada mata, maka mata akan terasa terbakar, kering, gatal, dan atau berpasir, terutama setelah menggunakan komputer dalam jangka waktu yang lama. Mata yang kering, dapat menyebabkan infeksi dan luka.
Selain mulut dan mata, kekeringan juga bisa terjadi di kulit, hidung, rambut, bahkan di daerah kemaluan. Seringkali pula muncul batuk kronik karena kekeringan di daerah tenggorok. Keluhan yang juga banyak dikeluhkan adalah nyeri sendi, mudah lelah, serta gangguan pada pencernaan.
“Namun jangan panik, tidak selalu gejala tadi adalah Sjogren`s syndrome. Nanti dokter yang akan menilai apakah mata kering, kulit kering yang diderita, adalah Sjogren`s syndrome,” tutur dr. Alvina.
Bagaimana mendiagnosis Sjogren’s syndrome?
Untuk mendiagnosis Sjogren’s syndrome, dokter akan berpegang pada identifikasi sesuai gejala, lalu melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dari gejala yang ditemukan.
Dokter akan melakukan melalui tes Schirmer yang dilakukan oleh dokter spesialis mata, untuk mengukur produksi air mata seseorang itu sudah cukup atau tidak.
Lalu untuk melihat mulut yang kering, dilakukan tes produksi saliva oleh dokter gigi untuk mengetahui produksi air liur yang berkurang sehingga mulut penderita menjadi kering.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan darah untuk melihat adanya kelainan sel darah merah dan putih, dan untuk spesifik Sjogren’s syndrome umumnya dilakukan pemeriksaan antinuclear antibody (ANA).
Prognosis Sjogren`s syndrome pada umumnya baik, tapi dapat mengganggu kualitas hidup seseorang. Gejala Sjogren`s syndrome yang tidak ditangani dengan benar akan membuat penderitanya mengalami gangguan pengelihatan, infeksi gigi, infeksi paru berulang, neuropati, komplikasi kehamilan seperti kelainan jantung janin, dan risiko kanker kelenjar getah bening.