Tips Dekan FKUI untuk Penanganan Korban dan Pengungsi Bencana Tsunami Selat Sunda

Bencana Tsunami di Selat Sunda yang terjadi pada Minggu (23/12), turut menerjang kawasan pesisir pantai Provinsi Banten dan Lampung. Ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal dan korban jiwa maupun luka-luka masih terus bertambah.

Pencarian dan penanganan korban pun masih terus dilakukan secara intensif. Dibutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam penanganan korban bencana alam, baik yang masih hidup maupun telah meninggal.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, memberikan tips yang dapat diterapkan oleh para relawan maupun tim medis dalam menangani korban dan pengungsi bencana, khususnya pada bencana tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung, yaitu:

  1. Korban luka-luka segera ditangani dan dievakuasi ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat. Semakin cepat diobati maka semakin cepat mencegah komplikasi infeksi pada luka tersebut. Tim dokter harus sudah disiapkan dengan obat-obat pembersih luka, antibiotika dan obat penghilang luka. Kebutuhan lain seperti sarung tangan, benang, obat lidocain dan jarum untuk menutup luka juga perlu dipersiapkan.Pasien dengan patah tulang perlu penanganan Dokter Bedah/Dokter Bedah Tulang untuk tindakan operasi.
  2. Korban hilang yang berhasil ditemukan, segera diidentifikasi dan dimakamkan. Karena jika terlalu lama ditunda penguburannya, jenazah dapat menjadi sumber infeksi.
  3. Para pengungsi harus mendapat makanan dan minuman yang cukup selama berada di pengungsian, ini akan membuat mereka lebih tenang karena kebutuhan hidup dasarnya dipenuhi. Pengadaan sembako pada lokasi pengungsian dengan jumlah besar harus dikawal oleh Polisi.
  4. Dapur-dapur umum yang tersedia harus selalu mendapat suplai bahan makanan dan air bersih yang memadai.
  5. Usahakan makanan yang dikonsumsi dalam keadaan segar.
  6. Usahakan kondisi tempat pengungsian dibuat senyaman mungkin. Tersedia alas tidur yang memadai dan juga selimut agar tubuh para pengungsi terutama orang tua dan anak-anak tetap terlindungi, terutama dari angin malam.
  7. Kebersihan lingkungan pengungsian harus selalu terjaga dengan disediakannya tempat-tempat sampah di sekitar lokasi pengungsian. Bangkai binatang harus segera dikubur untuk menjaga lingkungan pengungsian tetap sehat.
  8. Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) yang memadai dengan persediaan air yang cukup dan juga tersedianya sabun serta peralatan mandi.
  9. Para pengungsi, khususnya anak-anak dan orang tua, diberikan suplemen yang berisi multivitamin dan mineral mengingat keterbatasan makanan dan minuman dengan zat gizi yang lengkap yang bisa dikonsumsi sehari-hari.
  10. Bagi anak-anak perlu upaya untuk melakukan trauma healing dengan pengadaan buku-buku bacaan, mainan anak-anak dan kelompok-kelompok bermain untuk anak-anak.
  11. Untuk pasien usia lanjut perlu adanya kegiatan seperti menyulam, melakukan aktivitas pengajian bersama-sama dan aktivitas lain yang membuat para orang usia lanjut ini tetap selalu berpikir.
  12. Sarana dan prasarana untuk ibadah harus disediakan.
  13. Acara-acara kesenian yang menjadi favorit masyarakat sekitar juga diusahakan hadir secara berkala untuk mengatasi kejenuhan dan mengurangi kesedihan para pengungsi.

Pada prinsipnya, penanganan bencana adalah menemukan korban meninggal, mengidentifikasi dan menguburkan. Serta mengobati korban yang sakit dan menjaga agar masyarakat yang ada di tempat pengungsian tetap dalam keadaan sehat.

(Humas FKUI)