Tim Mahasiswa UI Raih Medali Emas di Amerika Serikat

Tim Mahasiswa Universitas Indonesia kembali menorehkan prestasi pada ajang International Genetically Engineered Machine Competition (iGEM) 2018 yang berlangsung di Hynes Convention Center, Boston, Amerika Serikat pada 25-28 Oktober 2018.

Tim iGEM UI yang terdiri dari empat belas mahasiswa UI lintas fakultas berhasil mempersembahkan Gold Medal Prize bagi Universitas Indonesia.

Keempat belas mahasiswa tersebut adalah Valdi Ven Japranata (Mahasiswa FKUI angkatan 2015), Andrea Laurentius (FKUI 2016), Luthfian Aby Nurachman (FKUI 2016), Ihya Fakhrurizal (FKUI 2016), Muhammad Iqbal Adi Pratama (FKUI 2016), Nuikita Wachid (Fakultas Ilmu Keperawatan UI 2014), Jessica Farah (Fakultas Teknik (FT) UI 2015), Reysa Anggraini (FTUI 2015), Ainun Rahmania (FTUI 2015), Glory Lamria Aritonang (FTUI 2015), Edwin Lawisan (Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) UI 2016), Hema Mitta K. (Fasilkom UI 2016), Muhammad Ikhsan (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI 2017), dan Galuh Widyastuti (Fakultas Kesehatan Masyarakat UI 2016).

iGEM 2018 merupakan sebuah kompetisi sintetik biologi tahunan yang diadakan oleh iGEM Foundation, sebuah organisasi non-profit internasional yang berpusat di Boston. Sejarah iGEM berawal dari student project yang dilakukan di kampus Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang kemudian dikembangkan hingga akhirnya menjadi kompetisi sintetik biologi terbesar di dunia, yang tahun ini melibatkan 42 negara dengan lebih dari 5000 partisipan.

Pada iGEM 2018, tim iGEM UI membawakan proyek ilmiah mereka yang diberi judulFinding Diphthy. Ide tersebut muncul sebagai respon atas mewabahnya kembali penyakit Difteri di pulau Jawa, akhir tahun 2017 lalu. Penyakit difteri merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogenik Corynebacterium diphtheriae. Salah satu tanda khas dari infeksi ini adalah pembentukan pseudomembran di daerah faring, sehingga mengakibatkan penyumbatan napas dan kematian. Selain itu, bakteri difteri menghasilkan toksin yang dapat memasuki sel dengan berinteraksi melalui reseptor Heparin Binding like Epidermal Growth Factor (HB-EGF), serta memicu program kematian sel.

Walaupun pemerintah telah mengeluarkan segala usaha untuk mencegah dan menangani kasus difteri, laju kematian akibat penyakit ini masih terus meningkat hingga ditetapkan sebagai wabah. Ada dua poin penting yang perlu ditekankan pada kasus ini, yaitu kurangnya deteksi dini dari penyakit difteri itu sendiri dan kurangnya perhatian warga untuk pencegahan transmisi dan vaksinasi difteri.

Para mahasiswa yang tergabung dalam tim iGEM UI kemudian berkolaborasi mengembangkan metode alternatif untuk mendeteksi toksin difteri dengan menggabungkan sistem kemotaksis E.coli dan reseptor HB-EGF, yang dilengkapi dengan interaksi sistem Fluorescence Resonance Energy Transfer (FRET).

Selain itu mereka juga turut meningkatkan perhatian warga setempat melalui kerja sosial dan usaha pendanaan. Hasil dari proyek ilmiah ini kemudian mereka bawa pada kompetisi iGEM 2018 dan dipresentasikan dalam bentuk poster dan oral presentation hingga akhirnya mendapatkan apresiasi tinggi dengan meraih Gold Medal Prize.

Penelitian yang tim iGEM UI lakukan, dimulai dari tahap mendesain dan memprediksi model bioinformatika dari protein dan gen sintetik yang kemudian dieksekusi dalam laboratorium. Seluruh proses penelitian dilakukan di Pusat Riset Virologi dan Kanker Patobiologi (PRVKP) FKUI dengan Pembimbing utama proyek ilmiah ini adalah Dr. dr. Budiman Bela, SpMK(K) dari Departemen Mikrobiologi FKUI dan Dr. Muhammad Sahlan, S.Si, M.Eng dari Departemen Teknik Kimia FTUI.

Selama masa persiapan, tim iGEM UI juga dibantu oleh Putra MahanimTampubolon (FMIPA UI 2015), Brian Mendel (FKUI 2015), dan Aulia Reski Widyaningrum (FMIPA UI 2013) yang merupakan alumni tim iGEM UI periode sebelumnya.

Dihubungi oleh Humas FKUI, Andrea Laurentius salah satu anggota tim iGEM UI 2018 berharap hasil penelitian yang telah mereka lakukan dan mendapat apresiasi di dunia internasional ini dapat bermanfaat serta dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit difteri.

“Dari sisi aplikasi penelitian, kami berharap bahwa produk dari proyek ilmiah tim iGEM UI ini bisa digunakan dalam dunia kesehatan, terutama dalam bidang kedokteran biomedis untuk mendiagnosis secara cepat, tepat, dan akurat penyakit difteri itu sendiri,” ujar Andrea.

Dia pun menambahkan bahwa sebuah prestasi bukanlah suatu pencapaian yang mudah untuk diraih. Dibutuhkan tekad keras, ketekunan tanpa batas dan usaha yang tak mengenal lelah. “Bagi kita, mengikuti perlombaan bukanlah sekadar hanya tentang kemenangan, tetapi bagaimana kita akhirnya berhasil menikmati proses menuju kemenangan tersebut,” tutup Andrea.

Selamat kepada para mahasiswa yang telah berhasil mengukir prestasi. Maju terus FKUI! Maju terus Universitas Indonesia!

(Humas FKUI)