Teliti Pengembangan Tata Laksana LGK, Ikhwan Rinaldi Raih Gelar Doktor

Leukimia Granulostik Kronik (LGK) adalah kelainan mieloproliferatif yang ditandai adanya fusi gen BCR-ABL akibat translokasi resiprokal kromosom 9 dan 22. Insidens LGK di Asia lebih rendah dibanding di Amerika Serikat dan Eropa. Median usia pasien LGK di Asia, terutama Indonesia adalah 37 tahun. Usia ini jauh lebih muda jika dibandingkan dengan pasien LGK di Amerika Serikat yaitu 67 tahun dan Eropa yaitu 60-65 tahun.

Saat ini terapi pilihan pertama LGK adalah obat golongan tyrosine kinase inhibitor (TKI), salah satunya adalah imanitib mesilat (IM). Target terpenting terapi LGK adalah major molecular response (MMR) karena menurut penelitian pasien yang mencapai MMR tak satupun yang berkembang menjadi fase krisis blastik setelah pengontrolan 8 tahun. Selain MMR, target terapi IM adalah complete hematologic response (CHR) dan complete cytogenetic response (CCyR). Angka CHR pasien LGK fase kronik yang mendapat terapi hidroksiruea sebelum terapi IM di Indonesia rendah dan belum diketahui hubungannya dengan pencapaian MMR. Pencapaian MMR sangat penting dalam pencegahan perkembangan LGK menjadi krisis blastik yang akan berakhir dengan kematian dalam 3-6 bulan. Maka dari itu, diperlukan sebuah penelitian untuk mempelajari hubungan lama pemberian hidroksiruea sebelum terapi IM dengan pencapaian MMR pada pasien LGK fase kronik.

Penelitian kemudian dilakukan oleh dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, sampel penelitian yang digunakan adalan pasien LGK fase kronik yang berusia 18-60 tahun dan telah mendapat hidroksiruea saja tanpa batas waktu atau dengan dilanjutkan terapi IM. Hasil penelitian membuktikan adanya perbedaan parameter antara kelompok yang mendapat terapi hidroksiruea sebelum IM.

Hasil penelitian tersebut dipaparkan oleh dr. Ikhwan pada sidang promosi doktornya Selasa (18/10) lalu di Ruang Senat Akademik Fakultas, FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Hubungan Lama Pemberian Hidroksiurea sebelum Imanitib Mesilat dengan Pencapaian Major Molecular Response pada Leukimia Granulositik Kronik Fase Kronik: Telaah Mengenai Malondialdehide, Hypoxia Inducible Factor-1α dan P-Glycoprotein” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. Dr. dr. Rianto Setiabudy, SpFK; Dr.rer.physiol.dr. Septelia Inawati Wanandi; Prof. Dr. dr. Karmel Tambunan, SpPD-KHOM; dan Prof. dr. Catharina Suharti, SpPD-KHOM, PhD (Universitas Diponegoro).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK mengangkat dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM sebagai doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Promotor Prof. Dr. dr. Ary Harryanto Reksodiputro, SpPD-KHOM dan ko promotor Prof. Dr. dr. Sri Widia A. Jusman, MS dan dr. Alida R. Harahap, SpPK(K), PhD berharap hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas tatalaksana pasien LGK di Indonesia. (Humas FKUI)