Teliti Faktor yang Memengaruhi Stunting pada Anak, Peneliti FKUI Raih Doktor

Stunting merupakan salah satu bentuk malnutrisi pada anak. Data dari badan PBB untuk kemanusiaan dan perkembangan kesejahteraan ibu dan anak (United Nations Children’s Fund/UNICEF) menyebutkan bahwa di tahun 2015, Indonesia menempati urutan kelima di dunia dengan anak stunted terbanyak.

Anak stunted tidak hanya memiliki masalah tinggi badan, tetapi terdapat juga gejala retardasi pertumbuhan, keterlambatan perkembangan, defek fungsi kognitif, dan gangguan metabolik yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada balita.

Mereka yang tidak mendapat penanganan dengan baik akan menjadi anak usia sekolah dengan indeks intelektualitas rendah, menjadi dewasa muda yang tidak produktif, dan memiliki kemungkinan mempunyai anak dengan berat lahir rendah serta stunted.

Stunting berkorelasi dengan asupan energi, protein, hormon pertumbuhan dan Zinc. Kualitas protein dapat dinilai dari profil asam amino bebas plasma (PFAA) dan kuantitas jumlah asupan protein harian. Penilaian kecukupan protein secara kuantitas dan kualitas diperlukan untuk mendeteksi adanya kekurangan protein dan dapat digunakan sebagai dasar penanganan anak stunted.

Protein secara kuantitas dan kualitas memiliki pengaruh pada hormon pertumbuhan karena menurunkan ekspresi dan sintesis hormon pertumbuhan. Hormon yang berperan pada pertumbuhan semasa anak adalah Growth Hormone (GH), Insuline like Growth Factor (IGF), dan tiroid. Asupan protein memengaruhi kadar IGF-1 dan protein pengikatnya yang berdampak pada pertumbuhan linier anak.

Pada penelitian terdahulu, disebutkan bahwa kadar IGF-1 tidak hanya dipengaruhi oleh asupan protein, namun juga terdapat faktor lain yaitu variasi genetik.

Salah satu penilaian kecukupan protein secara kualitas adalah jenis protein dan asam amino/amino acid (AA) yang terdapat di dalamnya. Sumber protein yang memiliki AA esensial yang lengkap adalah protein hewani.

Pemeriksaan AA dapat dilakukan melalui PFAA. Hingga saat ini, belum pernah ada yang melaporkan hasil pemeriksaan mendeteksi PFAA pada anak stunted. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui peran profil PFAA, kadar IGF-1 dan polimorfisme IGF-1 pada anak stunted.

Penelitian kemudian dilakukan oleh staf pengajar Departemen Patologi Klinik FKUI-RSCM, dr. Merci Monica Br. Pasaribu, SpPK. Populasi target penelitian adalah anak stunted dan nonstunted. Hasil penelitian menemukan terdapat perbedaan profil PFAA antara kelompok stunted dengan nonstunted. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu faktor yang memengaruhi kejadian stunting adalah energi/asupan protein, IGF-1 yang berinteraksi dengan rs 35766 kodominan AG, IGFBP3, dan Zn.

Hasil  penelitian tersebut dipaparkan dengan baik oleh dr. Merci Monica Br. Pasaribu, SpPK pada sidang promosi doktornya, Selasa (17/7) lalu di Ruang Teaching Theatre Lantai 6 Gedung IMERI FKUI, Salemba.

Disertasi berjudul “Peran Profil Asam Amino Bebas Plasma, Kadar Insulin Like Growth Factor 1 (IGF-1) dan Polimorfisme IGF-1 pada Anak Stunted” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji dr. Muchtaruddin Mansyur, SpOk, PhD; drh. Safarina G. Malik, MS, PhD (Lembaga Biologi Molekuler Eijkman); dan Dr. dr. Coriejati Rita, SpPK(K), MM (Universitas Padjajaran)

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang mengangkat dr. Merci Monica Br. Pasaribu, SpPK sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Melalui sambutannya, promotor Prof. dr. Suzanna Immanuel, SpPK dan ko promotor dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), PhD dan Dr. dr. Ina Susianti Timan, SpPK(K), MARS berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi para dokter klinisi dan petugas kesehatan atas pentingnya pemenuhan energi dalam jumlah cukup dan asupan protein yang berkualitas tinggi (memiliki AA esensial yang lengkap seperti protein hewani dan protein susu) terhadap pertumbuhan linear anak.

(Humas FKUI)