Teliti Faktor Risiko Preeklampsia, Mahasiswa FKUI Toreh Prestasi di Nepal

Sivitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kembali menorehkan prestasi. Empat mahasiswa FKUI yaitu Kristian Kurniawan (FKUI angkatan 2015); Fabiola Cathleen (FKUI 2016); Christine Lieana (FKUI 2016); dan Adriana V. Miranda (FKUI 2016), meraih prestasi sebagai “Juara 3 Scientific Poster pada ajang East Asia Medical Students’ Conference (EAMSC) 2018 yang diselenggarakan pada tanggal 21-26 Januari 2018 lalu di Kathmandu, Nepal.

EAMSC merupakan suatu konferensi kedokteran yang diikuti oleh sekitar 300 mahasiswa kedokteran yang berasal dari 20 negara di benua Asia. Acara tahunan ini diselenggarakan oleh Asian Medical Student Association (AMSA) yang mengangkat suatu tema kesehatan global dengan tujuan menginspirasi para mahasiswa kedokteran untuk berpartisipasi aktif dalam memperbaiki dan menganalisis isu-isu kesehatan, serta membentuk karakter dan peran mahasiswa kedokteran dalam promosi kesehatan publik.

Mengangkat tema “Maternal and Neonatal Health”, EAMSC 2018 berfokus pada tingginya angka morbiditas dan mortalitas ibu, terutama di negara-negara berkembang. Poin utama dari topik ini mencakup perencanaan keluarga, perawatan prekonsepsi, perawatan antenatal, dan perawatan post-natal dengan tujuan mereduksi angka morbiditas dan mortalitas ibu. Fakta di lapangan menunjukan bahwa kasus seperti infeksi, perdarahan berat dan komplikasi lahir, merupakan mayoritas penyebab kematian pada ibu walau sebetulnya dapat dilakukan pencegahan.

Pada ajang EAMSC 2018, tim mahasiswa FKUI yang merupakan bagian dari delegasi AMSA Indonesia, mempresentasikan karya ilmiah mereka yang berjudul “Maternal Factors Associated with Preeclampsia among Asian: Systematic Review of Large Cohort Studies”. Karya ilmiah tersebut mengangkat isu mengenai tingginya angka kematian ibu terutama di negara berkembang. Kondisi ini berdampak pada kemungkinan kegagalan mencapai Millenium Development Goals (MDG) pada sektor kesehatan ibu dan anak. Preeklampsia dipilih menjadi variabel penelitian karena menurut data yang ada, preeklampsia bertanggung jawab atas 25% kematian ibu secara global.

Dalam karya ilmiahnya, mereka mendiskusikan tiga faktor risiko paling berpengaruh dan paling umum terkait preeklampsia pada orang Asia, yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu, usia ibu saat hamil, dan riwayat hipertensi pada masa kehamilan dan preeklampsia pada kehamilan sebelumnya. Selain itu, ditemukan juga faktor lain yang turut berkontribusi terhadap kejadian preeklampsia, meliputi diabetes mellitus, kehamilan dan kelahiran, rendahnya pendidikan dan aktivitas ibu.

Kajian mengenai preeklampsia di kalangan orang Asia belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini menjadi nilai tambah dari karya ilmiah yang diajukan dalam kompetisi, karena menjadi pionir dalam topik tersebut pada populasi yang spesifik. Mereka berharap, berbagai informasi dalam karya ilmiah yang telah dibuat dapat meningkatkan kesadaran bagi masyarakat dan para tenaga medis terkait preeklampsia. Selain itu, mereka juga berharap hasil kajian tersebut dapat dikembangkan menjadi suatu daftar rujukan yang dapat meninjau risiko preeklampsia untuk membantu menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu akibat preeklampsia.

Kepada Humas FKUI, Kristian Kurniawan yang mewakili teman-temannya mengatakan bahwa melakukan riset dan diskusi dengan segenap hati serta berkomitmen dengan kuat menjadi modal yang dipegang teguh oleh mereka. Berkat keyakinan tersebut, mereka dapat membuktikan kemampuannya bersaing dalam konferensi level internasional.

“Jangan pernah berkecil hati tentang hasil karya yang kita buat, karena proses dari pembuatannya itu jauh lebih penting. Selain itu, jangan pernah malu untuk bertanya kepada kakak kelas, dosen, atau pun teman-teman. Kami selalu berpegang bahwa, malu bertanya, sesat di jalan, Mba.” Papar Kristian kepada Humas FKUI.

“Sebagai tambahan, pengalaman mengikuti konfrensi hingga ke mancanegara sungguh pengalaman yang tidak terlupakan. Kami bisa menambah teman dan memperluas jaringan. Kelak di masa mendatang dalam era globalisasi ini, hubungan dokter antar negara merupakan suatu hal yang penting dalam mewujudkan kesehatan secara global,” lanjut Kristian.

Selamat kepada para mahasiswa yang berprestasi, semoga dapat menjadi inspirasi bagi negeri. Maju terus, FKUI! (Humas FKUI)