Suplementasi Sinbiotik pada Pasien Lupus Eritematosus Sistemik

Lupus Eritematosus Sistemik atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit autoimun kronik yang dapat menyerang berbagai organ, mulai dari sendi, kulit, sel darah, ginjal hingga saraf. Penyakit autoimun merupakan penyakit dimana sel kekebalan tubuh menyerang sel tubuh sendiri. Gejala SLE bisa ringan hingga yang mengancam nyawa.

Seseorang dapat terkena SLE karena memiliki faktor predisposisi genetik yang kemudian dicetuskan oleh faktor lingkungan seperti infeksi virus, sinar ultraviolet, atau hormon. Faktor lain yang juga berperan dan banyak diteliti saat ini adalah bakteri yang terdapat di saluran cerna. Ketidakseimbangan bakteri saluran cerna dapat memengaruhi kekebalan tubuh, yang kemudian dapat memengaruhi aktivitas penyakit SLE.

Oleh karena itu, upaya yang dapat memperbaiki keseimbangan bakteri di usus diharapkan dapat memperbaiki respons kekebalan tubuh pada pasien SLE sehingga dapat membantu pengobatan pasien.

Saat ini, pengobatan standar pada pasien SLE adalah menggunakan obat yang bersifat menekan kekebalan tubuh agar tidak berlebihan. Pemberian suplementasi sinbiotik yang berisi probiotik (bakteri saluran cerna yang bermanfaat untuk kesehatan) dan prebiotik (komponen diet yang dapat menstimulasi pertumbuhan bakteri komensal di saluran cerna) sebagai terapi tambahan pada pasien SLE diharapkan dapat memperbaiki keseimbangan tersebut.

Staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dr. Alvina Widhani, SpPD-KAI kemudian melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui bahwa pemberian suplementasi sinbiotik sebagai terapi tambahan dapat memperbaiki komposisi dan fungsi bakteri di usus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplementasi dapat menekan peradangan dan memperbaiki aktivitas penyakit pada pasien SLE, namun tidak didapatkan perubahan bermakna dari respons imun spesifik. Selama penelitian pasien tetap meneruskan obat standar yang rutin dikonsumsi sebelumnya. Tidak terdapat perbedaan adverse event antara kelompok yang mendapat terapi sinbiotik dengan yang tidak mendapat terapi (plasebo).

Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengetahui apakah perubahan yang terjadi menetap setelah suplementasi dihentikan. Selain itu, perlu dilakukan penelitian dengan waktu intervensi yang lebih lama untuk mengetahui apakah terdapat perubahan respons imun spesifik

Hasil  penelitian tersebut kemudian dipresentasikan dengan baik oleh dr. Alvina Widhani, SpPD-KAI pada sidang promosi doktornya, Selasa (27/11) lalu di Teaching Theatre Lt. 6, Gedung IMERI-FKUI, Salemba.

Disertasi berjudul “Pengaruh Sinbiotik terhadap Aktivitas Penyakit, Respons Imun, serta Permeabilitas dan Mikrobiota Usus pada Pasien Lupus Eritematosus Sistemik” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Dr. Melva Louisa, S.Si, Apt, M.Biomed dengan anggota tim penguji Dr. dr. Joedo Prihartono, MPH; dr. Rina Agustina, MSc, PhD; dan Dr. dr. Gatot Soegiarto, SpPD-KAI (Universitas Airlangga)

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang mengangkat dr. Alvina Widhani, SpPD-KAI sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI.

Melalui sambutannya, promotor Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI dan ko promotor Prof. dr. Fransiscus D. Suyatna, SpFK(K), PhD dan Dra. Beti Ernawati Dewi, PhD berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perbaikan microbiota dan permeabilitas usus sehingga dapat memperbaiki respons imun pada pasien SLE.

(Humas FKUI)