Suplementasi Seng, Glutamin, Serat, dan Prebiotik bagi Kesehatan Saluran Cerna Anak Usia 1-3 Tahun

Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia karena angka kesakitan dan kematiannya yang masih tinggi. Sebagian besar diare terjadi pada anak di bawah 5 tahun. Diare dapat mencetuskan gizi kurang karena terdapatnya anoreksia, malabsorpsi, kehilangan protein enteropati serta masih adanya budaya memuasakan anak yang diare.

Patogenesis gizi kurang pada diare tercermin dalam konsep yang dikembangkan oleh Lebenthal, yaitu gangguan integritas mukosa usus dianggap sebagai titik sentral dari lingkaran setan keadaan patologis yang ditimbulkan diare, mencakup malabsorpsi, gangguan hormonal, bacterial growth, absorpsi protein asing yang menimbulkan reaksi alergi, dan gangguan regenerasi vilus.

Selain diare, konstipasi (sembelit atau susah BAB) juga termasuk masalah kesehatan yang cukup tinggi pada anak. Sebagian besar konstipasi pada anak merupakan fungsional yang berarti tanpa ada kelainan organis dan kebanyakan adalah karena asupan yang kurang mengandung serat. Sekitar 40% konstipasi diawali sejak usia satu sampai empat tahun.

Gangguan integritas usus, atau boleh disebut kebocoran usus atau inflamasi usus, banyak terjadi pada anak di negara berkembang. Penelitian di India, Tiongkok, Thailand dan beberapa negara berkembang lain menemukan bahwa anak sehat pun sebenarnya sudah mengalami kebocoran usus dan inflamasi usus yang tidak menimbulkan gejala. Kondisi ini mungkin terjadi karena anak di negara berkembang lebih sering kontak dengan mikroba penyebab infeksi di usus, meskipun infeksi tersebut tidak bergejala atau hanya bergejala ringan. Hingga saat ini belum pernah ada penelitian yang meneliti integritas usus anak sehat di Indonesia.

Seng merupakan komponen > 300 enzim dan dibutuhkan untuk sintesis DNA, pembelahan sel, dan sintesis protein. Sebuah penelitian membuktikan bahwa suplementasi seng dapat menurunkan angka kejadian diare akut dan diare persisten. Sementara itu, glutamin memegang peranan penting dalam menjaga integritas mukosa usus dan sistem imun di saluran cerna. Studi menunjukkan bahwa glutamin sangat penting untuk kesehatan dan pemeliharaan saluran cerna.

Serat termasuk bagian dari makanan yang tidak mudah diserap dan kandungan gizinya dapat diabaikan. Namun serat makanan sebenarnya mempunyai fungsi penting yang tidak tergantikan zat lainnya. Tinja yang mengandung serat dapat lebih mudah dikeluarkan, sehingga dapat mencegah penyakit di usus besar dan rektum.

Prebiotik adalah nutrien yang berupa oligosakarida yang tidak dapat dicerna namun menghasilkan pengaruh menguntungkan dengan cara menstimulasi secara selektif pertumbuhan satu atau lebih mikroba saluran cerna sehingga dapat meningkatkan kesehatan.

Seng, Glutamin, Serat, dan Prebiotik bemanfaat bagi kesehatan pencernaan. Namun sejauh ini belum ada studi yang meneliti manfaat suplementasi seng, glutamin, serat, dan prebiotik yang digabung secara bersamaan terhadap integritas mukosa usus, absorpsi nutrisi, pertumbuhan dan morbiditas khususnya diare dan konstipasi pada anak.

Berdasarkan latar belakang tersebut, staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM sekaligus peneliti dari Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran FKUI, dr. Muzal Kadim, SpA(K), melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui angka kejadian gangguan integritas usus pada populasi anak sehat usia 1-3 tahun dan mengetahui efek suplementasi seng, glutamin, serat, dan prebiotik pada integritas mukosa usus, absorpsi nutrisi, pertumbuhan dan morbiditas saluran cerna.

Hasil penelitian menemukan bahwa 45% anak umur 1-3 tahun di Indonesia sudah mengalami kebocoran dan inflamasi usus, padahal anak tersebut tidak mengalami gejala sakit. Kondisi ini disebut sebagai environmental enteric dysfunction (EED) akibat adanya kontak yang terus menerus dengan mikroba penyebab infeksi usus karena sanitasi yang buruk dan fasilitas kesehatan yang terbatas. Selain itu, penelitian ini juga mendapatkan fakta bahwa suplementasi tersebut memberikan hasil baik pada konstipasi (sembelit) pada anak, karena dengan asupan prebiotik yang merupakan makanan bagi bakteri baik di usus besar, maka keseimbangan bakteri akan menjadi lebih baik dan pada akhirnya memperbaiki inflamasi pada usus dan memperbaiki gerakan usus besar.

Pemaparan hasil  penelitian tersebut dipresentasikan oleh dr. Muzal Kadim, SpA(K) pada sidang promosi doktoralnya, Senin (21/1/2019) lalu di Ruang Auditorium Lt.3, Gedung IMERI FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Manfaat Suplementasi Formula yang Diperkaya Seng, Glutamin, Serat, dan Prebiotik terhadap Morbiditas dan Pertumbuhan Anak Usia 1-3 tahun: Kajian Integritas Mukosa Usus dan Absorpsi Nutrisi” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji.

Bertindak selaku ketua tim penguji adalah Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Dr. dr. Ina S. Timan, SpPK(K); Dr. dr. Hartono Gunardi, SpA(K); dan Prof. Dr. dr. Dwi Prasetyo, SpA(K) (Universitas Padjajaran).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang mengangkat dr. Muzal Kadim, SpA(K) sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Melalui sambutannya, promotor Prof. Dr. dr. Agus Firmansyah, SpA(K) dan ko-promotor Prof. dr. Badriul Hegar Syarif, SpA(K), PhD dan Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc berharap hasil penelitian ini dapat membantu perbaikan gangguan integritas usus pada anak di Indonesia.

(Humas FKUI)