Seminar Awam FKUI: Mengenal Lebih Dekat Penyakit Difteri

Penyakit difteri yang sempat lama hilang, kini muncul kembali. Tak tanggung-tanggung, menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sudah lebih dari 500 orang terinfeksi dan penyakit difteri telah menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di 20 provinsi, termasuk DKI Jakarta. Tingginya angka kejadian tersebut tentu saja membuat khawatir banyak pihak.

Merespons kejadian tersebut, Kemenkes RI mengambil langkah untuk melakukan Outbreak Response Immunization (ORI). Imunisasi diberikan gratis untuk kelompok usia sekolah dan dilakukan secara berkala. Berbagai pertanyaan mengenai penyakit difteri kemudian muncul di masyarakat. Tak sedikit pula beredar kabar dan informasi tidak tepat mengenai penyakit difteri. Berbagai informasi yang kurang tepat ini tentunya meresahkan banyak pihak.

Menanggapi hal tersebut, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui program “Info Sehat FKUI untuk Anda” mengadakan kegiatan Seminar Awam dengan tema “Mengenal Lebih Dekat Penyakit Difteri” yang diselenggarakan pada Jumat (29/12) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3, Gedung IMERI-FKUI, Salemba. Hadir sebagai narasumber dr. Nina Dwi Putri, SpA(K) dengan materinya berjudul “Diagnosis, Tatalaksana, dan Pencegahan Difteri pada Anak” dan Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD-KAI dengan materi “Apakah Perlu Imunisasi untuk Dewasa?”.

Difteri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Gejala difteri meliputi suara serak, nyeri pada tenggorokan terutama saat menelan, demam, sulit bernapas, pembengkakan pada leher, dan bila sudah mencapai kondisi yang berat akan timbul selaput putih keabuan di tenggorok yang mudah berdarah jika dilepas.

Difteri mudah menular hanya dengan melalui percikan ludah atau makanan yang sudah terkontaminasi. Walaupun mudah menular, difteri sebenarnya mudah dicegah, yaitu dengan pemberian vaksinasi. Pemberian vaksin pada anak-anak di bawah usia 19 tahun diberikan 3 kali. Sementara itu pemberian vaksinasi bagi rentang usia dewasa (usia 19 tahun ke atas) dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: (1) dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin atau belum lengkap status imunisasinya, diberikan 1 dosis vaksin Tdap diikuti dengan vaksin Td sebagai penguat sebanyak 3 kali, dengan pemberian dosis kedua berjarak 4 minggu dari dosis pertama dan dosis ketiga diberikan setelah 6 sampai 12 bulan dari dosis kedua; (2) dewasa yang belum menyelesaikan tiga dosis vaksin Td seri primer diberikan sisa dosis yang belum dipenuhi. Perlu diingat, bahwa vaksin hanya mampu memberikan perlindungan selama 10 tahun, sehingga setelah 10 tahun, perlu diberikan booster atau penguat.

Sebagai salah satu fakultas kedokteran terbaik di Indonesia, FKUI turut mengambil peran untuk memberikan informasi kesehatan yang tepat untuk masyarakat. Melalui kegiatan seminar awam ini diharapkan masyarakat dapat semakin memahami penyakit difteri, cara mencegahnya serta semakin sadar akan pentingnya upaya pencegahan penyakit, termasuk vaksinasi.

Dalam kegiatan seminar awam ini, FKUI memberikan kupon vaksinasi Td gratis kepada 100 peserta pendaftar pertama. Kupon tersebut dapat segera digunakan di Klinik Imunisasi Dewasa lantai 5, Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. (Humas FKUI)