Prof. Hans-Jürgen Mägert Sampaikan Kuliah Umum Terkait Perkembangan Sekuensing DNA dan Rekayasa Genetika

Terdapat empat kategori perlakuan rekayasa genetika dalam dunia sekuensing DNA dan rekayasa genetik, yaitu red genetic engineering, gray genetic engineering, white genetic engineering, dan green genetic engineering. Red genetic engineering biasa dilakukan pada riset-riset kedokteran seperi riset dasar kedokteran, mencari kandidat obat, atau pada terapi gen. Gray genetic engineering banyak digunakan pada riset manajemen lingkungan seperti untuk melakukan pembersihan lingkungan dengan fitoremediasi, mencari kandidat bahan alami yang mudah diurai, serta pembentukan sistem seluler yang mampu mendeteksi polutan.

Sementara itu white genetic engineering biasa dilakukan untuk menghaluskan bahan kimiawi dengan optimalisasi dan produksi enzim (biasanya dilakukan industri). Terakhir, green genetic engineering banyak digunakan untuk kebutuhan pertanian seperti toleransi herbisida, resistensi serangga, resistensi virus, perubahan komposisi bahan tanaman (pada tanaman) dan pembentukan daging (pada hewan).

Sebagian besar aplikasi rekayasa genetika membutuhkan pengetahuan setidaknya sebagian dari fragmen yang akan dihasilkan dan / atau digunakan yaitu melalui sekuensing DNA. Seringkali aplikasi rekayasa genetika bahkan bertujuan untuk menghasilkan sekuens DNA baru. Dengan demikian, rekayasa genetika dan sekuensing DNA sangat terkait erat.

Hal ini disampaikan Adjunct Professor FKUI yang berasal dari Anhalt University of Applied Sciences, Köthen, Germany, Prof. Dr. habil. Hans-Jürgen Mägert dalam kegiatan Kuliah Umum Guru Besar FKUI yang berlangsung pada Kamis (28/2/2019) lalu di Auditorium Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan, Kampus UI Depok.

Pada kuliah umum yang dimoderatori oleh Guru Besar Ilmu Biologi Kedokteran FKUI Prof. Dr. rer. nat. Dra. Asmarinah, M.Si, tersebut, Prof. Magert menyampaikan materi kuliahnya yang berjudul “Progress in DNA Sequencing and Genetic Engineering”

Lebih lanjut Prof. Magert menjelaskan bahwa sekuensing DNA merupakan penentuan urutan nukleotida dari fragmen DNA. Sekuensing DNA dapat digunakan antara lain untuk mendeteksi gen yang belum diketahui dan penentuan urutan asam amino dari protein yang sesuai dan mendeteksi mutasi terkait penyakit.

Sebagai kesimpulan, terlepas dari aplikasi medis, kedua perkembangan tersebut akan mengarah pada peningkatan penggunaan rekayasa genetika dalam produksi makanan, teknik lingkungan dan produksi berbagai produk pada industri.

Kuliah umum kemudian ditutup dengan diskusi, pemberian cenderamata dan foto bersama. Para mahasiswa terlihat antusias mengajukan pertanyaan dan berdiskusi bersama beliau. Diharapkan, penyelenggaraan kuliah umum ini tak hanya menjadi ajang pertukaran ilmu dan pengetahuan dari para pakar, namun juga dapat memperluas khasanah pengetahuan dan menginspirasi para mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuannya mengenai perkembangan kesehatan.

(Humas FKUI)