Prediksi Prognosis Terapi Neoajuvan Sistemik pada Pasien Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak ditemukan pada wanita di seluruh dunia dan menjadi penyebab kematian normor satu akibat kanker pada wanita. Berbagai upaya telah dikembangkan untuk deteksi dini serta metode terapi dalam rangka meningkatkan keberhasilan terapi dan harapan hidup pasien. Namun, data statistik menunjukkan bahwa sekitar 30%-50% pasien dengan kanker payudara pada stadium dini cenderung berkembang ke arah metastasis (menyebar) meskipun telah mendapatkan terapi.

Sekitar 40% pasien kanker payudara mengalami kekambuhan, dan sekitar 60-70% kambuh dengan metastasis. Tingginya angka kekambuhan dan perkembangan penyakit ke arah metastasis setelah terapi menunjukkan bahwa terapi yang diberikan belum cukup efektif mematikan seluruh sel kanker atau terjadi resistensi terapi.

Beberapa penelitian mutakhir telah berhasil mengungkapkan bahwa di dalam jaringan kanker payudara ditemukan sekelompok kecil sel yang berperan dalam inisiator pembentukan tumor. Sel ini dikenal dengan sel punca kanker. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa sel punca kanker payudara dapat diidentifikasi berdasarkan penanda CD44+, CD24- serta aktivitas ALDH yang tinggi. Selama ini, evaluasi terapi kanker payudara hanya ditinjau secara klinis yaitu dengan melihat pengecilan tumor dan ketahanan hidup pasien.

Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan penelitian untuk melihat evaluasi terapi kanker payudara pada level molekuler (respons molekuler). Evaluasi ini menjadi sangat penting karena dapat melihat karakteristik biologis sel kanker yang diregulasi pada tingkat molekuler dan dapat menjadi prediktor keberhasilan terapi yang lebih awal.

Penelitian kemudian dilakukan oleh dr. Syarifah Dewi, M. Biomed, staf pengajar Departemen Biokimia & Biologi Molekuler FKUI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kanker payudara stadium lanjut setelah terapi neoajuvan (diberikan sebelum operasi) mempunyai profil ekspresi gen kepuncaan yang mengalami peningkatan yaitu ALDH1A1, ALDH2, CCND2, CXCL12, FZD7 dan IGF1.

Gen-gen tersebut berperan dalam proliferasi dan menjaga kepuncaan sel punca kanker, sehingga hasil tersebut menunjukkan bahwa terapi yang diberikan masih belum memusnahkan populasi sel punca kanker payudara. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ekspresi gen ALDH1A1 dapat dipertimbangkan dalam prediksi prognosis dan dapat ditambahkan dalam analisis penanda sel punca kanker dalam menilai respons terapi kanker payudara.

Pemaparan penelitian tersebut dipresentasikan oleh dr. Syarifah Dewi, M.Biomed pada sidang disertasi doktoralnya, Selasa (3/7) di Ruang Auditorium Lt. 3 Gedung IMERI FKUI, Salemba. Disertasi berjudul “Profil Ekspresi Gen Kepuncaan pada Kanker Payudara Stadium Lanjut setelah Terapi Neoajuvan Dihubungkan dengan Jalur Pensinyalan Apoptosis, Stres Oksidatif dan Hipoksiaberhasil dipertahankan di hadapan tim penguji.

Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Sonar Soni Panigoro, SpB(K)Onk dengan anggota tim penguji Prof. Dr. dr. Sri Widia A. Jusman, MS; Dr. dr. Noorwati Sutandyo, SpPD-KHOM; Dr. dr. Ramadhan, SpB(K)Onk (Rumah Sakit Dharmais); dan Setia Pramana, S.Si, MSc, PhD (Politeknik Statistik STIS).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K), selaku ketua sidang mengangkat dr. Syarifah Dewi, M.Biomed sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Promotor Prof. dr. Mohamad Sadikin, DSc dan ko promotor Dr. rer. physiol. Septelia Inawati Wanandi dan Prof. dr. Muchlis Ramli, SpB(K)Onk berharap hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan terapi kanker payudara dengan menargetkan sel punca kanker. (Humas FKUI)