Potensi Neuroproteksi Conditioned Medium Stem Cell From Human Exfoliated Deciduous untuk Cegah Kerusakan Otak

Salah satu tantangan yang dihadapi program jaminan kesehatan nasional (JKN) adalah adanya transmisi epidemiologi, yaitu bergesernya penyebab penyakit ke arah penyakit tidak menular (PTM). Beberapa PTM adalah penyakit yang dapat menimbulkan kerusakan pada otak seperti epilepsi, alzheimer, parkinson, multipel sklerosis, dan penyakit huntington. Kerusakan pada otak merupakan masalah kesehatan serius karena dapat menyebabkan cacat fisik dan mental, menurunkan produktivitas, dan menimbulkan kematian.

Kematian neuron adalah masalah utama pada penyakit kerusakan otak. Kematian neuron dapat terjadi melalui proses nekrosis atau apoptosis. Apoptosis terjadi akibat adanya faktor pencetus yang mengaktifkan jalur transduksi sinyal yang berujung ada kematian sel. Faktor pencetus tersebut antara lain peningkatan kadar glutamat ekstrasel yang menyebabkan eksitoksisitas.

Eksitoksisitas merupakan salah satu mekanisme penting dalam kerusakan otak masa perinatal. Eksitoksisitas terjadi akibat peningkatan glutamat ekstrasel. Stem cell From Human Exfoliated Deciduous (SHED) dapat mensekresi enzim Glutamic Acid Decarboxylase (GAD) yang akan mengkatalisis perubahan glutamat menjadi Gamma-aminobutyric Acid (GABA). Perubahan glutamat menjadi GABA menyebabkan kadar glutamat di luar sel menurun, namun peningkatan GABA dapat menyebabkan terjadinya depolarisasi yang dapat berakibat timbulnya eksitoksisitas.

Kemampuan SHED mensekresi enzim GAD menjadi dasar untuk dilakukannya penelitian dalam menentukan potensi neuroproteksi Conditioned Medium (CM) SHED mencegah kerusakan progenitor neuron akibat induksi glutamat. Mahasiswa program Doktor Ilmu Biomedik FKUI, drg. Masagus Zainuri, M.Biomed, kemudian melakukan penelitian tersebut sebagai penelitian disertasinya.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan otak tikus Sprague Dawley. Progenitor saraf diisolasi dari otak tikus umur 2 hari dan conditioned medium didapat dari MSC SHED. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kultur progenitor saraf dengan medium neurobasal tanpa glutamat dan glisin (N-), dengan medium neurobasal ditambah glutamat dan glisin (N+), dengan CM SHED tanpa glutamat dan glisin (K-), dengan CM SHED ditambah glutamat dan glisin (K+). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan CM SHED memiliki potensi neuroproteksi dalam mencegah apoptosis progenitor saraf akibat induksi glutamat.

Pemaparan hasil penelitian tersebut dipresentasikan oleh drg. Masagus Zainuri, M.Biomed pada sidang promosi doktoralnya, Kamis (7/6) lalu di Auditorium Lt. 3, Gedung IMERI FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Potensi Neuroproteksi Conditioned Medium Stem Cell From Human Exfoliated Deciduos (CM SHED) dalam Upaya Mencegah Apoptosis Progenitor Neuron Akibat Induksi Glutamat berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Jeanne A. Pawitan, MS, PhD, dengan anggota tim penguji Prof. Dr. dr. Teguh A. Ranakusumah, SpS(K); dr. Nurhadi Ibrahim, PhD; dan Yuyus Kusnadi, PhD (Stem Cell and Cancer Institute).

Di akhir sidang, Prof. dr. Rainy Umbas, SpU(K), PhD, selaku ketua sidang mengangkat drg. Masagus Zainuri, M.Biomed sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Biomedik di FKUI. Dalam sambutannya promotor Prof. Dr. dr. Sri Widia A. Jusman, MS dan ko-promotor drg. Endang Winiati Bachtiar, M. Biomed, PhD (Fakultas Kedokteran Gigi UI) dan  dr. Jan Purba, PhD berharap hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pertimbangan penggunaan CM SHED untuk terapi penyakit kerusakan otak. (Humas FKUI)