Penelitian Peran Sel Punca bagi Sel Granulosa pada Kematangan Oosit

Salah satu tujuan utama program fertilisasi in vitro (FIV) adalah memperoleh banyak oosit yang terbuahi dengan mutu yang baik. Meski demikian, jumlah oosit yang dipanen dari satu siklus program FIV tidak selalu berbanding lurus dengan jumlah oosit yang matang. Telah dibuktikan bahwa perkembangan dan kesintasan oosit ternyata dipengaruhi oleh keberadaan sel-sel granulosa di sekitar oosit (sel granulosa kumulus). Terdapat komunikasi yang kuat dan bersifat dua arah antara oosit dan sel-sel granulosa kumulus, melalui produk-produk yang dihasilkan keduanya.

Meski dapat meningkatkan jumlah perolehan oosit yang dipanen dalam satu siklusnya, tetapi obat-obat yang digunakan pada stimulasi ovarium terkendali (SOT) berpotensi memicu apoptosis sel granulosa. Apoptosis sel granulosa akan mengakibatkan gangguan pematangan oosit yang berdampak pada jumlah oosit yang dipanen, laju pembuahan (fertilisasi), perkembangan embrio, dan laju kehamilan.

Salah satu teknik pengobatan dalam kedokteran regeneratif adalah penggunaan fungsi parakrin sel punca. Melalui mekanisme parakrin, sel punca mesenkim yang berasal dari tali pusat (SPM-TP) akan melepaskan faktor-faktor berupa sekretom, mikrovesikel atau eksosom, yang dapat ditemukan di medium biakan SPM-TP. Proses ini dikenal sebagai medium terkondisikan (MT). Fungsi parakrin SPM-TP yang berperan dalam mekanisme pembaharuan ulang dan perbaikan jaringan adalah menghasilkan faktor-faktor tropik, yang salah satunya memiliki sifat antiapoptosis.

Mekanisme terjadinya apoptosis di sel granulosa dapat dijelaskan melalui dua mekanisme yaitu mekanisme intrinsik dan ekstrinsik. Mekanisme apoptosis sel granulosa diregulasi oleh faktor-faktor proapoptosis (Bax) dan antiapoptosis (survivin). Saat ini belum diketahui bagaimana interaksi faktor proapoptosis dan antiapoptosis pada sel granulosa setelah dipajankan pada MT SPM-TP, yang menghasilkan sekretom dengan efek antiapoptosis. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menetukan peran sel punca dalam mencegah apoptosis sel granulosa dan mempertahankan fungsi sel granulosa pasca SOT.

Penelitian kemudian dilakukan oleh peneliti sekaligus staf pengajar dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM, dr. Kanadi Sumapradja, SpOG(K), MSc. Hasil penelitian menunjukkan, MT SPM-TP terbukti dapat menekan tampilan Bax, namun tidak mampu memicu peningkatan tampilan survivin dan produksi GDF9 di sel granulosa. Meski demikian terdapat korelasi yang positif dan kuat antara tampilan survivin dengan produksi GDF9 di sel granulosa.

Pemaparan hasil  penelitian tersebut dipresentasikan oleh dr. Kanadi Sumapradja, SpOG(K), MSc pada sidang promosi doktoralnya, Selasa (16/4/2019) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3, Gedung IMERI FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Interaksi Komponen Pro dan Anti Apoptosis Sel Granulosa Penanggap Baik Pasca Stimulasi Ovarium Terkendali yang Dipajankan pada Medium Terkondisikan Sel Punca Mesenkim Tali Pusat” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji yang diketuai oleh Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Dr. dr. R. Muharam, SpOG(K); Dr. dr. Joedo Prihartono, MPH; Prof. drh. Arief Boediono, PA(Vet), PhD (Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor); dan Dr. dr. Wiryawan Permadi, SpOG(K), M.Kes (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang mengangkat dr. Kanadi Sumapradja, SpOG(K), MSc sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Melalui  sambutannya, promotor Prof. Dr. dr. T.Z. Jacoeb, SpOG(K) dan ko-promotor Dr. dr. Andon Hestiantoro, SpOG(K) dan dr. Isabella Kurnia Liem, M.Biomed, PA, PhD berharap produk-produk yang berasal dari biakan sel punca di masa mendatang dapat menjadi alternatif cara pengobatan untuk menyelamatkan sel granulosa dari ancamam apoptosis serta mempertahankan fungsi sel granulosa.

(Humas FKUI)