Penelitian Pengaruh Food-Based Recommendation dan Biskuit Fortifikasi terhadap Performa Kognitif Anak Usia Sekolah di Myanmar

Nutrisi adalah salah satu faktor yang dapat mengoptimalkan perkembangan otak dan kognitif anak-anak. Semua jenis nutrisi memiliki efek pada pertumbuhan dan perkembangan saraf. Namun, beberapa nutrisi memiliki efek tertentu yang lebih besar seperti protein, energi, lemak tertentu, zat besi, seng, tembaga, folat, vitamin B12, kolin, yodium, selenium, dan vitamin A.

Defisiensi zat besi, folat dan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia berat dan berakibat pada keterlambatan performa intelektual dengan merusak perkembangan kognitif. Tidak hanya mikronutrien, makronutrien terutama asam lemak esensial (EFA) juga memiliki peran penting dalam perkembangan otak terutama asam linoleat (LA) dan alfa linoleat (ALA).

Intervensi asupan dianggap efektif pada proses plastisitas otak karena asupan tambahan merupakan faktor gaya hidup yang dapat dimodifikasi untuk peningkatan fungsi otak dan fungsi kognisi. Anak usia sekolah merupakan kelompok yang akan mendapatkan manfaat langsung dari performa kognitif yang baik pada prestasi akademiknya. Status gizi mereka harus tercukupi dan terpantau dengan baik agar dapat mendukung perjalanan akademis mereka.

Kondisi status gizi anak usia sekolah di Myanmar dikategorikan dalam masalah kesehatan yang kritis. Tercatat prevalensi berat badan kurang adalah 22,6%, stunting 35,2%, dan kurang gizi akut pada balita adalah sebesar 7,9%. Penelitian terdahulu menggunakan makanan yang difortifikasi untuk melihat pengaruhnya terhadap performa kognitif anak usia sekolah. Namun, angka tersebut didasarkan pada angka kecukupan gizi yang disarankan. Oleh karena itu, sulit untuk memenuhi angka kebutuhan yang sebenarnya dari konsumen.

Berdasarkan kebutuhan tersebut, dr. Le Thandar Soe, MPH, peneliti dari program Doktor Ilmu Gizi FKUI asal Myanmar, melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh dari optimized food based recommendation (FBR) dan merumuskan sebuah biskuit fortifikasi yang didasarkan pada angka kesenjangan kebutuhan nutrisi anak.

Penelitian dilakukan di Kota Nyaungdon, Myanmar, yang memiliki prevalensi gizi buruk paling tinggi dan terbagi dalam dua fase penelitian. Fase pertama bertujuan mengembangkan optimized FBR untuk anak usia sekolah. Fase kedua yaitu mengembangkan biskuit yang difortifikasi mikronutrien dan asam lemak esensial berdasarkan kesenjangan nutrisi yang sebenarnya.

Biskuit fortifikasi diproduksi di pabrik biskuit berlisensi Thazin yang berada di Myanmar. Biskuit diproduksi dengan takaran 30 gram, berbahan baku tepung gandum lokal, susu, gula, telur, dan mentega. Hasil penelitian menemukan bahwa optimized FBR dengan biskuit fortifikasi memperbaiki empat kinerja kognitif anak usia sekolah yaitu perhatian, ingatan, kecepatan memproses informasi, dan fungsi eksekutif.

Hasil penelitian tersebut kemudian dipresentasikan dengan baik oleh dr. Le Thandar Soe, MPH pada sidang promosi doktornya, Senin (16/7) lalu di Ruang Auditorium Lt. 3 Gedung IMERI FKUI, Salemba. Disertasi berjudul “Pengaruh Optimized Food-Based Recommendation dan Biskuit dengan Fortifikasi Asam Lemak Esensial dan Mikronutrien terhadap Performa Kognitif Siswa Sekolah Myanmar” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji.

Bertindak selaku ketua tim penguji dr. Rina Agustina, M.Sc, PhD dengan anggota tim penguji Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MKM, MS, SpGK(K); Dr. dr. Em Yunir, SpPD-KEMD; Dr. dr. R.A. Setyo Handryastuti, SpA(K); Prof. dr. Budi Utomo, MPH, PhD (Fakultas Kesehatan Masyarakat UI); dan Dr. Dra. Risatianti Kolopaking, Psi, M.Si (Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Di akhir sidang, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K), selaku ketua sidang mengangkat dr. Le Thandar Soe, MPH sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Gizi di FKUI. Melalui sambutannya, promotor Prof. Dr. dr. Agus Firmansyah, SpA(K) dan ko promotor Dr. Ir. Umi Fahmida, MSc (SEAMEO RECFON) dan Prof. Dr. Ali Nina Liche Seniati, M.Si (Fakultas Psikologi UI) berharap hasil penelitian ini dapat berkontribusi bagi perencanaan kegiatan perbaikan gizi lebih lanjut untuk anak-anak sekolah, dengan menggunakan rekomendasi berbasis makanan lokal serta memberikan informasi bahwa fortifikasi harus didasarkan pada kebutuhan aktual mereka sehingga dapat memberikan dampak yang tinggi pada status gizi, performa kognitif, dan prestasi akademik.

(Humas FKUI)