Penelitian Herba Ciplukan sebagai Terapi Baru pada Pasien Skleroderma

Skleroderma atau sistemik sklerosis merupakan autoimun sistemik kronik, yang mengenai jaringan ikat multisistem dan tergolong sebagai penyakit yang belum dapat disembuhkan. Perjalanan klinis skleroderma sulit diduga, dapat terjadi fibrosis organ yang luas dan progresif. Fibrosis jaringan yang progresif, menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian akibat skleroderma, dengan hasil akhir kegagalan fungsi organ dan kematian.

Pengobatan skleroderma dengan disease modifying anti rheumatic drugs (DMARD) hingga saat ini belum memberi hasil yang memuaskan. Kendala lain terapi ini adalah terdapatnya potensi resistensi obat dan efek samping seperti mual, muntah, keracunan pada jaringan normal seperti hati dan ginjal, serta harga obat yang tergolong mahal. Hingga saat ini, belum ada terapi khusus yang disetujui untuk menangani skleroderma. Beberapa alternatif obat baru pun masih dalam tahap penelitian.

Salah satu tanaman obat yang banyak digunakan secara luas dan dikenal sebagai traditional medical plants adalah herba ciplukan (Physalis angulata). Ciplukan diketahui memiliki aktivitas stimulasi sel limfosit dan secara klinis dapat memodulasi sistem imun. Herba ciplukan juga memiliki efek antiinflamasi, antiproliferasi, antiangiogenesis dan antikanker karena memiliki komponen fenol, secosteroid dan saponin.

Berdasarkan bukti tersebut, herba ciplukan diharapkan memiliki efek sebagai antiinflamasi, antioksidan, antiproliferatif dan imunomodulator pada skleroderma melalui tiga jalur penghambatan mekanisme patofisiologi skleroderma. Hingga saat ini, belum ada uji klinis berkualitas yang  mengkaji efek herba ciplukan pada skleroderma.

Penelitian uji klinis tersebut kemudian dilakukan oleh dr. Sumartini Dewi, SpPD-KR, peneliti dari Program S3 Ilmu Kedokteran FKUI. Dari penelitian tersebut didapatkan fakta  bahwa pemberian ekstrak etanol herba ciplukan dengan dosis 3 x 250 mg sebagai terapi ajuvan pada skleroderma dengan terapi standar, terbukti secara klinis dan statistik bermakna memperbaiki fibrosis kulit.

Hasil penelitian tersebut kemudian dipresentasikan dengan baik oleh dr. Sumartini pada sidang promosi doktoralnya, Rabu (12/7) lalu di Auditorium Lt.3 IMERI FKUI Salemba. Disertasi berjudul “Uji Klinis Acak Tersamar Ganda Ekstrak Herba Ciplukan terhadap perbaikan Klinis Kelainan Kulit, Proses Inflamasi, Imunologi dan Fibrosis pada Psien Skleroderma” berhasil dipertahankan di hadapan tim penguji. Bertindak selaku ketua tim penguji Dr. dr. Suhendro, SpPD-KPTI dengan anggota tim penguji Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD-K.Ger; Prof. Dr. dr. Rianto Setiabudy, SpFK; dan Prof. Dr. med. dr. Tri Hanggono Achmad (Universitas Padjajaran).

Di akhir sidang, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, selaku ketua sidang mengangkat dr. Sumartini Dewi, SpPD-KR sebagai doktor dalam bidang Ilmu Kedokteran di FKUI. Dalam sambutannya promotor Prof. Dr. dr. Harry Isbagio, SpPD-KR, K.Ger dan ko promotor Prof. Dr. dr. Erni Hernawati Purwaningsih, MS dan Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia, SpPD-KR (Universitas Gadjah Mada) berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar para klinisi untuk mempertimbangkan penggunaan herba ciplukan pada pasien skleroderma. (Humas FKUI)